Referensi solusi krisis serbaneka Sicunpas On_Line Koleksi informasi ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum, moral
Jumat, 18 November 2011
Kalau Allah mau
catatan serbaneka asrir pasir
Kalau Allah mau
(Al-Quran adalah Kalamulllah, bukan bahasa manusia. Tak dapat dipahami
dengan bahasa manusia. Setiap pemahaman manusia akan bisa berbeda stu
sama lain).
Allah Maha Kuasa. Kalau Allah mau, Ia ciptakan umat ini Muslim semua
(QS 5:48, 10:99), akur semua, tak berselsih (QS 11:118), tak ada
berbunuh-bunuhan (2:253) semuanya orang baik-baik (QS 16:93), tak ada
yang berbuat sewenang-wenang (QS 42:8, 6:137), semua dapat petunjuk
(QS 6:35, 6:149), tidak ada yang musyrik (QS6:107), semuanya mengabdi
hanya kepada Allah, tak ada yang durhaka (QS 51:67), semuanya
memperoleh kehormatan, kemuliaan, tak ada yang akan dilemparkan ke
neraka (QS 17:70). Semuanya tertib, teratur, aman. Tak perlu
pengadilan, tak perlu mesti ada kematian, tak prlu adanya neraka. Itu
kalau Allah mau.
Allah berkuasa buat menjadikan syari’at itu satu saja. Coraknya satu
saja zaman Adam sampai zaman Muhammad, sampai hari kiamat. Bangsapu
satu semua. Adat istiaat satu semua, prkembangan hiduppun satu saja
semua. Allah berkuasa membuat demikian kalau Dia mau (idem, juzuk VI,
hal 268, re tafsrin QS 5:48). (macam di surga/ tanpa perlu adanya
dunia dan akhiat ?)
Kalau Allah menghendaki, bisa juga manusia itu bersatu semua, akur
semua, tidak ada berkelahi. Akur dalam membangun. Akur dalam
berketurunan. Allah sanggup mentakdirkan manusia seperti demikian.
Akan tetapi Allah telah mentakdiran lain. Manusia tetap saja dalam
perselisihan atau perkelahian. Ada yang jadi Fir’au. Ada yang jadi
Musa. Ada yang jadi Abu Jahal. Ada yang jadi Nabi Muhammad saw. (Idem,
simah juz XII, hal 153, re tafsiran QS 11:118).
Allah berkuasa membuat umat ini jadi umat yang satu, tidak ada
pertikaian, tidak ada perselisihan (idem, juzk XI, hal 290, re
tafsiran QS 16:193, juzuk III, hal 8 re tafsiran QS 2:253, simak juga
re tafsiran QS 42:8). Kalau diteruskan, bisa saja muncul pandangan
bahwa kalau Allah menghendaki maka tak ada senketa antara Qabil dan
Habil, tak ada perperangan, tak perlu ada bahtra Nabi Nuh, unggun yang
disipkan Namruzz bagi Nabi Ibrahim, tak perlu Fir’aun kejeur ke dalam
lautan. Seluruh fenomena alam dirncang Allah untuk kemanan manusia,
tak ada tsunami, tak ada gempa bumi, tak ada bencana alam, tak ada
manusia yang keinjak-injak. Bahkan tak pula ada pengadilan, tak perlu
neraka, tak perlu ada kematian. Cukup hanya surga tanpa dunia, tanpa
akhirat, tanpa mati ?
Allah Maha Kuasa buat mengumpulkan mereka (manusia ?) dalam satu
haluan, satu kepercayaan, satu petunjuk sehingga tidak ada yang
membantah lagi, setuju saja semuanya. Allah sanggup berbuat begitu
(Simak Prof Dr Hamka “Tafsir Al-Azhar”, juzuk VII, hal 207, re
tafsiran QS 6:35).
Kalau Allah mau, maka Allah dapat saja membuat manusia itu menjadi
mukmin semua, dan kemusyrikan jadi hilang, orang bersatu semua dalam
tauhid (idem, juzuk VII, hal 34 re tafsiran QS 6:107).
Allah Maha Kuasa. Bisa membuat seluruh isi bumi ini beriman kepada
Allah, tak ada yang durhaka kepada Allah. Semua orang akur. Semua
manusia yang hidup di dunia ini percaya kepada Allah, tidak seorang
juga yang membantah. Kalau Allah menghendaki supaya manusia itu
beriman semua, seluruhnya percaya saja kepada Allah, yaitu
dihentikanNya manusia brfikir dan dihilangkanNya segala perjuangan
buat mencari nilau-nili di dalam hidup (idem, juzuk XI, hal 347, re
tafsiran QS 10:99).
Dalam QS 2:186 disebutkan bahwa Allah mengabulkan permohonan orang
yang meminta, apabila ia memohon kepada Allah. Apakah seluruh
permohonan akan dikabulkan Allah ? Tidak. Permohonan Nabi Nuh yang
memohon keselamatan atas anaknya ditolak Allah )Simak QS 11:45-47).
Permohonan Nabi Ibrahim yang memohon atas keseamatan bapaknya ditolak
Allah (Simak QS 9:113-114, 60:4). Kenapa ? karena tak memenuhi syarat
yang dikehendaki Allah. Syaratnya apa ? Silakan simak dan telusuri
dari ayat tersebut. Yang memohon orang baik-baik, orang shaleh, yaitu
nabi, Rasul Allah. Materi yang dimohonkan pun menurut yang memohon
juga yang baik, yaitu keselamatan bagi keluarga. Allah sendiri tempat
memohon pun Maha Kuasa, mampu merubah dari kafir kepada mukmin seperti
halnya Umar bin Khatthab.
Syubhat dan Mutasyabihat
Muh Quthub menarang buku berjudul “Subhat Haul al-Islam”. Alwi AS
mengindonesiakannya “Jawaban Terhadap Alam Fikiran Barat Yang Keliru
Tentang Al-Islam” (Membongkar kebohongan orientalis tentang Islam),
tertian Diponegoro, Bandung, 1982.
Dalam QS 3:7 terdapat kata “muhkamat” dan “mutasyabihat”. Apakah makna
“ayat mutasyabihat” ? Apakah ayat yang masih dipertanyakan,
dipersoalkan, dipermasaalahkan ? Apakah ayat yang masih memerlukan
tafsiran, yang ghairu ma’qul, yang tak logis ? Apa bedanya antara
“sya-a” dan “arada”, antara “qadara” dan qadha-a” ?
Apakah makna “La quwwata illa billah” (QS 18:39) ? Apakah berarti
bahwa tak ada yang terjdi tanpa idzin/kehendak Allah ? Apakah berarti
bahwa semuanya (yang baik dan yang buruk) terjadi atas kehendak/mauNya
Allah ? Apakah makna “fa’alu lima yurid” (QS 11:107)” ? Apakah berarti
bahwa Allah berbuat sekehendaknya, semaunya, sewenang-wenang ? Karena
“Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuatNya, dan merekalah yang
akan ditanyai” (QS 21:23).
Akah sebenarnya maunya Allah ? Dalam QS 51:56 disebutkan bahwa “Dan
Aku (Allah) tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah Allah” ? Apakah seluruh (kulli) jin dan manusia tanpa
kecuali (tapa eksepsi, tanpa istitsna) ? Ataukah hanya sebagian
(juz-i) kecil saja dari manusia yang diciptakan Allah untuk mengadi
kepadanYa ? Namun kenyataan (Das Sein) yang terjadi menunjukkan tak
semua manusia yang mengabdi kepada Allah. Allah sendiri Maha Kuasa.
Mampu mewujudkan kehendaknya “Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia
menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepaanya ‘Jadilah’ maka terjadila
ia” (QS 36:82, simak juga QS 76:30, 81:29). Kenpa tak terwujud seperti
kehendakNya ? Apakah ini suatu pengecualiaan, eksepsi, sistitsna ?
Jika hal ini memang kehendakNya menciptakan seluruh jin dan manusia
mengabdi kepadaNya, untuk apa diciptakannYa neraka ? Pasti ada
hikmahnya. Tak perlu ditanyakan.
Dalam QS 8:25 disebutkan bahwa siksaan Allah tidak khusus hanya
menimpa orang-orang yang zhalim saja ? Allah sendiri Maha Kuasa. Mampu
melokalisir siksaan hanya menimpa orang-orang yang zhalim saja. Kenapa
hal ini tak terwujud dalam kenyataan ? Pasti ada hikmahnya. Tak perlu
ditanya.
Hamka menggugat Jabariyah
Dalam DDC (Dewey Decimal Classifiation) 200-299 veri Arab-Islam
terbitan Kuwait, 1984, bahwa yang tergolong pada Aliran/Sekte/Firqah
Islam di antaranya adalah : Murjiah, Mu’tazilah, Khawarij, Syi’ah,
Rafidhah, Sunni, Asy’ari, Druz, Qadiani, dan lain-lain. Bagaimana pun
mereka itu masih dikategorikan sebagai penyandang predikat Islam,
sebab semua masih mengacu pada Quran dan Hadits (Simak “Tafsir
Al-Azhar”, juzuk IV, halaman 55, re tafssiran ayat QS 3:105).
“Jabariyah” berpaham bahwa segala sesuatunya aalah taqdir suratan
daari Tuhan, dan kita manusia tidak ada ikhtiar sama sekali (idem,
juzuk XX, halaman 19, re tafsiran ayat QS 8:53). “Jabariyah” berpaham
bahwa “Nasibku yang malang adalah takdir Allah”. “Kalau tidak atas
kehendak Allah, tidaklah nasibku akan begini” (idem, juzuk IV, halaman
97, re tafsiran ayat QS 8:148). Intinya bahwa hanya Allah Yang Maha
Kuasa, Yang Maha Berdaulat. Kekuasaan dan Kedaulatan Allah tak terbagi
dengan siapa pun.
Dalam hubungan ini simak pula tanggapan Ibnu Arabi yang mengatakan,
bahwa “Sungguh perbuatan baik dan buruk, iman dan kufur, tha’at dan
maksiat, penciptanya semua ialah Allah, yang tidak ada sekutu bagiNya
dalam mencipta. Dan tidak pula dalam menciptakan apa jua pun. Tetapi
yang buruk tidaklah boleh disangkutkan kepadaNya dalam sebutan,
meskipun itu ada. Semuanya itu ialah untuk mendidik kita beradab,
bersopan santun mengajar kita memuji Dia” (idem, juzuk XXIII, halaman
271, re tafsiran ayat QS 28:41).
Ibnu Katsir dalam mengupas tentang Khilafah mengatakan bahwa “Kalau Di
(Allah) menghendaki, boleh saja dijadikan sekalaigus, tidak dijadikan
turun demi turunan, atau sebagai kejadian Adam saja dari tanah. Dan
kalau Dia (Allah) kehendaki bisa saja yang setengah adakan keturunan
dari yang setengah, tetapi tidak dimatikan yang mula-mula lebih
dahulu, melainkan sekaligus semuanya kelak dimatikanNya”. Pastilah ada
hikmahnya. “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”
(QS 2:30) (idem, juzuk XX, halaman 19(.
(written by sicumpaz@gmail.com at BKS1109181100)
Belajar memahami maunya Allah
(Belajar membuka tabir rahasia ilmu dan kehendak Allah)
“Dan Aku (kata Allah) tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka menyembahKu” (QS 51:56).
“Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu
satu umat (saja), tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendakiNya,
dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendakiNya” (QS 16:93).
“Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia
umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat” (QS
11:118).
“Sekiranya Allah menghendaki, niscaa kamu dijadikanNya
satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap
pemberianNya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan” (QS
548).
Seluruh malaikat yang dciptakan Allah mengabdi kepadaNya
(QS 2:1). Namun manusia yang diciptakan Allah hanya sebagian kecil
yang mengabdi kepadaNya. Padahal semuanya itu diciptakan Allah untuk
mengabdi kepadaNya (QS 51:56).
Allah Maha Kuasa. Allah bisa menciptakan dunia in seperti
sorga, aman, tenteram, damai, sentosa, sejahtera. Tapi Allah
menghendaki agar manusia itu aktif bergerak dnamis, kreatf menciptakan
keamanan, ketenteraman, kesentosaan, kesejahteraan di dunia ini, bukan
bersikap statis, pasif, apatis. Dunia ini diciptakan Allah untuk
perjuangan, bukan untuk bersenang-senang. Hasilnya dipetik nanti di
akirat.
Allah Maha Kuasa. Kuasa merubah sikap mental namruz,
Fir’aun, Penguasa Romawi, Abu Lahab dari syirik ke tauhid, dari zhalim
ke adil. Namun Allah tak melakukan itu. Ia mengutus utusanNya Ibrahim,
Musa, Isa Muhammad saw untuk melakukan tugas itu. Namun semua
utusanNya tak berhasil merubah sikap buruk mental mereka itu.
Allah memberikan kerajaan kepada orang yang Ia kehendaki
dan Ia cabut kerajaan dari orang yang Ia kehendaki. Ia muliakan orang
yang Ia kehendaki, dan Ia hinakan orang yang Ia kehendaki (QS 3:26).
Allah Maha Kuasa. Kuasa memberikan kekuasaan kepada
Ibrahim, Musa, Isa, Muhammad. Tapi Allah tak memberikan kepada mereka.
Allah memberikannya kepada Namruz, Fir’aun, Penguasa Romawi, Abu
Lahab.
Allah Maha Kuasa. Kuasa menyelamatkan Ibrahim dari api
unggun, menyelamatkan Yunus dari santapan ikan. Kuasa menyelamatkan
Ayub dari penyakit, menyelamatkan Zakaria dari gergaji, menyelamatkan
Muhammad senjata Quraisy pada perang Uhud. Namun Allah membiarkan Ayub
menderita sakit, membiarkan Zakaria kepalanya digergaji penguasa
Romawi, membiarkan Muhammad kena lemparan senjata kafir Quraisy.
Allah menyediakan sorga dan neraka. Ini berarti Allah
menghendaki mada manusia yang baik saleh, yang akan menjadi penghuni
sorga, dan ada manusia ang jahat, taleh, yang akan menjadi penghuni
neraka. Oleh karena Allah itu Maha Kuasa, maka Dia tidak ditanya
tentang apa yang diperbuatNya, dan merekalah yang ditanyai” (QS
21:23).
Disebutkan bahwa yang mencoba membuat seperti buatan Allah
adalah oang zhalim (HR Bukhari, Muslim dari Abi Hurairah, dalam
“Riadhus Shalihin”, Imam nawami, “Haram menggambar binatang”. Yang
membuat gambar akan disiksa Allah di hari kiamat, dan diperintahkan
supaya menghidupkan yang digambarnya” (HR Bukhari, Muslim dari Ibn
Umar, idem, simak juga “Fathul Majid” Syaikh Abdurrahman, 2007:928,
Bab : “Para Perupa Makhluk Bernyawa”).
Allah Maha Kuasa. Apakah Allah merasa tersaingi oleh
manusa yang membuat gambar ? Apaah Allah merasa perlu menunggu sampai
hari kiamat untuk menghukum ang membuat gambar ? Apaka Allah merasa
tak perlu untuk segera mencegah agar tak sampi mereka itu membuat
gambar ?
Malaikat menyaksikan bahwa makhluk yang diciptakan Allah,
yang satu memangsa yang lain. Yang satu menumpahkan darah ang lain.
Yang satu mersak yang lain. Homo homini lupus. Padaal mereka (malakat)
itu senantiasa bertasbih memuji mensuscikan Allah. Namun Allah tak
menyangkal yang disaksikan aaikat itu, karena Allah punya padangan
lain, “Ia Maha Mengetahui”.
Ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat : “Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata :
“Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang
akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan”. Tuhan
berfirman : “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”
(QS 2:30).
Dari ayat tersebut dipahami bahwa Allah tak menginginkan
suasana damai, aman, tenteram, sentosa, tapi suasana homo homini
lupus, yang satu memangsa yang lain.
Emha Ainun Nadjib menulis : Untunglah, kata sejumlah orang
mulia yang cerdik cendekia : Allah sendiri itu Maha Humor. Sudah
enak-enak hidup sendiri, kok bkn macam-macam makhluk anglucu-lucu
begini. Apa Dia kesepian. Adam sudah nyaman-nyaman di srga, dibiarkan
tercampak ke bumi. Kok luc. A Qldi saja kk ndak boleh dmakan. Mbok, ya
bar. Apa sih ruginya han kehlangan sebji Qldi ? Mbok biarkan Adam
kawin sama awa di surga, pengantn dan pesta sampai anak turnannya
sekarang ni. Kenapa makhluk-makluk itu harus menunggu terlal lama
untuk memperoleh kesempatan bercengkerama mesra denganNa. Lucu. Pakai
bikin Iblis-Setan segala “Surat Kepada Kanjenga Nabi”, Mizan, Bandung,
1997:182, dari SUARA MERDEKA, 25 September 1992). Jawaban semuana itu
terkandng dalam Ak mengetahui apa yang tidak kamu ketahui” , QS 2:30).
(BKS0801280645)
Belajar Memahami Maunya Allah
Iman pada Takdir
(Program, Takdir, Ketentuan Allah)
Usaha, ikhtiar, do’a manusia merpakan input, masukan ke
dalam program, takdir, ketentuan Allah. “Sesungguhnya Allah tidak
merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaannya yang
ada pada diri mereka sendiri” (QS 13:11). “Sesungguhnya Alla sekalkal
tidak aan merubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkanNya kepada
satu kam, hingga kaum itu merubah apa yang ada pada diri mereka
sendiri (QS 8:53). “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut
disebabkan karena perbuatan tangan manusia” (QS 30:41)\
Hasil usaha, kekayaan, rezeki, mukjizat manusia sudah
deprogram, ditakdirkaan, ditentkan Allah sejak awal. “Dan Allah
melebihkan sebahagian kamau dari sebaagian yang lain dalam hal rezki”
(QS 16:71). “Allah meluaskan rezki dan menyempitkannya bagi siapa yang
Dia kehendaki” (QS 16:71). “Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian
mereka atas sebagan yang lan” (QS 2:253).
Disebutkan bahwa segala sesuatu yang telah terjadid di
dunia ini sudah ditetapkan, ditentukan, ditakdirkan, diprogramkan
Allah. “Dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan
ditulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahafuzh)” (QS 6:59). “Tiada
suatu bencaa pun yang menmpa dib mi dan tidak (pula) pada dirimu
sendiri melainkan telah tertulis daam kitab (Lauh Mahfuzh)” (QS
57:22). “Dan tidak ada yang lebih kecil dan yanglebih besar, melainkan
tercatat/tersebut dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)” (QS 10:61,
34:3). “Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata
(Lauh Mahfuzh)” (QS 36:12).
Disebutkan juga bahwa semua yang ditakdirkan tak dapat
ditolak, tak dapat dihentikan oleh siapa pun dan dengan cara apa pun.
“Hai hambaKu. Andaikan dikmpulkan semua kekuatan manusia dan jn dahulu
kala hingga akhir zaman nanti untuk menentang kekuasaanKu, maka
sedikitpun kekuasaanK tidak bergeser” (Hadis Qudsi riwaat Muslim dari
Abidzar dalam “Mutiara Hadits Qudsi”, oleh A Mudjab Mahali, 180:25).
“Ketahuilah olehmu, sekiranya umat manusia sepakat hendak memberi
manfa’at kepadamu, niscara tak akan sampai sesuatu juapun dari
padanya, melainkan apa yang telah ditetapkan Allah lebih dahulu.
Demikian juga sekiranya mereka itu sepakat pula hendak membahayakan
kamu, tak akan sampai bahaya itu melainkan menurut apa yang telah
ditetapkan Allah terlebih dulu (HR Tirmidzi dari Abdullah bin Abbas
dari “Riadhus Shalihin” Imam Nawawi, pasal “Muraqabah, Kewaspadaan,
Pengawasan”).
Tak ada yang mampu mencegah Hulaghukhan dan pasukannya
memporak porandakan Irak, mencegah ush dan pasukannya
menghancurleburkan Irak, mencegah Israel meumpahkan darah Palestina.
Arah takdir dapat diamati, dideteksi. “Orang yang bakal
beruntung, maka diringankan untuk berbuat amal yang menuntungkan,
sebaliknya orang yang celaka, maka diringankan untuk berbuat amal yang
membinasakan” (HR Bkhari, Muslim dari Ali, daam “AlLukLuk wal Marjan”
Muhammad Fad Baqi, pasal “Kitab Qadar”, hadis no.1697).
Ramalan, prediksi berdasarkan pada fenomena alam, fenomena
sosial ang merupakan snnatullah (proses sebab akibat, if cnditio) yang
diketahui oleh para ahl lm alam/ilmu sosial) bkanlah ramalan terhadap
perkara ghaib seerti yang dilakukan oleh ara kahin, ahli nujum, para
normal.
Menelamatkan diri dari kondisi yang diperkirakan,
diramalkan, diprediksi akan menyengsarkan haruslah dilakukan. Dan
bukan membiarkan diri tidak mengantisipasinya dengan dalih sabar. Ada
satu ungkapan yang berasal dari umar bin Khatthab : Lari dari suat
takdir ke takdir yang lain.
Yang tertindas, yang mendapat Andaman, yang diintimidasi,
yang diteror, ang terancam keamanan/keselamatan dirinya haruslah
berbuat, jika perlu mengungsi, meninggalan negeri pindah ke negeri
lan. “Bukankah bumi Allah itu luas, seingga kamu dapat berhijrah dib
mi itu ?” (QS 4:97).
Sudah berabad-abad mat Islam di Filiina Selatan, di
Patani, di Kashmir, di Singkiang dan lan-lain tertindas oleh bangsa
sendiri. Juga mat Islam di Palestina tertindas ole bangsa asng Israel.
Namn semuanya tak ada ayang berupaa berhijrah, mengungsi, membentuk
pemerintahan di pengasingan. Apakah karena disebutkan bahwa “Tidak ada
hijrah lagi setelah Fath Makkah”. Atakah karena kini ta ada lag tanah
ang bebas, semuanya sudah dikaelingi ? Ataukah karena tak ada negara
ang mau menerima mereka ? Aaukah karena “ukhwah Islamiyah”, “ummat kal
asadil wahid” itu hanya tinggal sebagai Das Sollen (harapan, impian,
slogan, semboyan), hanya ada dalam kitab, tak terwujud sebagai Das
Sein (kenataan).
Dalam menghadapi takdir yng sedang terjadi, berbuatlah
sesuai dengan kemauan dan kemampuan yang dimiliki. Menghadapi
kebakaran, padamkalah walau dengan segelas air sekali pn. Mengadapi
peperangan, padamkanlah wala dengan lemparan sebelah sepatu seal pun.
(BKS0901021000)
Memahami Takdir
“Sekali-kali kamu tidak akan mendapat pergantian bagi
sunnatullah. Dan sekali-kali tidak pula akan menemukan penyimpangan
bagi snnatullah itu” (QS 35:43).
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum
sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (QS
13:11). Man proposes, God disposes.
“Bagi orang yang pemurah dan bertakwa dan membenarkan
adanya suraga, akan Kami (kata Allah) berikan kemudahan kepadanya
(menuju surga). Sedangkan bagi orang yang bakhil dan berdosa dan
mendustakan adanya surga, akan Kami berikan kesukaran kepadanya
(menuju surga) (QS 92:5-1).
“Bila kalian mendengar bahwa di suatu tempat berjangkit penyakit
menular, janganlah kamu pergi ke tempat itu, dan jika di tempat kamu
tinggal telah bejrangkit penyakit menular, maka janganlah kalian
meninggalkan tempat tinggamu karena melarikan dri dar wabah penyakit
menular itu” (HR Bukhari, Mslim dari Usamah bin Zaid, dalam “AlLukluk
wal Marjan”, Muhammad Fuad alBaqi, Bab : Wabah tha’un, dedukunan dan
merasa sial dengan sesuatu).
Raslullah pernah) ditanya : “Apakah sekarang ini sudah diketahi mana
ahli sorga dan ahli neraka ?”. Jawab Rasulullah : “Ya”. Ditana lagi :
“Lalu untuk apakah orang beramal ?”. Jawab Rasulullah : “Tiap orang
beramal untuk apa yang telah dijadikan Allah bagnya (untuk mendapai
apa yang dimudahkan oleh Allah baginya) (HR Bukhari, Muslm dari Inan
bin Hshain, dalam “AlLuklk wal Marjan”, Muhammad Fuad aBaqy, Kitab
adar (Takdir/ Ketentuan Allah).
Rasulullah bersabda : “ Tiada seorangpun dari kalian, bahkan tiada
suatu jiwa manusia melainkan sdah dientka tempatnya di sorga aa
neraka, bernasib baik atau celaka”. Seseorang sahabatnya bertanya :
“Ya Rasulullah, apakah tidak lebih baik kita menyerah saja (nattakil)
pada ketentuan itu (kitabna) dan tidak usah beramal, maka jika untung
akan sampai kepadanya keuntungannya, dan bila celaka maka aan sampai
pada binasanya”. Rasulullah menjelaskan : “Adapun orang yang bahagia
(beruntung) maka diringakan (sayashiru) untuk mengamalkan perbuatan
ahli sa’adah (bahagia), sebaliknya orang yang celaka maka diringankan
untuk berbuat segala amal yang membinasakan” (HR Bukhar, Muslim dari
Ali, dalam “Matan Shahih Buhari”, Kitab alJanaiz, Bab : “Mau’izhah al
muhaddats ‘inda alqabri wa qu’ud ashshabih haulahu”, dan dalam “Tafsir
Ibnu Katsir”, jilid IV, hal 18, re tafsir ayat QS 92:5-10 ?.
Menurut Yahya bin Ya’mur, orang ang ertama kal berbicara tentang qadar
di Basharah adalah Ma’bad alJuaini, lalu ia (Yahya bin Ya’mar) dan
Humaid bin bdurrahman alHimyari (Syaikh Abdurraman Hasan Alu Syaikh :
“Fathl Majid”, 2007:922, Bab Mereka yang mengingkar Qadar (Takdir)”.
Allah menentukan sesuatu atas kehendakNya, tidak ada yang dapat
mempengaruhinya. Takdir llah tidak dipengaruhi oleh kemauan manusia.
Namun demikian, Allah membuka kesempatan bagi manusia untuk berdoa dan
memohon kepadaNya. Manusia hanya tahu apa yang telah terjadi dan
dialaminya, akan tetapi ia tidak tahu apa yang akan terjadi di masa
dating. Segala sesuatu yang terjadi, tidak ada yang diluar kehendak
Allah, tidak ada sesuatu yang terjadi secara kebetlan (Prof Dr Zakiah
Dradjat : “Takdir Allah”, REPUBLIKA, 26 Desember 1995, “Hikmah”).
Mensyukuri nikmat Allah. Pertama dengan menyadari bahwa nikmat, rahmat
Allah yang diterima tidak terhingga banyaknya. Kedua dengan mematuhi,
mengikuti ketentuan Allah dalam menggunakan semua nikmat, rahmat Allah
yang diterima (Prof Dr Zakiah Dradjat : “Syukur nikmat”, REPUBLIKA, 19
Januari 1996, “Hikmah”).
(BKS0802072045)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar