Referensi solusi krisis serbaneka Sicunpas On_Line Koleksi informasi ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum, moral
Minggu, 13 November 2011
Dari Teologis Ke Sosiologis
Dari Teologis Ke Sosiologis
Sudah sa’atnya ungkapan-ungkapan yang bersifat teologis (religius,
transcendental), yang abstrak pada akal, yang hanya dapat diimani,
agar dapat disampaikan, dikemas, diproyeksikan, dikonversikan,
diterjemahkn dalam ungkapan-ungkapan yang bersifat sosiologis (bahasa
sosial-ekonomi, bahasa sosial-politik, bahasa sosial-budaya) yang
konkrit pada akal, sehingga dapat dipahami (Ahlul Irfan SPd MM : “Dari
Theologis Ke Sosiologis”, Buletin NADZIR, Edisi 5, Mei 2001).
Ungkapan Teologis mencintai Allah dan Rasul-Nya” (QS 3:31) yang
abstrak pada akal, agar diproyeksikan, dikonversikan, diterjemahkan ke
dalam ungkapan sosiologis “mencintai, menyantuni, memperhatikan
kepentingan publik (orang banyak, orang melarat, orang terlantar) yang
konkrit pada akal (QS 107:1-3, 9:60, 2:177, 3:92, 8:41).
Sabilillah, proyeksinya, konversinya, refleksinya adalah kepentingan
publik (Abul A’la al-Maududi : “Dasar-Dasar Islam”, 1984:190-191).
Tapi publik (orang banyak) bukanlh Allah dan Rasul-Ny. “Sesungguhnya
di hari kiamt nanti Allah berfirman : Wahai nak Adam, Aku minta
makanan kepadamu, tetapi engkau tidak mau memberiKu makanan. Tahukah
engkau, wahai anak Adam, sesungguhnya hambaKu si Fulan itu meminta
makanan kepadamu, tetapi engkau tiaa memberinya makanan. Ketahuilah,
bila engkau memberinya makanan, maka engkau mendapatkan rahmat
keridhan di sisiKu (Hadits Qudsi riwayat Muslim dari Abi Hurairah).
Ungkapan teologis “kebenaran ilahiyah” (QS 2:147) yang abstrak pada
akal, agar diproyeksikan, dikonversikan, diterjemahkan ke dalam
ungkapn sosiologis “opini publik, pendapat umum (orang banyak dari
kalangan orang mukmin) yang konkrit pada akal.
Ungkapan teologis “kedaulatan ilahiyah, kedaulatan hukum ilahiyah”
yang abstrak pada akal, agar diproyeksikan, dikonversikan,
diterjemahkan ke dalam ungkapan sosiologis “kedaulatan publik,
kedaulatan rakyat (theo democracy, divine democracy) yang konkrit pada
akal.
Ungkapan teologis “ Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum
(komunitas), sehingga mereka merubah keadaan dari mereka sendiri (QS
13:11), agar dipahami dalam ungkapan sosiologis “Perubahan individu
demi individu akan berujung pada perubahan kolektif” (Ahlul Irfan SPD
MM : “Agen Perubahan Sosial”, Buletin NADZIR, Edisi 6, Juni 2001).
Masyarakat akan makmur sejahtera, apabila setiap orang berlomba
memperbaiki kehidupannya masing-masing (mengikuti metode deduksi
prinsip ekonomi liberal kapitalis).
Ungkapan teologis “Carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
kebahagiaanmu dari (kenikmatan) duniawi” (QS 28:76-77) agar
diproyeksikan, dikonvewrsikan, dipahami dalam ungkapan sosiologis,
seagai motivasi berbisnis, berusaha, agar berorientasi pada
kebahagiaan akhirat, kesejahteran sosial, kepentingan bersama, bukan
pada kebahagiaan duniawi, kesejahteraan individual, kepentingan
perseorangan.
Ungkapan fenomena alam limbah industri dikonversikan, diproyeksikan,
ditafsirkan dalam ungkapan fenomena sosial komunitas buih (QS 13:17).
.Ungkapan teologis “hablum minallah” (QS 3:112) mengadakan, menjaga,
memelihara hubungan dengan Tuhan, Alkhaliq (setia memenuhi,
menjalankan risalah, seruan, janji Allah, takut putusnya hubungan
dengan Allah, takut turunnya amarah Allah, mengharapkan keridhaan
Allah, mendirikan shalat) (QS 13:19-24)) dikonversiskan,
diproyeksikan, dijabarkan, ditafsirkan, diimplementasikan dengan
ungkapan sosiologis “hablum minan naas” (QS 3:112) memikirkan,
memperhatikan, mengupayakan peningkatan keadaan sosial-ekonomi-budaya
sesama makhluk Allah (simak juga pengertian ungkapan “lita’arafu”
dalam QS 49:13).
Pemicu putusnya hubungan dengan Tuhan dan insan adalah pola hidup
tamak, rakus, serakah, pola hidup kikir, pelit, kedekut, pola hidup
angkuh, pongah, congkak, pamer.
Ungkapan teologis amal shaleh dijabarkan dalam ungkapan sosiologis
amal sosial. Banyak beramal kebajikan, beramal sosil, berbuat amal
usaha operasional diberbagai bidang untuk meningkatkan taraf,
martabat, mutu dan tingkat kehidupan sosial-ekonomi-budaya bersama
(kemampuan dan keampuhan diri sendiri, keluarga, tetangga, bangsa,
ummat, lingkungan) menurut kadar kemampuan. Memanfa’atkan sebagian
rezki, penghasilan, pendapatan, kekayan, kepintaran, kesempatan,
kemampuan untuk kepentingan bersama, untuk kemakmuran, untuk
kesejahteraan bersama (QS 2:3). Menabur, menebar jasa. Menyebarkan
berbagai kebajikan dan kebaikan bagi rahmat alam semesta (QS 21:107).
Ungkapan teologis “berbuat baiklah seperti Allah berbuat baik
kepadamu” (QS 28:77) ditafsirkan dengan ungkapan sosiologis membalas
kejahatan dengan kebaikan” (QS 13:22) (Prof Dr Bahrum Rangkuti :
“Al-Qur:an, Sejarah, Kebudayaan”, Bulan Bintang, 1977:20-25).
Ungkapan teologis amalan dzikir ditafsirkan dalam ungkapan sosiologis
amalan fikir (QS 3:191). Pengertian, ungkapan teologis ulul albab
sebagai ahli dzikir dan ahli fikir (3:7-9, 3:190-195), diproyeksikan,
dikonversikan, diterjemahkan dalam ungkapan ulul albab sebagai pelaku
amal shaleh dan pelaku amala sosial (QS 13:19-24).
Dunia intelektual Islam masa kini amat sangat miskin sekali dengan
ilmuwan ekonomi sekalaibar Adam Smith, Karel Marx John Maynard Keynes,
meskipun Abul A’la Maududi, Quthub bersaudara, Yusuf Qardhawi, Mustafa
as-Siba’I, Zainal Abidin Ahmad pernah berbicara tentang Ekonomi,
tentang Lembaga Niaga, tentang Lembaga Riba (Bank), dan sebelumnya
Ibnu Khaldun, Imam Ghazali.
Sudah sangat mendesak, sangat diperlukan Diskusi Kajian Islm dan
Sosial, Kajin Islam dan Budaya, Kajin Islam dan Ekonomi, Kajin Islam
dan Politik secara rutin, sistimatis, berkala berkesinambungan,
membahas karya tulis semacam karya Abu A’la Maududi, Quthub brsaudara,
Mustafa as-Siba’I, Yusuf Qardhawi, Zanal Abidin Ahmad, dan lain-lain
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar