Senin, 28 November 2011

Legalitas kebebasan seks dalam agama rekayasa (Aliran Bid'ah)

Legalitas kebebasan seks dalam agama rekayasa (Aliran Bid'ah) Baik dulu, maupun kini, baik di kalangan politisi, strategi, selebiriti, maupun fesyen, tercatat sejumlah tokoh-idola yang berprilaku gay (sodomi, homo, lesbi, biseks). Mereka menghendaki kebebasan hubungan seks seebasnya, tanpa batas, tanpa kendali, tanpa kontrol. Hidup sebagai manusia hewani (manusia kurang ajar). Bahkan tuntutan kebebasan yang sama sekali tak rasional (irrasional) ini, malah gencar di tengah masyarakat yang sering dianggap paling rasional. Meskipun "Tidak ada tempat di Alkitab bagi semua kegiatan seks di luar nikah", namun frekuensi free seks (perbuatan kurang ajar) semakin meningkat. Kompleksitas seksual ini Sering terjadi di lingkungan kewiraan, seperti akademi militer (Tabloid BERITA BUANA MINGGU, 16 Agustus 1998, hal 3), juga di pondok (MATRA, 6 April 1990). Meskipun pusat-pusat studi agama bermunculan, buku-buku dan jurnal keagamaan diterbitkan secara rutin, namun keyakinan dan praktek keagamaan semakin menipis. Kenapa ? Apa tak ada metode dakwah yang efektif ? Yang subur adalah "pseudo religion", "cultic religious", yang termasuk ke dalam New Religion Movement, agama anak muda, agama rekayasa (KOMPAS, 19 April 1997, hal 4-5, FOKUS, 8 Maret 1994, hal 16, TEMPO, 31 Maret 1973, hal 37). "Cultic religions" di dunia Muslim bisa muncul dengan kehadiran "Imam Mahdi" (KIBLAT, No.19, 5-20 April 1988, hal 28-34, Tabloid ADIL, No.49, 9-15 September 1998, hal 30). Semua ini semula berpangkal pada doktrin pelepsan diri dari penderitaan (Sangsara, samsara) agar tercapai nirwana (swargaloka kayangan). Dapat mencapai "Tingkat di atas Manusia" (Makhluk Planet, Nirvana) dengan cara meninggalkan wadah (tubuh), mulai dengan menjalani hidup membujang (selibasi) (KOMPAS, Sabtu, 29 Maret 1997, hal 7, Applewhite, Pemimpin Sekte Pintu Surga). Selanjjutnya dengan sistimatik ilmiyah (pseudo) diupayakan memanipulasi ayat-ayat Kitab Suci untuk dapat fly mencapai swargaloka, untuk dapat mengubar, melampiaskan dorongan biologis (nafsu hewani) sebebasnya. Jadilah sepenuhnya dikendalikan nafsu birahi hewani (kasih sayang hewani, doctrine of love, libe, libido). Di antara tokohnya pernah terkena gangguan jiwa, berbuat sodomi dengan mahasiswanya. Di kalangan komunitas manusia hewan, tak ada norma moral, etika, agama. (Bks 5-2-99). Generasi bebas tanpa batas Kini muncul Aneka Bebas Gaul (ABG). Generasi cuek, masa bodoh. Bebas nilai. Tanpa norma moral, etika. Tak terikat dengan tatanan nilai. Tanpa bean moral. Tak perlu jujur, konsisten atau konsekwen. Semuanya boleh. Tak ada larangan. Sekali waktu bisa tampil humanis. Anti diskriminasi. Anti facis. Anti militerisme. Lain waktu bisa tampil sadis. Anti suku. Anti agama. Anti ras.Anti golongan. Tak ada halangan. Tak ada kendali. Serba boleh. Dunia yang diimpikan adalah dunia tanpa suku, tanpa agama, tanpa ras, tanpa golongan. Sehingga tidak ada perang antar suku. Tak ada diskriminasi ras. Tidak ada adu domba antar penganut agama. Tak heran bila ada Sang Tokoh yang sangat terpengaruh oleh Filsafat Humanisme, yang menganggap manusia itu semuanya sama secara mutlak, baik Muslim, maupun non-Muslim, namun bukan seorang Humanis yang adil (konsekwen), tapi berpihak pada non-Muslim (Hidayat Nurwahid : SABILI, No.6, 6 September 2000, hal 93) Pembedaan dikacaukan dengan perbedaan, sehingga menjadi rancu. Kesenangannya adalah berjingkrak-jingkrak. (Kesan tulisan REPUBLIKA, Senin, 29 Maret 1999, hal 5, "Mimpi Generasi Muda ABG"). Sebelum ini subur berkembang "pseudo religion", "cultic religious" yang termasuk ke dalam New Religion Movement, Agama Anak Muda, Agama Rekayasa. Semua ini semula berpangkal pada doktrin pelepasan diri dari penderitaan (sangsara, samsara) agar dapat mencapai "Tingkat Di atas Manusia" (Makhluk Planet, Nirvana, Swarga Loka Kayangan) dengan cara meninggalkan dan menanggalkan wadah (tubuh), mulai dengan menjalani hidup membujang (Kesan tulisan KOMPAS, Sabtu, 29 Maret 1997, hal 7, Pemimpin Sekte Pintu Surga). Yang satu berupaya memanipulasi tatanan nilai Kitab Suci untuk dapat fly mencapai swargaloka, mengubar dorongan biologis (doctrine of love), yang lain berupaya cuek terhadap tatanan nilai, agar dapat bebas sebebasnya tanpa batas. Na’udzu billahi min dezalik. (Bks 1-4-99).

Tidak ada komentar: