Referensi solusi krisis serbaneka Sicunpas On_Line Koleksi informasi ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum, moral
Rabu, 23 November 2011
Hamka bicara Trinitas
catatan seraneka srir pasir
Hamka bicara Trinitas
Menurut logika Kristen, Adam dan isterinya Hawa telah berdosa besar
sebab telah memakan buah yang terlarang. Oleh sebab memakan buah itu
maka Adam dan Hawa dan seluruh keturunan mereka menjdi berdosa. Inilah
yang dinamai kepercayaan Dosa Waris. Lantaran dosa ini maka Adam dan
keturunannya, turun-temuruh menjdi berdosa dan akan masuk dalam hidup
sengsra di akhirat. Anak keturunan Adam berdosa berlaku, sebab dosa
Adam itu.
Oleh karena itu patutlah di dihukum kaena dosa itu. Tetapi Tuhan
tidak sampai hati menghukumnya, atau ragu-ragu buat menghukum.
Kesalahan Adam itu telah mendantangkan bingung yang besar bagi Tuhan.
sebab Tuhan itu mempunyai sifat Belas kasih. maka kalau demi
keadilanNya dia menghukum dosa Adam itu, brlawananlah itu dengan belas
KasihNya. Dan kalau mereka tidak dihukum karena belas kasihNya,
berlawanan pula engan sifat adilNya. Sehingga terkatung-katunglh Allah
dilamun keraguan, kebingngan diantara sifat Adil dan sifat Kasih itu,
beribu-ribu tahun lamanya, smpi Tuhan itu menyesal, sebab telah
menjdikan mnusia di atas muka bumi sampai dukacita hatiNya (Kejadian
6:6).
Akhirnya setelh berlalu beribu tahun, barulah Tuhan medapat
keputusan. Keputusan itu ialah bha dosa ang diwariskan Adam kepada
seluruh anak cucunya tu hendaklah ditebus oleh Tuhan sendiri dengan
diriNya. tuhan sendiri dating kedunia menjelma sebagai anakNya masuk
rhim soang anak perawan suci keturuan Adam juga, bernama Maryam.
Sesapai dalam rahim anak perempuan itu, bersatulah Tuhan dengan anak
yang ada dalam kandungannyya itu. Setelah Sembilan bulan Tuhan
bersemayam dalam perut Maram, tuhan itu pun lairlah ke dunia ini.
lantara di lair dari seorang manusia, mka dia dalah Insan semurna.
Sebagai manusia, dia makan dan minum, tidur enak dan berjalan, masuk
jamban, berak dan mandi.
dan oleh karena Tuhan menjelma dalam diriNya, maka dia pun Tuhan yang
sempurna seab dia adalh Tuhan, dan dia adalah anak Tuhan. Anak itu
adalah Tuhan yang sejati, sebagaimana Tuhan pun dalah anak yang
sejati. Setelah Yesus Kristus, yaitu anaknya, Dia itu aalah suci dari
segala dosa yang ada pda Adam. Maksud kedatangannya ke dunia ialah
untuk membebaskan manusia dari dosa warisan itu. sebab sebelum dosa
manusia itu ditebus pintu ssurga belum terbuka dan manusia belum bleh
masuk ke dalamnya.
Untuk menebus itu, maka Tuhan yang telah menjelma jdi Yesus yang ragu
beribu-ribu tahun tadi memilih satu jalan yang ganjil sekali yaitu
dikuburkn, mati di tiang salib untuk menebus dosa semua manusia yang
telah mereka warisi dari dosa Adam itu. Dngan penderitaannya itu
ditebuslah dosa sekalian mnusia. Ini dijelaskan oleh Yahya (Yohannes)
pda Kiriman-nya yang pertama : “Lebih menjdi kurban perdamaian karena
dosa segala kita, bukannya karena dosa-dosa kita saja melainkan karena
dosa seisi dunia ini juga (Yohannes I 2:2).
Dosa manusia yang diwariskn oleh Adam telaha ditebus oleh Tuhan
sendiri dengan menjelma jdi anak. Setelah penyaliban itu barulah dan
selesai, sudahlah bebas selruh manusia. Seorang telah terleas dari
segala dosa, asal dia percaya Isa (Yesu) disalib. Orang yang berbuat
dosa, membunuh, membegal, mencuri, berdosa, tidak merasa bersalah,
jika dia percaya Isa (Yesus) disalib. Kepercayaan kepada Isa (Yesus)
tersebut akan menghapus dosa (idem, hal 30-31).
Setelah dikurbannya jiwa raganya diatas tiang salib itu, maka matilah
Tuhan yang bernama Yesus Kristus itu, atau Bapa yang bernama Yesus
anak tig hari lamanya. Setelah di mati tiga hari atau setelah dia
medekam dalam kurub tiga hari, diapun bangkit dari dalam kuburnya.
Setelah bertemu beberapa waktu lamanya dengan murid-muridnya dan
meninggal beberapa pesan kepada mereka, beliaupun berangkat naik ke
surge (Lukas 24:5^), duduk disebelah kanan Allah Bapa di surge (Markus
16:19 (“Tafssir Al-Azhar”, juzuk VI, hal 28, 186-187).
Kepercayaan inilah yang wajib diyakinkan dalam hati setiap pemeluk
Kristen dengan berbagai sektenya. Ditaamkan sejak dari kecil. AApabila
timbul pertanyaan dalam hati, misalnya : “Kalau Yesus itu Allah
sendiri, bagaimana dia bisa mati ? Kalau memang Yesus itu Allah
sendiri yang menjelma jadi anaknya dan sampai dia disalibkan dia masih
Allah juga, mengapa setelah tiga hari dalam kubur, lalu naik ke langit
dan duduk ke sebelah kanan Bapanya di surge. Apakah “Bapa” telah naik
ke langit lebih dahulu dan anaknya tinggal sendiri menderita salib ?
lebih-lebih Yesus sendiri setelah ditangkap pernah menyatakan,
mengatakan, ketika akan disalib orang : “Elly, Elly Lama
Sakaaaaaaaaaktani !” “Ya Tuhaaaan, Ya Tuhan mengapa Engkau tinggalkan
daku ?” (Mrkus 15:34). Kalau demikian halnya, rupaya yang Allah itu
lain, dan Yesus itu lain. Apakah yang lain ? Apakah badan kesemuanya
yang bernma Yesus dan nyawanya buatan Allah ? Atau dia mempunyai dua
nyawa, pertama nyawa yang bernama Allah dan kedua nyawa yang bernama
Yesus. Dan Lllah itu lekas-lekas “lari” ke langut, ke dalam ssurga
buat menunggu kedatangan anaknya. Dan setelah anak itu dating mereka
berpisah, lalu Allah Bapa duduk sebelah kiri, dan Allah Yesus duduk di
sebelah kanannya ? Daaaaaaan sampai sekarang mereka duduk berdekatan
berdua ?
Kalau memegang teguh uapan Yesus itu, teranglah bahwa Tuhan Bapa yang
telah menjelma dalam diri Yesys sejak dia masih dlam kandungan Maryam,
sehingga Yesus Tuhan yang sempurn karena Tuhan menjelma dalam dirinya,
dan Manusia Sempurn seb di dikndung ibu sebagai manusia, di sat yang
genting itu, di saat dia akan mati, Tuhan itu telah meninggalkan dia
dan dibiarkan menghadapi maut sendirian (Idem, hal 30).
Kalau da anak Kristen sendiri yang menanyakan kepda bpanya atau ibnya
atau pendetanya, diak akan kena marh besar sekali. Karena berani
menanyaan hal yang tiak boleh ditanyakan (“Taif AlAzhar”, juzuk VI,
hal 186-187Kepercayaan inidapat kita dengarkan dari keerangan
pendet-pendeta mereka sendiri dalam brbagai bentuknya. Yang pokok
ialah bahwa Tabiat Allah itu ada Tiga Oknum yang sama keadannya. Yaitu
Tuhan Bapa, Tuhan Putera, dan Allah Ruhul Qudus. Allah Bapa, mencipta
dengan perantaraan Putera, Allah Putera penebus dosa dan allah Rohul
Qudus pembersih. Tetapi ketiga oknum ini memeri kekusan akan segala
penciptaan dengan sama. Ini di dasarkan kepada perkataan Yahya
(Yohannes) bahwa Kalam Allah beserta Allah dan Kalm itulah juga Allah
(Yohannes 1:1-2). Dan yang dimaksud dengan Kalam itu ialah AlMasih.
Menurut rumusan kepercayaan Kristen Orthodoks (Geredja Iskandariyah),
termasuk gereja Abisinia, Armenia, Sirian ialah : “Allah itu mempunyai
satu zat yang tiga oknumnya, Oknum Bapa, Oknum Putera an Oknum Ruhul
Qudus. Dan Oknumkedua, yaitu Oknum Putera menumbuhkan dirinya dari
Ruhul Qudus dan dari Maryam yang suci, yang menyebabkkan tubuh ini
jadi satu dengan Dia dan Zat dan Jauhar. Buka brpur dan berpadu dan
sekali-kali tidak terpisah. Karena kesatuan ini maka Putera yang
menjelmakan diri itu mempunyai tabiat yang satu dari dua tabiat dan
kehendak yang satu. Orthodox Yunani dan Ktholik percaya bhwa Oknum
Putera mempunyai dua tabiat dan dua kehendak. Yiaaatu Lahut
(KeTuhanan) dan Nasut (Kemanusiaan) (idem, hal 186).
Dan setelh dipelajari ‘Perbandingan Agama” di dunia, nyata bahwa
kepercayan Trimurti atau Trinitas ini dalah kepercayaan kemsukan dari
luar. Kemasukan dari jaran agama Brahmana yang juga berdasarkan
Trimurti. Menurut ajaran Brahma, Tuhan itu adalah tiga, yaitu :
Brahma, Wisynu dan Syiwa. Brahma pencipta, Wisynu pemelihara, dan
Syiwa penghancur. Brahma adalah bapa. Wisynu adalah Putera, dan Syiwa
adalah pengatur seluruh alam, sampai kepada menghancccccurkan ataau
mengkiamatkan.
Kalau dikaji-kaji secara mendalam, nmpaknya Rasul Allah yang pertama
dating membawa ajaran agama Brahma itu, mengajarkan bhwa Allah Yang
Maha Esa itu mempunyai tiga sifat, yaitu sifat mencipta, memelihar dan
kelak mengkiamatkan. Tetapi lama kelamaan penganut agama itu telah
menukar ssifat menjadi pembagian tiga oknum dan tiga zat. lalu
dirumuskan pula bahwa Allah itu memang satu, tetapi tiga dalam yang
satu, dan tiap-tiap yang satu itu ialah hakikat dari yang tiga. Dan
Trimurti ini dikumpulkan dalam capan “AUM”.
Dalam agma Budha yang lebih dulu lahir dari Kristen ada pula
kepercayaan bahwa Budha itu adalah satu Tuhan dan Tiga Oknum. Penganut
agama Budha mempunyai kepercayan ahwa Budha Gauthama adalah juru
Selmat, penjelamaan Tuhan sendiri, Anak Tunggal, Penebus dan Mausia
sempurna, dan juga Tuhan yang sempurna menjlema menjadi manusia (idem,
hal 25)
Trimurti ini pun terdapat dalam kepercayaan Mesir Kuno. Raja Msir
yang bernama Tulishu bertanya kepadda Kahin (pendeta) yang bernma
Tabisyuhi : “Adakah sebelumnya yang lebih besar dari dari padanya ?”
Kahin itu menjawab : “ Ada ! Yang dahulu ialah Ruhul Qudus !” Maka
perkataan Kalimat atau Kalam yang dimaksud oleh orang Kristen ialah
Almasih, ucapannya telah terdapat lebih dahulu dalam kepercayaan Mesir
Kuno (Yohanns 1:1).
Menurut penelidik-penyelidik perbandingan-perbandingan agama-agama
itu, kepercayaan ini telah da juga pada angsa kaldar, bngsa Asur dan
bangsa Kristen, meurut penyelidikan ahli-ahali mengambil menganut juga
paham Trimurti itu, demikian juga bangsa Romawi. Maka tidaklah heran
jika kasiar Konstantin Romawi mengakui dengan resmi agma nasrani
menjdi agama Kerajaan, karena dasar kepercayaannya Trimurti telah ada
memang pada bangsa Romawi (idem, hal 331-332).
Mengatakan bahwa Allah itu aalah tiga, yaitu Tuhan Bapa, Tuhan putera
darn Ruhul Qudus, adalah memecah kesatuan Allah, tegasnya tidak
percaya lagi bahwa Allah itu Esa adanya. Keperayaan Trinitas ini tidak
ada diajarkan Almasih. Baru timbul kemudian, setelah dia meninggal
(idem, hal 331).
Tidak ada kepercayaan demikian (Trinitas) dalam kitab-kitab
Perjanjian Lama, dan sekali-kali tidak pernah Isa Almasih mengajarkan
yang demikian. Cobalah cari dalam Kitab Perjanjian Baru sendiri satu
catatan pun baik dari matius, atau Markus, atau Lukas, atau pun
Yohanes (Yahya) yang mencatatkan bahwa Isa Almasih pernah mengatakan :
“Bahwa Allah itu ialah aku sendiri, dan aku (Allah) dating kedunia
menjelma jadi anak, buat disalib, guna menebus dosamu”. Tidak ada !
Barulah kemudian, lama setelah dia mati, Yohannes mencatat dalam
Injilnya, dari pendapatnya sendiri yang berbunyi : “Pada anak putera
ialah, kalam dan kalimat itu bersama-sama dengan Allah, dan Kalam
itulah juga Allah” (Yohannes 1:1-2) (idem, hal 188).
(written by sicumpaz@gmail.com at BKS 110071400)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar