Referensi solusi krisis serbaneka Sicunpas On_Line Koleksi informasi ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum, moral
Minggu, 13 November 2011
Memahami Islam
Memahami Islam
Setiap kita dibentuk oleh pemahaman kita, persepsi kita. Maksudnya
sikap, tingkah laku kit diperdapat, diperoleh dari pendidikan,
pengalaman, perasaan, bacaan, tontonan, lingkungan yang mrupakan pintu
masukan (input gate). Sedangkan pemahaman kita merupakan hasil
keluaran (output). Dalam alQur:an surah anNahl (surat 16) ayat 78
disebutkan : “Dia (Allah) member kamu pendengaran (assama’),
penglihatan (alabshara) dan hati (alafidah) agar kamu bersyukur.
Sikap kesadaran keberagamaan seseorang sangat beragam. Ketoleransian
keberagamaan Islam seseorang sangat luas. Seseorang yang sudah
bersyahadat, sudah mengakui keTuhanan Allah dan keRasulan Muhammad
saw, ia sudah memiliki identitas Islam. Tak seorang pun memiliki
otoritas untuk menggugat sikap kesadaran keberagamaan Islam seseorang
yang berbeda dengan sikap kesadara keberagamaan Islam diri. Setiap
oang bebas memilih pandangan sendiri, apakah bid’ah itu termasuk
dhalalah ataukah hasanah. Apakah Islam itu diperjuangkan secara
terbuka, terang-terangan (ghuraba, ekslusif) ataukah secara tertutup,
sembunyi-sembunyi (inklusif, pluralis). Apakah inffaq itu hanya secuil
(remah-remah) dari hasil penghasilan, pendapatan, atau sebagian
ataukah seluruhnya diserahkan untuk kepentingan perjuangan Islam
(Simak antara lain “Aluluk wal Marjan” Muhammad Fuad Abdul Baqi, Bab
“Haram Membunuh orang Kafir Sesudah Mengucapkan : La ilaha illallah”,
HR Bukhari, Muslim dari AlMidad bin AlAswad dan dari Usamah bin Zaid).
Dalam bahasa biologi dapat disebutkan bahwa perilaku kita ditentukan
oleh fenotipe dan genotype. Dalam bahasa psikologi oleh bakat (anleg)
dan lingkungan (milieu) seperti dirumuskan dalam Hukum Stern.
Sedangkan dalam terminology Islam mengacu pada sabda Rasulullah saw
baha : “Setiap yang lahir (maulud) lahir (yulad) menurut fithrah
(bakat), maka pengasuhnya (lingkungannya,milieunya, abawahu)
mengyahudikannya, atau menasranikannya, atau memajusikannya. Simak
juga ayat QS 91:8 yang menyebutkan : “Allah mengilhamkan kepada jiwa
itu (dua jalan pilihan) jalan kefasiqan dan ketakwaan”.
Untuk memahami Islam bagi orang yang mengerti ahasa Arab ialah dengan
memahami alQur:an secara langsung. Hal-hal yang masih belum jelas,
maka penjelasannya dapat ditemukan dalam alHadits. Seandainya masih
ada juga yang belum jelas, maka penjelasannya berturut-turut dapat
ditemukan dari keterangan para sahabat Rasulullah, para tabi’in
(sahabat dari sahabat Rasulullah), dan akhirnya dengan menggunakan
pertimbangan nalar (akal sehat).
Sedangkan bagi yang tak mengerti bahasa Arab ialah dengan memahami
terjemaaahan alQur:an. Yang belum jelas ditelusuri dari terjemahan
alHadits. Selanjutnya dari keterangan para sahabat Rasulullah, para
tabi;in, dan akhirnya dengan menggunakan pertimbangan nalar (akal
sehat). Ringkasnya bias diperoleh dari bacaan buku/majalah, tayangan
televise, siaran radio, ceramah/taaklim,
Bagaimana pun tak semua hal tentang Islam dapat dipaaahami secara
nalar, akal, loga. Ini hanya dapat dipahami, diterima dengan iman.
Logika manusia terbatas. AlQur:an adalah kalamullah, firman Allah,
bukan kalamunnas, kata-kata manusia. Kalamullah tak dapat dipahami
secara logika semata, tetapi dengan iman.
Dalam pemilu dikenal “quick count”, perhitungan suara pemilu secara
cepat. Dipilih bberapa daerah pemilihan yang diperkirakan dapat
merepresentasikan, merefleksikan, mencerminkan suara nusantara. Pada
tiap daerah pemilihan tersebut diselenggarakan jajak pendapat secara
terbatas. Akumulasi hasil jajak pendapat pada daerah pemilihan yang
dipilih tersebut dianggap merepresentasikan, merefleksikan,
mencerminkan suara nusantara.
Model, pola penyimpulan secara cepat tersebut, barangkali dapat pula
diterapkan dalam memahami pesan Qur:an secara cepat. Dipilih beberapa
ayat atau unit (satuan) ayat Qur:an yang diperkirakan secara
eksplisist (tersurat) dapat merepresentasikan, merefleksikan,
mencerminkan pesan Qur:an. Pada tiap ayat atau unit ayat Qur:an itu
seyogianya dipahami secara terpadu, secara terintegrasi, secara
teleologis dan sekaligus secara sosiologis. Atau meminjam istilah
“Islam Emansipatoris” Very Verdiansyah, secara teosentris dan
sekaligus juga scara antroposentris (Byletin Jum’an ANNADHAR, Edisi
39, 10 September 2004M). Ajaran Islam, pesan Qur:an itu dipahami,
dibahas, dipaparkan secara tekstual dan sekaligus secaraa konseptual.
Inti ajara alQur:an, ajaran Islam adalah agar beriman kepada Allah,
bahwa Allah itu Maha Kuasa, bahwa tak ada kekuasaan tanpa idzin Allah,
agar bertakwa, beribadah kepada Allah, ta’at patuh mengikuti ajaran,
perintah Allah. Bahkan sakinah (rest), mawaddah (love), rahmah (mercy)
dalam ayat alQur:an surah arRuum (suratt 30) ayat 21 merupakan
indikasi (ayat) tentang ke mahakuasaan Allah.
Sistimatika susunan alQur:an sangat unik. Tak sama dengn sistimatika
karya ilmiah. Abul A’al maududi menyebutkan bahwa alQur:an merupakan
satu buku yang dari awal sampai akhirnya menghimpun butiran-butirn
mutiara yang bertebaran dan permata-permata yang berserakan, yang
terkumpul dalam berbagai susunan yang saling sambung menyambung dan
untaian yang saling kait mengait. Simaklah bukuny “Dasar-Dsar Fikiran
dan Metodaaa untuk memahami alQur:an”.
Sumber ajaran Islam adalah alQur:an. AlQur:an dapat dipahami, didekati
secara tekstual dan kontekstual, literal dan structural
(rasional,liberal, lafzhi dan maknawi, lahir dan batin (isyari),
statis (kaku) dan dinamis (fleksibel), eksplisit (tersurat) dan
implicit (tersirat), matematis dan filosifis (logical), teosentris dan
antroposentris, teologis dan sosiologis.
AlQur:an terdiri dari unit-unit terkecil yang disebut dengan raka’
(se’ain-se’ain). AlQur:an dapat juga dipahami dari unit-unit
(raka’-raka’) tersebut. Setiap unit alQur:an itu mencakup mengandung
ajaran akidah (iman) dan akhlak/ibadah (amal). Ada yang tersurat
(eksplisit) dan ada pila yang tersirat (implicit). Setiap unit bias
diuraikan, dipaparkan, dijabarkan mencakup seluruh pesan alQur:an.
Dalam memahami pesan alQur:an unit per unit, dipilih beberapa ayat
atau unit (satuan) ayat alQur:an yang diperkiakan secara ekspilisit
(trsurat) dapat merekresentasikan, mereflekswikan, mencerminkan pesan
alQur:an. Pada tiap ayat atau unit ayat alQur:an tersebut
diinventarisasi, dijabarkan, dirumuskan pesan alQur:an. Himpunan dari
hasil inventarisasi dianggap keseluruhan pesan alQur:an.
Penjelasan satu ayat alQur:an dapat ditemukan pada ayat yang lain,
yang disebut dengan Penafsiran AlQur:an dengan AlQur:an. Penjelasan,
pengertian rukun Iman dalam sesuatu ayat dapat ditemukan dalam ayat
yang lain. Sedangkan terminology rukun (pilar, tiang, sendi, basis,
pondamen) tak terdapat baik dalam alQur:an maupun alHadits. Demikian
juga dengan pengertian Mukmin, Muslim, Muttaqin. Di satu tempat
dijelaskan secaraa ringkas, di temapt lain secara luas. Untuk
memahaminya haruslah secara menyeluruh saling terkait (totalitas
terintegrasi).
Langkah-langkah yang ditempuh oleh Sayyid Qutthub dalam membahas
masalah-masalah Islam dimulai dengan menjelaskan hakikat, konsep
tentang Tuhan (akidah Islamiyah), tentang alam (alam nyata dan alam
ghaib), tentang kehidupan, tenang manusia (lahir dan batin, fisik dan
psikis). Akidah Islamiyah itu menetapkan bahwa Allah swt adalah Tuhan
manusia yang telah menciptakan semua kekuatan alam sebagai sahabat dan
penolong. “Tak ada Tuhan selain Allah”.
Barulah setelah itu, kemudian dijelaskan hubungan, relasi, interaksi
antara manusia dengan Tuhannya, antara manusia dengan dirinya, antara
manusia dengan masyarakatnya, antaraa manusia sesamanya, antara
individu dengan negaranya, antara individu dan masyarakatnya, antara
generasi yang satu dengan generasi yang lainnya (Simak Sayyid Qutthub
: “Petunjuk Jalan”, hal 100; “Keadilan Sosial dalam Islam”, 1994:25).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar