Minggu, 13 November 2011

Belajar memahami Iman dan Islam secara sederhana

catatan serbaneka asrir pasir Belajar memahami Iman dan Islam secara sederhana Dalam harian KOMPAS, Sabtu, 29 Oktober 2011, halaman 7, Opini : “Deradikalisasi Berbasis Ideologi”, oleh Hasibullah Satrawi terdapat gambar cabang pohon lukisan JITET. Di again bawah (tak terlukis) cabang akar yang menggambarkan ide dan di bagian atas cabang batang yang menggambarkan aksi. Dari sudut pandang Islam, cabang ide merupakan cabang Iman, dan cabang aksi merupakan cabang Islam (amal). Cabang Islam/amal (cabang aksi) bisa berwarna radikal atau moderat tergantung dari warna konsepsi Iman (ide). Dari ayat QS 13:24-26 dapat dipahami konsep Iman (ide) yang benar itu dapat ditamsilkan, diumpamakan sebagai akar pohon yang baik, dan konsep Islam/amal (aksi) itu sebagai cabang batangnya. Dan sebaliknya konsep Iman (ide) yang keliru sebagai akar pohon yang jelek, dan konsep Islam/amal (aksi) yang keliru sebagai cabang batang yang jelek (Simak antara lain Abdur Rahim Manafi : “Kitab alHuda fit Tauhid”, Tandikat, Padang Panjang, cetakan ke-2, “Muqaddimah fi dinil Islam”. Washington Irving, penulis Amerika Serikat secara sinis menyebutkan bahwa ajaran Islam mendorong sekelompok tentara yang bodoh tidak berpengalaman menyerbu secara buas ke medan perang. Mereka diyakinkan, kalau hidup mendapat rampasan perang, kalau mati mendapat surga” (Simak Muhammad Husin Haekal : “Sejarah Hidup Muhammad”, Tintamas, Jakarta, 1984, hal 193, “Orientalis dan Kebudayaan Islam”). Provokasi Washington Irving inilah yang kini disebarluaskan sebagai watak terorisme. (written by sicumpaz@gmail.com at BKS1111061115) Deradikalisasi Berbasis Ideologi Hasibullah Satrawi, Alumnus Al-Azhar, Kairo, Mesir dari Moderat Muslim Society dengan tulisannya “Deradikalisasi Berbasis Ideologi” (KOMPAS, Satu, 29 Oktober 2011, hal 7, “Opini” mengajak semua pihak yang terkait agar belajar dari program deradikalisasi di Mesir. Beberapa tokoh dan ulama Indonesia telag mencoba membongkar ulang sejumlah ajaran keaamaan yang disalahpahami (pesa-pesan kemanusiaan agama yang dibajak menurut istlah Buya Syafii Maarif). Namun, upaya pelurusan paham keagamaan itu tidak menimbulkan dampak efektif di kalangan para yang disebut teroris, karena para ulama tersebut diragukan otoritas ilmu keislannya. Di Mesir, otoritas ilmu keislaman Syeikh Najih Ibrahim Abdullah, Sheikh Ali Syarif, Syeikh Usamah Ibrahim Hfiz, dll disegani karena mereka adalah tokoh dengan ilmu keislaman mumpuni, baik dari kalangan yang dicap teroris, maupun di kalangan public Mesir umumnya. Buku-buku “Maklumat Deradikalisasi”, Pengharaman Radikalisme Keagamaan dan Pengafian Sesama Umat Islam”, “Mengungkap Kesalahan dalam Memahami Jihad”, Nasehat Deradikalisasi dalam Penegakkan Amar Makruf dan Nahi Munkar”, “Jawab atas Pernyataan tentang Agama-Agama” yang diterbitkan di Mesir untuk pembongkaran ulang atas sejumlah ajaran yang kerap disalahpahami perlu disosialisasikan di Indonesia. Deradikalisasi harus dibedakan dengan Moderatisasi.Gagasan Islam Moderat tak berbeda dengan Islam Liberal, mengusung jargon “Islam agama damai”. Tujuannya untuk memadamkan kekuatan utama kaum Muslimin, membuh ruhuh jihad, menyimangkan pemahaman keislaman. Merusak pemahaman yang benar terhadap nash-nash AlQuran dan Sunnah. Sasasan akhirnya didesin untuk melanggengkan eksistensi kapitalisme dan penjajaaaajan Amerika Serikat dan sekutunya (Simak Syamsuddin Ramadhan AnNawawy : Tabloid MEDIA UMAT, Edisi 23, 19 November 2009, hal 19, “Fokus” (written by sicumpaz@gmail.com at BKS 1111031435) Kriteria kebenaran suatu agama Hampir di setiap waktu, baik lewat media cetak, mapun media elektronik diusung, diintrodusir, dipropagandakan bahwa semua agama itu sama. Sama-sama menghendaki dan sama-sama menuju kebaikan. Tidak ada agama yang tak menghendaki dan menuju kebaikan. Dalam kaitan ini benar sekali, tak ada yang akan menyanggah, mengingkarinya. Namun dalam kenyataan (Das Sein) masing-masing agama itu sat sama lain berbeda. konsep tentang Tuhan, dosa, pahala, surge, neraka masing-masing berbeda. ritual, tatacara, tempat ibadah masng-masing agama pun berbeda. Bahkan konsep tentang baik dana buruk saja tak sama. Apalagi konsep halal, sunnat, mubah, makruh, haram hanya terdapat dalam agama Islam saja, tak terdapat dalam agama lain mana pun. Masing-masing pemeluk, penganut agama mengaku bahwa agamanyalah yang benar. Masing-masing menggunakan alas an, argumentasi yang terdapat dalam ajaran agamanya masing-masing. Tetapi pemeluk, penganut agama yang lain menolak alasan, argumentasi tersebut (Simak antara lain Dr Adian Husaini : “Menjalin Kerukunan, , Me3njamin Keyakinan”, dalam SUARA MUSLIM, Bekasi, Edisi 32-Thn 2011M/1`432H). Dalam Islam ada satu cara, metoda yang dapat digunakan untuk menguji kebenaran suatu agama, yaitu yang namanya “mubahalah”. Yaitu dengan bersumpah bersama-sama dihadiri anak, isteri dari kedua pihak yang bersumpah. Persumpahan diadakan dalam mempertaahankan keyakinan agama masing-masing. Menilai kebenaran pendirian kedua belah pihak. Kedua pihak bersumpah agar Allah menurunkan kutuk laknantNya kepada yang pendiriannnya salah. Namun tak satu pun pihak yang bersedia bersumpah selain pihak Islam (Simak Prof Dr Hamka : “Tafsir Al-Azhar”, juzuk III, hal 190, re tafsiran QS 3:61). Namun umat Islam sendiri tak pernah disauruh untuk membela kebenaran agama Islam dengan menggunakan cara, metoda mubahalah ini. Ini hanya khusus diperintah kepada Rasulullah saw saja. Umat Islam hanya diperintah melakukan mujadalah (wa jadilhum billati hiya ahsan, QS 16:125). Juga ta diperintah melakukan adu do’a dalam membela kebenaran Islam. Di tayangan televise sering terlihat parade lomba penyembuhan penyakit dengan do’a yang dilakukan oleh misi/zending Kristen, yang oleh sebagian kalangan Islam ikut-ikutan pula. Adu jmlah pengikut agama pun tak dapat menjawab kebenaran sesuatu agama. Kebenaran suatu agama tak dapat ditentukan oleh banyak sedikitnya jumlah pengikutnya. Meskipun begitu, bagi Islam dapat digunakan sebagai bahan pelajaran. Kenaapa di wilayah komunis, ajaran Marxis begitu menarik. Kenapa Islam di Soviet Rusia yang ada hanya di kampungnya Imam Bukhari. Kenapa di Cina, ajaran Konghucu yang menarik. Sedangkan Islam hanya ada di Sinkiang. Kenapa di Jepang, ajaran Shinto yang menarik. Kenapa di India Belakang, ajaran Budha Sidarta Gautama yang menarik. Kenapa di Tahiland, Islam hanya ada di Patani. Kenapa Islam sama sekali tak menarik di wilayah Anglo Sakson di Eropa, Amerika, Australia. Apa yang seharusnya ditonjolkan untuk menarik umat manusia. Kenapa Islam tak mengakar di Andalusia, hanya sekitar 700 tahun saja. (written by sicumpaz@gmail.com at BKS1110151830)

Tidak ada komentar: