Senin, 28 November 2011

Belajar memahami maunya Allah

catatan serbaneka asrir pasir Kalau Allah mau (Al-Quran adalah Kalamulllah, bukan bahasa manusia. Tak dapat dipahami dengan bahasa manusia. Setiap pemahaman manusia akan bisa berbeda stu sama lain). Allah Maha Kuasa. Kalau Allah mau, Ia ciptakan umat ini Muslim semua (QS 5:48, 10:99), akur semua, tak berselsih (QS 11:118), tak ada berbunuh-bunuhan (2:253) semuanya orang baik-baik (QS 16:93), tak ada yang berbuat sewenang-wenang (QS 42:8, 6:137), semua dapat petunjuk (QS 6:35, 6:149), tidak ada yang musyrik (QS6:107), semuanya mengabdi hanya kepada Allah, tak ada yang durhaka (QS 51:67), semuanya memperoleh kehormatan, kemuliaan, tak ada yang akan dilemparkan ke neraka (QS 17:70). Semuanya tertib, teratur, aman. Tak perlu pengadilan, tak perlu mesti ada kematian, tak prlu adanya neraka. Itu kalau Allah mau. Allah berkuasa buat menjadikan syari’at itu satu saja. Coraknya satu saja zaman Adam sampai zaman Muhammad, sampai hari kiamat. Bangsapu satu semua. Adat istiaat satu semua, prkembangan hiduppun satu saja semua. Allah berkuasa membuat demikian kalau Dia mau (idem, juzuk VI, hal 268, re tafsrin QS 5:48). (macam di surga/ tanpa perlu adanya dunia dan akhiat ?) Kalau Allah menghendaki, bisa juga manusia itu bersatu semua, akur semua, tidak ada berkelahi. Akur dalam membangun. Akur dalam berketurunan. Allah sanggup mentakdirkan manusia seperti demikian. Akan tetapi Allah telah mentakdiran lain. Manusia tetap saja dalam perselisihan atau perkelahian. Ada yang jadi Fir’au. Ada yang jadi Musa. Ada yang jadi Abu Jahal. Ada yang jadi Nabi Muhammad saw. (Idem, simah juz XII, hal 153, re tafsiran QS 11:118). Allah berkuasa membuat umat ini jadi umat yang satu, tidak ada pertikaian, tidak ada perselisihan (idem, juzk XI, hal 290, re tafsiran QS 16:193, juzuk III, hal 8 re tafsiran QS 2:253, simak juga re tafsiran QS 42:8). Kalau diteruskan, bisa saja muncul pandangan bahwa kalau Allah menghendaki maka tak ada senketa antara Qabil dan Habil, tak ada perperangan, tak perlu ada bahtra Nabi Nuh, unggun yang disipkan Namruzz bagi Nabi Ibrahim, tak perlu Fir’aun kejeur ke dalam lautan. Seluruh fenomena alam dirncang Allah untuk kemanan manusia, tak ada tsunami, tak ada gempa bumi, tak ada bencana alam, tak ada manusia yang keinjak-injak. Bahkan tak pula ada pengadilan, tak perlu neraka, tak perlu ada kematian. Cukup hanya surga tanpa dunia, tanpa akhirat, tanpa mati ? Allah Maha Kuasa buat mengumpulkan mereka (manusia ?) dalam satu haluan, satu kepercayaan, satu petunjuk sehingga tidak ada yang membantah lagi, setuju saja semuanya. Allah sanggup berbuat begitu (Simak Prof Dr Hamka “Tafsir Al-Azhar”, juzuk VII, hal 207, re tafsiran QS 6:35). Kalau Allah mau, maka Allah dapat saja membuat manusia itu menjadi mukmin semua, dan kemusyrikan jadi hilang, orang bersatu semua dalam tauhid (idem, juzuk VII, hal 34 re tafsiran QS 6:107). Allah Maha Kuasa. Bisa membuat seluruh isi bumi ini beriman kepada Allah, tak ada yang durhaka kepada Allah. Semua orang akur. Semua manusia yang hidup di dunia ini percaya kepada Allah, tidak seorang juga yang membantah. Kalau Allah menghendaki supaya manusia itu beriman semua, seluruhnya percaya saja kepada Allah, yaitu dihentikanNya manusia brfikir dan dihilangkanNya segala perjuangan buat mencari nilau-nili di dalam hidup (idem, juzuk XI, hal 347, re tafsiran QS 10:99). Dalam QS 2:186 disebutkan bahwa Allah mengabulkan permohonan orang yang meminta, apabila ia memohon kepada Allah. Apakah seluruh permohonan akan dikabulkan Allah ? Tidak. Permohonan Nabi Nuh yang memohon keselamatan atas anaknya ditolak Allah )Simak QS 11:45-47). Permohonan Nabi Ibrahim yang memohon atas keseamatan bapaknya ditolak Allah (Simak QS 9:113-114, 60:4). Kenapa ? karena tak memenuhi syarat yang dikehendaki Allah. Syaratnya apa ? Silakan simak dan telusuri dari ayat tersebut. Yang memohon orang baik-baik, orang shaleh, yaitu nabi, Rasul Allah. Materi yang dimohonkan pun menurut yang memohon juga yang baik, yaitu keselamatan bagi keluarga. Allah sendiri tempat memohon pun Maha Kuasa, mampu merubah dari kafir kepada mukmin seperti halnya Umar bin Khatthab. Syubhat dan Mutasyabihat Muh Quthub menarang buku berjudul “Subhat Haul al-Islam”. Alwi AS mengindonesiakannya “Jawaban Terhadap Alam Fikiran Barat Yang Keliru Tentang Al-Islam” (Membongkar kebohongan orientalis tentang Islam), tertian Diponegoro, Bandung, 1982. Dalam QS 3:7 terdapat kata “muhkamat” dan “mutasyabihat”. Apakah makna “ayat mutasyabihat” ? Apakah ayat yang masih dipertanyakan, dipersoalkan, dipermasaalahkan ? Apakah ayat yang masih memerlukan tafsiran, yang ghairu ma’qul, yang tak logis ? Apa bedanya antara “sya-a” dan “arada”, antara “qadara” dan qadha-a” ? Apakah makna “La quwwata illa billah” (QS 18:39) ? Apakah berarti bahwa tak ada yang terjdi tanpa idzin/kehendak Allah ? Apakah berarti bahwa semuanya (yang baik dan yang buruk) terjadi atas kehendak/mauNya Allah ? Apakah makna “fa’alu lima yurid” (QS 11:107)” ? Apakah berarti bahwa Allah berbuat sekehendaknya, semaunya, sewenang-wenang ? Karena “Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuatNya, dan merekalah yang akan ditanyai” (QS 21:23). Akah sebenarnya maunya Allah ? Dalam QS 51:56 disebutkan bahwa “Dan Aku (Allah) tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah Allah” ? Apakah seluruh (kulli) jin dan manusia tanpa kecuali (tapa eksepsi, tanpa istitsna) ? Ataukah hanya sebagian (juz-i) kecil saja dari manusia yang diciptakan Allah untuk mengadi kepadanYa ? Namun kenyataan (Das Sein) yang terjadi menunjukkan tak semua manusia yang mengabdi kepada Allah. Allah sendiri Maha Kuasa. Mampu mewujudkan kehendaknya “Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepaanya ‘Jadilah’ maka terjadila ia” (QS 36:82, simak juga QS 76:30, 81:29). Kenpa tak terwujud seperti kehendakNya ? Apakah ini suatu pengecualiaan, eksepsi, sistitsna ? Jika hal ini memang kehendakNya menciptakan seluruh jin dan manusia mengabdi kepadaNya, untuk apa diciptakannYa neraka ? Pasti ada hikmahnya. Tak perlu ditanyakan. Dalam QS 8:25 disebutkan bahwa siksaan Allah tidak khusus hanya menimpa orang-orang yang zhalim saja ? Allah sendiri Maha Kuasa. Mampu melokalisir siksaan hanya menimpa orang-orang yang zhalim saja. Kenapa hal ini tak terwujud dalam kenyataan ? Pasti ada hikmahnya. Tak perlu ditanya. Hamka menggugat Jabariyah Dalam DDC (Dewey Decimal Classifiation) 200-299 veri Arab-Islam terbitan Kuwait, 1984, bahwa yang tergolong pada Aliran/Sekte/Firqah Islam di antaranya adalah : Murjiah, Mu’tazilah, Khawarij, Syi’ah, Rafidhah, Sunni, Asy’ari, Druz, Qadiani, dan lain-lain. Bagaimana pun mereka itu masih dikategorikan sebagai penyandang predikat Islam, sebab semua masih mengacu pada Quran dan Hadits (Simak “Tafsir Al-Azhar”, juzuk IV, halaman 55, re tafssiran ayat QS 3:105). “Jabariyah” berpaham bahwa segala sesuatunya aalah taqdir suratan daari Tuhan, dan kita manusia tidak ada ikhtiar sama sekali (idem, juzuk XX, halaman 19, re tafsiran ayat QS 8:53). “Jabariyah” berpaham bahwa “Nasibku yang malang adalah takdir Allah”. “Kalau tidak atas kehendak Allah, tidaklah nasibku akan begini” (idem, juzuk IV, halaman 97, re tafsiran ayat QS 8:148). Intinya bahwa hanya Allah Yang Maha Kuasa, Yang Maha Berdaulat. Kekuasaan dan Kedaulatan Allah tak terbagi dengan siapa pun. Dalam hubungan ini simak pula tanggapan Ibnu Arabi yang mengatakan, bahwa “Sungguh perbuatan baik dan buruk, iman dan kufur, tha’at dan maksiat, penciptanya semua ialah Allah, yang tidak ada sekutu bagiNya dalam mencipta. Dan tidak pula dalam menciptakan apa jua pun. Tetapi yang buruk tidaklah boleh disangkutkan kepadaNya dalam sebutan, meskipun itu ada. Semuanya itu ialah untuk mendidik kita beradab, bersopan santun mengajar kita memuji Dia” (idem, juzuk XXIII, halaman 271, re tafsiran ayat QS 28:41). Ibnu Katsir dalam mengupas tentang Khilafah mengatakan bahwa “Kalau Di (Allah) menghendaki, boleh saja dijadikan sekalaigus, tidak dijadikan turun demi turunan, atau sebagai kejadian Adam saja dari tanah. Dan kalau Dia (Allah) kehendaki bisa saja yang setengah adakan keturunan dari yang setengah, tetapi tidak dimatikan yang mula-mula lebih dahulu, melainkan sekaligus semuanya kelak dimatikanNya”. Pastilah ada hikmahnya. “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui” (QS 2:30) (idem, juzuk XX, halaman 19(. (written by sicumpaz@gmail.com at BKS1109181100) Belajar memahami maunya Allah (Belajar membuka tabir rahasia ilmu dan kehendak Allah) “Dan Aku (kata Allah) tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu” (QS 51:56). “Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat (saja), tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendakiNya, dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendakiNya” (QS 16:93). “Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat” (QS 11:118). “Sekiranya Allah menghendaki, niscaa kamu dijadikanNya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberianNya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan” (QS 548). Seluruh malaikat yang dciptakan Allah mengabdi kepadaNya (QS 2:1). Namun manusia yang diciptakan Allah hanya sebagian kecil yang mengabdi kepadaNya. Padahal semuanya itu diciptakan Allah untuk mengabdi kepadaNya (QS 51:56). Allah Maha Kuasa. Allah bisa menciptakan dunia in seperti sorga, aman, tenteram, damai, sentosa, sejahtera. Tapi Allah menghendaki agar manusia itu aktif bergerak dnamis, kreatf menciptakan keamanan, ketenteraman, kesentosaan, kesejahteraan di dunia ini, bukan bersikap statis, pasif, apatis. Dunia ini diciptakan Allah untuk perjuangan, bukan untuk bersenang-senang. Hasilnya dipetik nanti di akirat. Allah Maha Kuasa. Kuasa merubah sikap mental namruz, Fir’aun, Penguasa Romawi, Abu Lahab dari syirik ke tauhid, dari zhalim ke adil. Namun Allah tak melakukan itu. Ia mengutus utusanNya Ibrahim, Musa, Isa Muhammad saw untuk melakukan tugas itu. Namun semua utusanNya tak berhasil merubah sikap buruk mental mereka itu. Allah memberikan kerajaan kepada orang yang Ia kehendaki dan Ia cabut kerajaan dari orang yang Ia kehendaki. Ia muliakan orang yang Ia kehendaki, dan Ia hinakan orang yang Ia kehendaki (QS 3:26). Allah Maha Kuasa. Kuasa memberikan kekuasaan kepada Ibrahim, Musa, Isa, Muhammad. Tapi Allah tak memberikan kepada mereka. Allah memberikannya kepada Namruz, Fir’aun, Penguasa Romawi, Abu Lahab. Allah Maha Kuasa. Kuasa menyelamatkan Ibrahim dari api unggun, menyelamatkan Yunus dari santapan ikan. Kuasa menyelamatkan Ayub dari penyakit, menyelamatkan Zakaria dari gergaji, menyelamatkan Muhammad senjata Quraisy pada perang Uhud. Namun Allah membiarkan Ayub menderita sakit, membiarkan Zakaria kepalanya digergaji penguasa Romawi, membiarkan Muhammad kena lemparan senjata kafir Quraisy. Allah menyediakan sorga dan neraka. Ini berarti Allah menghendaki mada manusia yang baik saleh, yang akan menjadi penghuni sorga, dan ada manusia ang jahat, taleh, yang akan menjadi penghuni neraka. Oleh karena Allah itu Maha Kuasa, maka Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuatNya, dan merekalah yang ditanyai” (QS 21:23). Disebutkan bahwa yang mencoba membuat seperti buatan Allah adalah oang zhalim (HR Bukhari, Muslim dari Abi Hurairah, dalam “Riadhus Shalihin”, Imam nawami, “Haram menggambar binatang”. Yang membuat gambar akan disiksa Allah di hari kiamat, dan diperintahkan supaya menghidupkan yang digambarnya” (HR Bukhari, Muslim dari Ibn Umar, idem, simak juga “Fathul Majid” Syaikh Abdurrahman, 2007:928, Bab : “Para Perupa Makhluk Bernyawa”). Allah Maha Kuasa. Apakah Allah merasa tersaingi oleh manusa yang membuat gambar ? Apaah Allah merasa perlu menunggu sampai hari kiamat untuk menghukum ang membuat gambar ? Apaka Allah merasa tak perlu untuk segera mencegah agar tak sampi mereka itu membuat gambar ? Malaikat menyaksikan bahwa makhluk yang diciptakan Allah, yang satu memangsa yang lain. Yang satu menumpahkan darah ang lain. Yang satu mersak yang lain. Homo homini lupus. Padaal mereka (malakat) itu senantiasa bertasbih memuji mensuscikan Allah. Namun Allah tak menyangkal yang disaksikan aaikat itu, karena Allah punya padangan lain, “Ia Maha Mengetahui”. Ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat : “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata : “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan”. Tuhan berfirman : “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui” (QS 2:30). Dari ayat tersebut dipahami bahwa Allah tak menginginkan suasana damai, aman, tenteram, sentosa, tapi suasana homo homini lupus, yang satu memangsa yang lain. Emha Ainun Nadjib menulis : Untunglah, kata sejumlah orang mulia yang cerdik cendekia : Allah sendiri itu Maha Humor. Sudah enak-enak hidup sendiri, kok bkn macam-macam makhluk anglucu-lucu begini. Apa Dia kesepian. Adam sudah nyaman-nyaman di srga, dibiarkan tercampak ke bumi. Kok luc. A Qldi saja kk ndak boleh dmakan. Mbok, ya bar. Apa sih ruginya han kehlangan sebji Qldi ? Mbok biarkan Adam kawin sama awa di surga, pengantn dan pesta sampai anak turnannya sekarang ni. Kenapa makhluk-makluk itu harus menunggu terlal lama untuk memperoleh kesempatan bercengkerama mesra denganNa. Lucu. Pakai bikin Iblis-Setan segala “Surat Kepada Kanjenga Nabi”, Mizan, Bandung, 1997:182, dari SUARA MERDEKA, 25 September 1992). Jawaban semuana itu terkandng dalam Ak mengetahui apa yang tidak kamu ketahui” , QS 2:30). (BKS0801280645) Belajar Memahami Maunya Allah Iman pada Takdir (Program, Takdir, Ketentuan Allah) Usaha, ikhtiar, do’a manusia merpakan input, masukan ke dalam program, takdir, ketentuan Allah. “Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaannya yang ada pada diri mereka sendiri” (QS 13:11). “Sesungguhnya Alla sekalkal tidak aan merubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkanNya kepada satu kam, hingga kaum itu merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri (QS 8:53). “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia” (QS 30:41)\ Hasil usaha, kekayaan, rezeki, mukjizat manusia sudah deprogram, ditakdirkaan, ditentkan Allah sejak awal. “Dan Allah melebihkan sebahagian kamau dari sebaagian yang lain dalam hal rezki” (QS 16:71). “Allah meluaskan rezki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki” (QS 16:71). “Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian mereka atas sebagan yang lan” (QS 2:253). Disebutkan bahwa segala sesuatu yang telah terjadid di dunia ini sudah ditetapkan, ditentukan, ditakdirkan, diprogramkan Allah. “Dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan ditulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahafuzh)” (QS 6:59). “Tiada suatu bencaa pun yang menmpa dib mi dan tidak (pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis daam kitab (Lauh Mahfuzh)” (QS 57:22). “Dan tidak ada yang lebih kecil dan yanglebih besar, melainkan tercatat/tersebut dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)” (QS 10:61, 34:3). “Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh)” (QS 36:12). Disebutkan juga bahwa semua yang ditakdirkan tak dapat ditolak, tak dapat dihentikan oleh siapa pun dan dengan cara apa pun. “Hai hambaKu. Andaikan dikmpulkan semua kekuatan manusia dan jn dahulu kala hingga akhir zaman nanti untuk menentang kekuasaanKu, maka sedikitpun kekuasaanK tidak bergeser” (Hadis Qudsi riwaat Muslim dari Abidzar dalam “Mutiara Hadits Qudsi”, oleh A Mudjab Mahali, 180:25). “Ketahuilah olehmu, sekiranya umat manusia sepakat hendak memberi manfa’at kepadamu, niscara tak akan sampai sesuatu juapun dari padanya, melainkan apa yang telah ditetapkan Allah lebih dahulu. Demikian juga sekiranya mereka itu sepakat pula hendak membahayakan kamu, tak akan sampai bahaya itu melainkan menurut apa yang telah ditetapkan Allah terlebih dulu (HR Tirmidzi dari Abdullah bin Abbas dari “Riadhus Shalihin” Imam Nawawi, pasal “Muraqabah, Kewaspadaan, Pengawasan”). Tak ada yang mampu mencegah Hulaghukhan dan pasukannya memporak porandakan Irak, mencegah ush dan pasukannya menghancurleburkan Irak, mencegah Israel meumpahkan darah Palestina. Arah takdir dapat diamati, dideteksi. “Orang yang bakal beruntung, maka diringankan untuk berbuat amal yang menuntungkan, sebaliknya orang yang celaka, maka diringankan untuk berbuat amal yang membinasakan” (HR Bkhari, Muslim dari Ali, daam “AlLukLuk wal Marjan” Muhammad Fad Baqi, pasal “Kitab Qadar”, hadis no.1697). Ramalan, prediksi berdasarkan pada fenomena alam, fenomena sosial ang merupakan snnatullah (proses sebab akibat, if cnditio) yang diketahui oleh para ahl lm alam/ilmu sosial) bkanlah ramalan terhadap perkara ghaib seerti yang dilakukan oleh ara kahin, ahli nujum, para normal. Menelamatkan diri dari kondisi yang diperkirakan, diramalkan, diprediksi akan menyengsarkan haruslah dilakukan. Dan bukan membiarkan diri tidak mengantisipasinya dengan dalih sabar. Ada satu ungkapan yang berasal dari umar bin Khatthab : Lari dari suat takdir ke takdir yang lain. Yang tertindas, yang mendapat Andaman, yang diintimidasi, yang diteror, ang terancam keamanan/keselamatan dirinya haruslah berbuat, jika perlu mengungsi, meninggalan negeri pindah ke negeri lan. “Bukankah bumi Allah itu luas, seingga kamu dapat berhijrah dib mi itu ?” (QS 4:97). Sudah berabad-abad mat Islam di Filiina Selatan, di Patani, di Kashmir, di Singkiang dan lan-lain tertindas oleh bangsa sendiri. Juga mat Islam di Palestina tertindas ole bangsa asng Israel. Namn semuanya tak ada ayang berupaa berhijrah, mengungsi, membentuk pemerintahan di pengasingan. Apakah karena disebutkan bahwa “Tidak ada hijrah lagi setelah Fath Makkah”. Atakah karena kini ta ada lag tanah ang bebas, semuanya sudah dikaelingi ? Ataukah karena tak ada negara ang mau menerima mereka ? Aaukah karena “ukhwah Islamiyah”, “ummat kal asadil wahid” itu hanya tinggal sebagai Das Sollen (harapan, impian, slogan, semboyan), hanya ada dalam kitab, tak terwujud sebagai Das Sein (kenataan). Dalam menghadapi takdir yng sedang terjadi, berbuatlah sesuai dengan kemauan dan kemampuan yang dimiliki. Menghadapi kebakaran, padamkalah walau dengan segelas air sekali pn. Mengadapi peperangan, padamkanlah wala dengan lemparan sebelah sepatu seal pun. (BKS0901021000) Memahami Takdir “Sekali-kali kamu tidak akan mendapat pergantian bagi sunnatullah. Dan sekali-kali tidak pula akan menemukan penyimpangan bagi snnatullah itu” (QS 35:43). “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (QS 13:11). Man proposes, God disposes. “Bagi orang yang pemurah dan bertakwa dan membenarkan adanya suraga, akan Kami (kata Allah) berikan kemudahan kepadanya (menuju surga). Sedangkan bagi orang yang bakhil dan berdosa dan mendustakan adanya surga, akan Kami berikan kesukaran kepadanya (menuju surga) (QS 92:5-1). “Bila kalian mendengar bahwa di suatu tempat berjangkit penyakit menular, janganlah kamu pergi ke tempat itu, dan jika di tempat kamu tinggal telah bejrangkit penyakit menular, maka janganlah kalian meninggalkan tempat tinggamu karena melarikan dri dar wabah penyakit menular itu” (HR Bukhari, Mslim dari Usamah bin Zaid, dalam “AlLukluk wal Marjan”, Muhammad Fuad alBaqi, Bab : Wabah tha’un, dedukunan dan merasa sial dengan sesuatu). Raslullah pernah) ditanya : “Apakah sekarang ini sudah diketahi mana ahli sorga dan ahli neraka ?”. Jawab Rasulullah : “Ya”. Ditana lagi : “Lalu untuk apakah orang beramal ?”. Jawab Rasulullah : “Tiap orang beramal untuk apa yang telah dijadikan Allah bagnya (untuk mendapai apa yang dimudahkan oleh Allah baginya) (HR Bukhari, Muslm dari Inan bin Hshain, dalam “AlLuklk wal Marjan”, Muhammad Fuad aBaqy, Kitab adar (Takdir/ Ketentuan Allah). Rasulullah bersabda : “ Tiada seorangpun dari kalian, bahkan tiada suatu jiwa manusia melainkan sdah dientka tempatnya di sorga aa neraka, bernasib baik atau celaka”. Seseorang sahabatnya bertanya : “Ya Rasulullah, apakah tidak lebih baik kita menyerah saja (nattakil) pada ketentuan itu (kitabna) dan tidak usah beramal, maka jika untung akan sampai kepadanya keuntungannya, dan bila celaka maka aan sampai pada binasanya”. Rasulullah menjelaskan : “Adapun orang yang bahagia (beruntung) maka diringakan (sayashiru) untuk mengamalkan perbuatan ahli sa’adah (bahagia), sebaliknya orang yang celaka maka diringankan untuk berbuat segala amal yang membinasakan” (HR Bukhar, Muslim dari Ali, dalam “Matan Shahih Buhari”, Kitab alJanaiz, Bab : “Mau’izhah al muhaddats ‘inda alqabri wa qu’ud ashshabih haulahu”, dan dalam “Tafsir Ibnu Katsir”, jilid IV, hal 18, re tafsir ayat QS 92:5-10 ?. Menurut Yahya bin Ya’mur, orang ang ertama kal berbicara tentang qadar di Basharah adalah Ma’bad alJuaini, lalu ia (Yahya bin Ya’mar) dan Humaid bin bdurrahman alHimyari (Syaikh Abdurraman Hasan Alu Syaikh : “Fathl Majid”, 2007:922, Bab Mereka yang mengingkar Qadar (Takdir)”. Allah menentukan sesuatu atas kehendakNya, tidak ada yang dapat mempengaruhinya. Takdir llah tidak dipengaruhi oleh kemauan manusia. Namun demikian, Allah membuka kesempatan bagi manusia untuk berdoa dan memohon kepadaNya. Manusia hanya tahu apa yang telah terjadi dan dialaminya, akan tetapi ia tidak tahu apa yang akan terjadi di masa dating. Segala sesuatu yang terjadi, tidak ada yang diluar kehendak Allah, tidak ada sesuatu yang terjadi secara kebetlan (Prof Dr Zakiah Dradjat : “Takdir Allah”, REPUBLIKA, 26 Desember 1995, “Hikmah”). Mensyukuri nikmat Allah. Pertama dengan menyadari bahwa nikmat, rahmat Allah yang diterima tidak terhingga banyaknya. Kedua dengan mematuhi, mengikuti ketentuan Allah dalam menggunakan semua nikmat, rahmat Allah yang diterima (Prof Dr Zakiah Dradjat : “Syukur nikmat”, REPUBLIKA, 19 Januari 1996, “Hikmah”). (BKS0802072045)

Islam tak mendarah daging

catatan serbaneka asrir pasir Islam tak mendarah daging Islam di kalangan umat Islam hanyalah dipermukaan saja, tak mendarah daging. Perilaku umat Islam dalam praktek kenyataan (Das Sein) jauh dari nilai-nilai Islam. Itulah hasil penelitian sosial bertema “How Islamic are Islamic Countries” yang dilakukan oleh The George Washington University, yang diungkapkan oleh Komaruddin Hidayat, Rektor UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta dalam tulisannya “Keislaman Indonesia” (KOMPAS, Sabtu, 6 November 2011, hal 6, “Opini”). Akibatnya umat Islam menjadi umat pecundang, menjadi bulan-bulanan umat lain. Islam tak menyusup kedalam kepribadiN UMAT Islam. Dlam teori (Ds Sollen) umat Islam itu adalah umat unggulan, umat pemenang, umat falah. Umat paripurna, umat tertinggi, tak ada yang meninggiinya, mengunggulinya. Namun dalam kenyataannya umat Islam tak mampu berkompetensi dengan umat lainnya. Perilku (akhlak) umat Islam masa kini cenderung mengadopsi akhlak madzmumh (akhlak tercela), berperilaku naniyah (egois), ghibah (gosip) khiyamah (culas, curang), bukhl (kikir, pelit), hasad (dengki, jealousy), jubn (takut), riya (pongah, pride), tama’ (rakus, materiaalis), dan lain-lain. Cenderung meninggalkan akhlak mahmudah (akhlak terpuji), tak berperilaku syukur (thanks, gratitude), ridha, ikhlas (jujur), adil, amanah, ta’awun (solider), tasamuh (toleran), istiqamah (konsekwen, konsisten), qana’ah, zuhud, wara’, prihatin, sederhana, tawadhu’ (modesty), sabar (gigih, patience), syaja’ah (tegas), tertib (disiplin), dan lain-lain. Meskipun software, piranti lunak seperti firman Allah, sabda Rasul yang digunakan, dijadikan sebagai acuan, rujukan adalah sama, namun pemahaman, ijtihadiyah, persepsinya tetap saja berbeda-beda. Munculnya mazhab, firqah, aliran, sekte adalah karena perbedaan pemahaman, penafsiran, bukan karena perbedaan rujukan, acuan. Setiap kepala punya pemikiran, pemahaman masing-masing. Meskipun semua kembali sama-sama merujuk kepada firman Allah dan sabda Rasul, namun hasilnya tetap saja berbeda. (written by sicumpaz@gmail.com at BKS1111140500) Pro Prof Dr Komaruddin Hidayat (1) Pertanyaan besar dan mendasar “mengapa semarak dakwah dan ritual keagamaan di Indonesia tak mampu mengubah perilaku social dan birokrasi sebagaimana yang diajarkan Islam, yang justru dipraktekkana di Negara-negara sekuler ?” (yang dimuat dalam harian KOMPAS, Sabtu, 5 November 2011, halaman 6, Opini : “Keislaman Indonesia”), semestinya dijawab, dijabarkan, dipaparkan, diuraikan oleh kalangan intelektual semacam Prof Dr Komaruddin Hidayat, Rektor UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta sendiri. Juga pertanyaan “apakah kesalahan ini lebih dise babkan oleh perilaku masyarakat ataukah pada sistim pemerintahnya ? Atau akibat system dan kultur pendidikan Islam yang salah. Kenapa perilaku social di Indonesia sangat jauh dari ajaran Islam. Kenapa di Indonesia marak korupsi, sistgem ekonomi dengan bunga tinggi (materialistis), kekayaan tak merata (individualistis), ketiadaan persamaan hak bagi setiap warga untuk memperoleh pelayanan Negara dan untuk berkembang, serta banyak asset social yang mubazir (bahkan menyalahi pasal 33-34 UUD-45) ? Kenapa ? Ini pun merupakan PR ijtihad kalangan intelektual. Kenapa keislaman umat Islam Indonesia lebih senang di level dan semarak ritual untuk mengejar kesalehan individual (tidak ada hubungannya antara kesalehan individual dan kesalehan social) ? Kenapa Islam hanya dipahami sebatas teologis (teosentgris) tanpa mengaitkannya, tanpa memadukannya secara sosiologis (antroposentris) ? Silakan gunakan palu godam SWOT (Strenth, Weakness, Opportunity, aThreat) dan SOAR (Strength, Opportunity, Aspiration, Result) analysis untuk memecahkan p;ersoalan tersebut. Pro Prof Dr Komaruddin Hidayat (2) Re : "Keislaman Indonesia" (KOMPAS, 5 November 2011) Prof Dr Nurcholish Madjid, pencetus Paramadna mengajarkan, mendakwahkan pluralisme, bahwa semua agama itu sama. Semua agama itu sama-sama membawa ajaran moral. Semua ajaran moral dipandang sama. Sama-sama baik. Tak ada ajaran moral yang tak baik. Ajaran moral lebih cenderung/dominan pada kebaikan orang-perorang, pada kesalehan individual. Ajaran moral pada umumnya tak punya sanksi hukum. Istilah dosa dan pahala sama sekali tak terkait, tak berdampak pada tindak perilaku. Sesuai dengan tuntututan sosial-ekonomi-politik masyarakatnya, maka masing-masing negara berupaya merumuskan sanksi hukum bagi pelanggaran ajaran moral. Apa yang disaksikan oleh para ustadz dan kiai yang berkunjung ke Negeri Sakura jepang dalam program krjasama antara Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dengan Kedutaan Besar Jepang di Jakarta adalah pencerminan dari upaya Jepang memberlakukan sanksi hukum atas pelanggaran ajaran moral Shintoisme. Kehidupan sosial di Jepang yang disaksikan itu lebih mencerminkan penerapan nilai-nilai ajaran moral Shintoisme, bukan lebih mencerminkan penerapan nilai-nilai ajaran moral Islam. Diperlukan kemauan keras dan kerja keras dari semua pihak untuk mengupayakan adanya sanksi hukum bagi pelanggaran ajaran moral Islam yang berlaku seagai hukum positif, disamping sanksi atin/psikologis (sanksi moral ?) dalam bentuk dosa atau pahala. Diperlukan pendidikan akhlak (ajaran moral Islam) disamping pengajaran akhlak. Diperlukan pendidikan keimanan (teologi) disamping pengajaran keimanan (teologi). Dipetrlukan orientasi terpadu antara pemahaman ajaran Islam secara teologis/teosentris dan sosiologis/antroposentris. Diperlukan kajian menyeluruh yang bersifat SMART (Specific, Measurable, Achievable, Realistic, Timed) dengan menggunakan SWOT (Strenth, Weakness, Opportunity, Treath). Persepsi Oleh: Asrir Sutanmaradjo Dalam bidang optik, sesuatu objek bisa saja terlihat berbeda-beda, tergantung dari latar (faktor sikon disekitarnya). Adakalanya disebabkan karena adanya bias (pembiasan), deviasi (penyimpangan, pembelokan), depresiasi (penurunan). Dalam bidang Psikologi pun sesuatu objek bisa terlihat berbeda-beda, tergantung dari latar (faktor sikon disekitarnya yang mempengaruhinya) dan dari cara, sikap pandang si pengamat (observer) sendiri. Persepsi, observasi, evaluasi, pengamatan, penilaian seseorang terhadap sesuatu masalah selalu akan berbeda-beda, tergantung pada latar (sikon disekitar masalah) dan sikon disekitar si pengamat. Bila objek dinyatakan sebagai premise mayor (muqaddam kubra) dan latar (sikon) sebagai premise minor (muqaddam shughra), maka dalam bidang Logika (Mantiq), persepsi dapat dinyatakan sebagai konklusi (natijah). Dan bila objek dinyatakan sebagai genotip (bawaan) dan latar (sikon) sebagai (fenotip) (lingkungan), maka dalam biologi, persepsi dapat dinyatakan sebagai sosok. Persepsi, observasi, evaluasi bersifat sangat relatif, nisbi. Pengamatan, penilaian yang satu tak bisa menyalahkan pengamatan, penilaian yang lain. Dalam Islam disebutkan bahwa sesuatu ijtihad tak dapat membatalkan (la yanqudhu, tak dapat menolak, menafikan, membantah) ijtihad yang lain. Hanya persepsi yang sama sekali bebas dari pengaruh asumsi, prasangka yang bersifat absolut, mutlak. Dalam hubungan ini, kini, belakangan ini marak isu, berita tentang tindak kejahatan, tindak kriminal berkedok, mengatasnamakan NII (Negara Islam Indonesia). Sesuai dengan cara, sikap pandang masing-masing, maka ada yang berkesipulan bahwa NII (Islam) itu menghalalkan segala cara. Dan ada pula yang berkesimpulan sebaliknya bahwa NII (Islam) itu didiskreditkan, dipojokkan dengan berbagai cara. Memperjuangkan tegak-berdirinya NII (Negara Islam Indonesia) secara demokratis di negeri ini, di bumi pertiwi ini, di persada tanah air ini adalah sah, legal saja. Ketika Pancasila dilahirkan, dicetuskan oleh penggagasnya Ir Soekarno dalam siding BPUPK (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan, Dokuritsu Zyunbi Tyuoosakai) pada 1 Juni 1945, umat Islam diajak agar bekerja sekeras-kerasnya, sehebat-hebatnya supaya hukum-hukum yang keluar dari Badan Perwakilan Rakyat adalah hukum-hukum Islam. Percaya dengan ajakan Ir Soekarno, penggagas Pancasila tersebut, maka tokoh-tokoh umat Islam yang duduk dalam BPUPK menerima, menyepakati ide Pancasila. Negara yang memberlakukan hukum-hukum Islam secara positif adalah Negara Islam. Baldatun thaiyibatun wa rabbun ghafur. Kenapa begitu antipati terhadap hukum Islam? Masih dalam hubungan ini, kini juga marak isu, berita tentang studi banding ke luar negeri yang dilakukan oleh wakil-wakil rakyat di DPR. Kenapa tak berminat melakukan studi banding ke dalam negeri? Studi banding antara sitim pemerintahan Minangkabau dengan sitim pemerintahan Jawa ? Studi banding antara sistim pemerintahan parlementer dengan sistim pemerintahan presidensial? Studi banding antara konsitusi UUDS-1950 dengan konstitusi UUD-1945 ? Studi banding antara konstitusi NII (NKA, Negara Karunia Allah) dengan konstitusi NKRI ? dan lain-lain, dan lain-lain. De-islamisasi Deislamisasi Deislamisasi adalah aktivitas yang bertujuan dan berupaya untuk menggeser, menggusur, meminggirkan, menyingkirkan, memasung, mencabut Syari’at Islam dari mu’amalah (sosial, kultural, ekonomi, hukum, politik, militer, dll). Deislamisasi dilakukan terprogram secara sistimatis, terencana, terarah, berkesinambungan. Diislamisasi dilakukan oleh yang bukan Muslim, dan juga oleh yang mengaku Muslim, bahkan oleh pakar Islam sendiri yang paham akan Kitab Kuning. Yang bukan Muslim berupaya merusak kepercayaan akan Tauhid, merusak kepercayaan akan Rasul Allah, mencaci-maki, menjelek-jelekkan Islam dan umat Islam. Berupaya merusak kepercayaan akan Kitab Allah. Berupaya merusak kepercayaan akan Takdir Allah, merusak kepercayaan akan hari pembalasan. Yang bukan Muslim berupaya menyebar isu negatif, menjelekkan dan menghina serta merendahkan Islam, Qur:an dan Nabi Muhammad. Islam digambarkan sebagai agama orang primitif, barbar, sadis, bengis, beringas, sangar, seram, brutal, haus darah, penumpah darah, kejam, jorok, dekil, kumal, yang cocok buat bangsa biadab. Islam dicap terkebelakang, kolot, anti kemajuan. Islam dipandang sebagai agama para penghasut, pengikut fanatik. Umat Islam dipandang sebagai orang yang bersedia mati dengan cara kekerasan (teroris), orang-orang bodoh yang secara buas siap menyerbu kemedan peang untuk mendapatkan rampasan perang kalau hidup, ataau mendapatkan surga kalau mati (Orientalis Washington Irving, dalam Muhammad Husain Haekal : "Sejarah Hidup Muhammad", 1984:693, Prof Dr Hamka : "Tafsir Al-Azhar", juzuk VIII, hal 97, juzuk XX, hal 28). Yang mengaku Muslim berperan aktif menyebarkan isu bahwa Islam itu hanya cocok bagi masyarakat seragam (homogen), tak cocok bagi masyarakat beragam (heterogen). Untuk masyarakat majemuk (heterogen) "harus dicarikan acuan lain yang bisa dipakai bersama dalam komunitas yang pluralistik". Dengan memanipulasi dalil-dalil syar’I, yang mengaku Muslim sendiri juga turut berperan aktif mengebiri, melumpuhkan, memenggal, mengikis Islam, berupaya mereduksi makna Islam sedemikian rupa. Dengan memanipulasi makna ayat QS 3:3, yang mengaku Muslim menyebarkan isu bahwa "yang telah beragama jangan didakwahi masuk Islam". "Jangan didakwahkan Islam itu sebagai acuan tunggal (alternatif). Bahwa "Islam itu urusan pribadi, soal nilai". Pemerintah taka berhak memaksa rakyat melaksanakan Syari’at Islam. Aktivitas politik haruslah dipisahkan dari Islam. Padahal Islam itu merupakan satu kesatuan IPOLEKSOSBUDMIL, seperti diungkapkan Sayyid Quthub bahwa "banyak ayat alQur:an yang menggambarkan janji-janji Allah di dunia ini dalam kaitannya dengan komunitas (society, masyarakat) dan bukan individu (perorangan pribadi). "Untuk bisa turunnya berkah dari Allah, seperti yang dijanjikanNya, harus terwujud ketakwaan komunal (jama’ah)", kata Abdul Haris Lc (Majalah UMMI, No.10/IX, 1998, hal 28). Yang mengaku Muslim aktif menyebar isu bahwa hak individu tidak boleh diintervensi, diatur oleh siapa pun, termasuk oleh Islam sendiri. "Tak ada paksaan dalam Islam". Jangan teraapkan Islam itu secara formal. Jangan formalisasikan ketentuan Syari’at Islam sebagai hukum positif ke dalam peraturan perundangan negara. Dengan memanipulasi makna keadilan, yang mengaku Muslim menyebarkan isu bahwa "setiap upaya untuk memformalkan ajaran Islam ke dalam peraturan perundang-undangan akan bersifat diskriminatif (zhalim, aniaya, tidak adil) terhadap kelompok yang lain". Yang mengaku Muslim berupaya menyear isu, bahwa alQur:an tidak pernah secara spesifik berb icara tentang negara Islam (Islamic State), karena itu ide (gagsan tentang negara Islam) tidak ada dan harus tidak ada, karena akan menimbulkan perpecahan bangsa, distabilitas dan disintegrasi nasional. (Siapa yang sebenarnya memecah persatuan antara Timor Barat dan Timor Timur, antara Papua Barat dan Papua Timur, antara Borneo Selatan dan Borneo Utara, antara Korea Selatan dan Korea Utara, antara Yaman Selatan dan Yaman Utara, antara Jerman Barat dan Jerman Timur, dan lain-lain ?) Yang mengaku Muslim berupaya aktif menyebarkan isu agar tidak melegalisasikan ajaran Islam ke dalam perundang-undangan. "Tak ada ketentuan Fiqih yang mengharuskan negara diatur oleh Islam". Akhirnya Islam diatur oleh negara. Dan paling akhir, Islam tinggal hanya sekedar nama. Taka da mu’amalah, tak ada ‘ubudiyah, tak ada ‘aqidah. Dengan memanipulasi makna keadilan, yang mengaku Muslim menyebarkan isu bahwa lembaga pendidikan Madrasah, IAIN, Peradilan Agama, RUU Zakat bersifat diskriminatif (zhalim, aniaya, tidak adil). Karenanya haruslah ditolak, Elite politik Muslim yang mendukung Fraksi Islam paling banyak seperlima, yaitu dari kalangan Muslim di PPP, PBB, PK, PNU, PSII, P. Sedangkan elite politik yang menantang Fraksi Islam paling sedikit empat perlima, yaitu dari kalangan Muslim di PDI-P, Golkar, PAN, PKB, PKP, PDKP, PDR, IKKI, PP, PNI. Yang mengaku Muslim turut meredusir, menurunkan pengertian jihad dari pengertian istilah (kontekstuaal, keagamaan) menjadi pengertian lughawi (tekstual, grammatikal, leksikal, kebahasaan), yang hanya berarti bekerja keras atau berjuang. Juga pengertian ukhuwah diturunkan dari ukhuwah Islamiyah menjadi ukhuwah syhu’ubiyah/wathaniyah. Yang mengaku Muslim turut aktif menyerukan agar prinsip-prinsip Islam harus diselaraskan, disesuaikan, diakomodasikan dengan dunia modern (modernisme). Pengundangan sanksi moral oleh negara haruslah ditolak. Yang mengaku Muslim juga menuding, mencap Islam sekretarian, primodial, ekstrim, fundamentalisme. Umat Islam dituding berpikiran picik, sempit, sontok, sektoral, parsial. Yang mengaku Muslim sendiri menyerukan bahwa umat Islam haruslah berpikiran luas dalam skala besar, menjangkau kepentingan nasional, tidak berpikiran sempit, hanya mementingkan kepentingan Islam. Jebakan deislamisasi : Yang ya’lu, yang unggul adalah Nasionalisme, bukan Islam. Haruslah berpikir nasionalis, jangan Islami. Yang mengaku Muslim juga melakukan sinkretisasi, mencampurkan yang bukan Islam ke dalam Islam (talbisul haq bil bathil). Tokoh-tokoh masa kini yang dijadikan rujukandan acuan dalam sinkretisasi antara lain Ir Mahmud Muhammad Thaha, Abdullah Naim (keduanya tokoh pluralis Sudan yang menentang keras islamisasi pemerintahan). Hasan Hanafi (tokoh kiri Mesir yang menyatakan bahwa hakikat agama itu tidak ada), Muhammad Imarah, Rifa’at Thahthawi dan lain-lain tokoh sekular yang menyandang predikat Islam (Islam di permukaan, ‘ala harfin, tak lebih dari tenggorokan). Rifa’ah Thahthawi dikirim untuk belajar di Perancis. Di sana ia tinggal selama lima tahun (1826-1831). Sarjana lain yang tugas belajar di Perancis ialah Khairuddin alTunisia. Di Perancis ia menghabiskan waktu empat tahun (1852-1856). Setelah kembali keduanaya menyebarkan ide-ide untuk menata masyarakat dengan dasar sekularisme rasional (WAMY : "Gerakan Pemikiran dan Keagamaan", hal 26). Pernah Rasulullah didatangi seseorang yang cekung matanya, menonjol tulang pipinya dan nonong dahinya, lebat jenggotnya, botak kepalanya. Orang itu berkata : "Hai Muhammad, bertakwalah kepada Allah" (Berlaku adillah dalam pembagian ghanimah). Rasulullah menjawab : "Siapakah yang ta’at kepada Allah, jika aku maksiat (tidak berlaku adil). Apakah kalian tidak percaya padaku, sedang Allah telah mempercayai aku terhadap penduduk bumi ?". Setelah oang itu pergi Rasulullah berkata : "Sesungguhnya akan keluar dari turunan orang itu orang-orang yang pandai (lancar) membaca Kitab Allah (alQur:an), tetapi tidak lebih dari tenggorokannya, mereka terlepas (keluar) dari agama (Islam), bagaikan anak panah terlepas dari busurnya (ketika dilepaskan), mereka akan membunuh orang-orang Islam dan membiarkan orang-orang kafir" (deislamisasi) (Muhammad Fuad ‘Abdul Baqi : "AlLukluk walMarjan", hadits no.639-642, HR Bukhari, Muslim dari Abi Sa’id alKhudri, tentang "Orang-orang Khawarij dan sifat mereka". Orang-orang Timur membasmi musuh dengan memenggal kepalanya. Tetapi Barat dan pendukungnya hanya dengan merobah hati dan tabi’atnya (Abul Hasan Ali alHusni anNadwi : "Pertarungan antara Alam

Ahmadiyah

Ahmadiyah Ahmadiyah Lahore masuk Indonesia tahun 1924 di bawa oleh Mirza Wali Ahmad dan Maulana Ahmad di Yogyakarta. Sedang Ahmadiyah Qadiyan, masuk Indonesia tahun 1925 dibawa oleh Maulana Rahmat Ali di Sumatera Barat. Ahmadiyah Qadiyan mengakui, bahwa setelah Nabi Muhammad masih ada Nabi. Dan setelah Mirza Ghulam Ahmad masih ada kKhalifah sebagai pengganti Mirza . Sedang Ahmadiyah Lahore tidak mengakui bahwa sesudah Nabi Muhammad masih ada Nabi. Mirza hanya disebut5 sebagai Mujaddid (pembaharu) abad 19. Sedang sesudah kematian Mirza tidak ada Khalifah. Namun Mirza sendiri menyatakan "Saya bersumpah. Demi Allah yang menguasai ruhku. Allaha-lah yang mengutusku sebagai nabi". "Bahkan Mirza mengatakan , bahwa sebagai nabi, dirinya lebih mulia dari para Nabi Ulul Azmi, termasuk Muhammad saw sendiri (Haqiqatul Wahyi 257). Orang yang tidak beriman kepadanya dianggap kafir. Karena berarti ingkar kepada Allah dan Rasul-Nya (Haqiqatul Wahyi 163). Terhadap yang bukan Ahmadiyah, maka yang Ahmadiyah menyatakan bahwa Ahmadiyah meyakini Ghulam Ahmad sebagai Nabi, tapi bukan Nabi pembawa syari’at, bukan Nabi yang mandiri (SABILI, No.5, 23 Agustus 2000, hal 9). Ahmadiyah meyakjini Ghulam Ahmad adalah Imam Mahdi atau al-Masih al-Mau’ud (Nabi Isa yang dijanjikan kedatangannya), dengan menggunakan Hadits-Hadits riwayat Bukhari, Muslim tentang turunnya Imam Mahdi dan Isa ibu Maryam. Mirza mulai berakting mengaku sebagai pembaharu (Mujaddid), meningkat sebagai Imam Mahdi, lantas sebagai al-Masih al-Mau’ud, dan akhirnya mengaku Nabi. Secara jujur, Mirza Ghulam Ahmad menyatakan "Sebagian dari umurku kukerahkan untuk mendukung pemerintah Inggeris dan memenangkannya. Dan aku telah tulis untuk melarang jihad melawan Inggeris". "Dari masa muda-ku, aku berjuang dengan lidah dan penaku untuk menarik hati kaum Muslimin supaya patuh pada pemerintah Inggeris dan ramah dengannya. Aku menantang ide jihad yang dianaut sebagian Muslim yang jahil dengan menghalangi untuk patuh pada Inggerius (Pelengkap Sadatul Qur:an). Mirza Ghulam Ahmad (1839-1908) mengutuk jihad melawan imperialis Inggeris, dan menganggapnya sebagai suatu tindakan kriminal (Maryam Jamiilah : "Islam dan Modernisme", 1982:83). Ahmadiyah dilahirkan dan dirawat Inggeris dengan markas besarnya di London. Berbeda dengan Muhammad saw yang tak punya karya tulis, Ghulam Ahmad menulis banyak buku, brosur yang ia sebarkan ke berbagai negeri Islam, bahkan juga ke Eropah. Setelah mengaku diri sebagai Nabi, Mirza menuliskan semua (yang disebutnya) wahyu yang diterimanya, dan dikumpulkannya dalam sebuah kitab yang disebut "Tadzkirah" (Wahyu Muqaddas) yang merupakan penggalan-penggalan ayat al-Qur:an yang diacak-acak. Pada saat India berjuang melawan Inggeris, Ahmadiyah sibuk dengan perdebatan-perdebatan soal wafatnya al-Masih, hidupnya dan turunnya, serta kenabiaan Ghulam Ahmad. Memperdebatkan mutawaffika (QS 3:55), khalifah (QS 24:55), imam (QS 17:75) untuk mendukung argumentasi kenabian Mirza. Kaum Ahmadiyah mau berdebat bertukar fikiran berhari-hari bermalam-malam untuk mengukuhkan pendiriannya bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah Nabi, al-Masih al-mau’ud (Nabi Isa yang dijanjikan akaqn turun di akhir z a man), dan bahwa Nabi Isa al-Masih telah mati. Nabi Isa al-Masih dia matikan dulu, dan kemudian ditampilkan Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi Isa al-Masih yang dijanjikan (Prof Dr Hamka : "Tafsir Al-Azhar", III, 1984:185, Lembaga Pengkajian dan Penelitian MAWY : "Gerakan Keagamaan dan Gerakan Pemikiran", 1995 : Qadiyanisme, Perslah Debat antara Pembela Islam dan Ahmadiyah Qadian, dalam TEMPO 21 September 1974, SABILI, No.3, Th.III, 26 Juli 2000, hal 28-35). 1

Mencari buku motivator shalat

Mencari buku motivator shalat Kini sudah berusia 72 tahun, namun belum pernah menemukan agak sebuah buku yang dapat memotivasi, merangsang seseorang, dari yang enggan/ogah shalat menjadi yang mau shalat, dari yang malas shalat menjadi yang rajin/tekun shalat, dari yang ngawur/lalai shalat menjadi yang khusyu’ shalat. Simak, amatilah diri, keluarga, tetangga, idola masing-masing. Sudahkah mau sshalat. Sudahkan rajin shalat. Sudahkah tekun shalat. Sudahkah shalat itu membentuk sikap mental diri, keluarga, tetangga, idola ? Memang pernah ada buku yang dari judulnya sekilas terkesan memotivasi, merangsang untuk menegakkan shalat. Namun isinya tetap saja seperti buku-buku tuntunan shalat yang lain. Semuanya hanya berkutat dengan rukun shalat, kaifiat shalat, hikmah shalat, dan lain-lain. Simaklah antara lain buku-buku tuntunan shalat berikut : - “Untuk Apa Seorang Muslim Shalat”, oleh Drs Syahminan Zaini, terbitan Kalam Mulia, Jakarta, 1987. - “Faedah Shalat Bagi Kehidupan Orang Beriman”, oleh Drs Syahminan Zaini, terbitan Kalam Mulia, Jakarta, 1991. - “Tuntunan Tayammum dan Shalat”, oleh Syahminan Zani dan H Masturah Wanchik, terbitan Kalam Mulia, Jakarta, 1990. - “Ruh Shalat dan Hikmahnya”, oleh TA Lathief Rousydiy, 1973. - “Ruh Shalat dan Hkmahnya”, oleh TA Lathief Rousydiy, terbitan Rainbow, Medan, 1984. - “Kaifiat Shalat Rasulullah saw”, Oleh TA Lathief Rousydiy, terbitan Rainbow, Medan, 1983. - “Shalat Membina Pribadi dan Masyarakat”, oleh A Malik Ahmad, terbitan alHidayah, Padang, 1987. - “Shalat Menjadikan Hidup Bermakna”, oleh Prof Dr Zakiah Daradjat, terbitan YPI Ruhama, Jakarta, 1989. - “Meraih Puncak Kenikmatan Shalat”, oleh Dr Khalid Abu Syadi, terbitan Ziyad, Jakarta, 2007. - “The Power of Shalat”, oleh Syaikh Jalal Muhammad Syafi’I”, terbitan MQ Publishing, Bandung, 2006. - “Pedoman Shalat”, oleh Prof Dr TM Hasbi ashShiddieqy, terbitan Bulan Bintang, Jaarta, 1978. - “Tatacara Shalat Rasul”, oleh HAS alHamdani, terbitan alMa’arif, Bandung, 1981. - “Shlat-shalat Sunnah”, oleh HAS alHamdani, terbitan alMa’arif, Bandung, 1982. - “Cara Shalat Rasulullah”, oleh Habib Hassan alMahdalawy dkk, terbitan Dakata, Bekasi, 1997. - “Pedoman & Bimbingan Shalat Sunnat Lengkap”, oleh Ust Labib Mz, terbitan Terbit Terang, Surabaya, 2002. - “Tuntunan Shalat Lengkap”, oleh Ust Labib Mz dan Ust Maftuh Ahnan, terbitan Bintang Usaha jaya, Surabaya, 1992. - “Tuntunan Shalat Lengkap”, oleh Ustadz Yassir Effendi. - “Pelajaran Sembahyang”, oleh M Said, terbitan alMa’arif, Baandung. - “Tuntunan Sembahyang”, oleh HM Ramli, terbitan Islamiyah, Medan, 1966. - “Risalah Tuntunan Shalat Lengkap”, oleh Drs Moh Rifai, terbtan CV Toha Putra, Semarang, 1976. - “Pelaksanaan Shalat Nabi saw”, oleh Muhammad Nashiruddin alAlbani (terjemahan Rifyal Ka’bah), Jakarta, 1986. - “Cara Shalat Nabi saw”, oleh Syekh Muhammad Nasiruddin al-Albany (terjemahan Drs Alifuddin el-Islamy Sin Song Thian), terbitan Andes Utama, Jakarta, 1983. - “Berjumpa Allah lewat Shalat”, oleh Syekh Musthafa Masyhur, Gema Insani Press, Jakarta, 1990. - “Cahaya Dibalik Shalat Khusyuk”, oleh Imam al-Ghazali, terbitan Ramadhani, Solo, 1991. - “Rahasia-Rahasia Shalat”, oleh Al-Ghazali, terbitan Karisma, Bandung, 1992. - ‘Hikmah Kesehatan Dalam Shalat”, oleh HA Saboe, terbitan al-ma’arif, Bandung, 1986. - “Konsep Shalat Menurut al-Quran”, oleh Dr Fadh Abdurrahman bin Sulaiman ar-Rumi, terbitan Firdaus, Jakarta, 1991. - “Makna Shalat Sebagai Komitmen Pada Tujuan Akhir dan Ide Yang Ideal”, oleh Nurcholish madjid, terbitan Paramadina, Jakarta, 1991. - “Pelajaran Shalat Praktis”, oleh Team Biroh DKI Jakarta, terbitan Ikhwan dan Pustaka Antara, Jakarta, 1973. - “Rahasia Keampuhan Shalat”, oleh Dr Alimin, terbitan Firma Maju. Medan, 1984. - “Shalat Sebaga Pengendali Mental”, oleh Dr H Raachmat Djatmika, trbtan al-Ikhlas, Surabaya, 1983. - “Hikmah Shalat”, oleh Prof HM Hembing Wijayakusuma, terbitan Pustaka kartinia, Jakarta, 1996. (written by sicumpaz@gmail.com in sicumpas.wordpress.com as Asrir at BKS1103260630)

Belajar menyimak teks (matan) hadits

Belajar menyimak teks (matan) hadits Dalam usia sudah lebih tujuh puluh tahun, isteri saya mencoba belajar mengetik, menulis menggunakan komputer pinjaman dari seoang keponakan. Saya iktu-ikutan turut membantu, menolongnya. Adakalanya ikut mencarikan, menemukan ayat-ayat Quran dan Hadits-hadits Rasulullah saw yang dicomot (diunduh, didownload) dari situs http://kitab_kuning.blogspot.com yang terhimpun, terkoleksi dalam suatu mausu’at yang terdiri dari 2o kitab hadits. Saya sendiri tak mengerti bahasa Arab, hanya sekedar mengenal bahasa Arab dasar yang sangat minim. Dengan hanya memiliki pengetahuan dasar bahasa bahasa Arab yang sangat minim itu, saya meraba-raba mencari teks (matan, naskah) hadits yang diperlukan sebagai rujukan tulisan oleh isteri saya dari mausu’at digital tersebut. Pernah mencari hadits yang maknanya, maksudnya “Aku tinggalakan kepada kamu sekalian dua hal (panduan hiduP). Kamu sekalian tak akan tersesat bilamana kamu sekalian berpegang kepada keduanya, yaitu Kitabullah dan Sunnah RasulNya”. Namun saya gagal, tak berhasil menemukan teks (redaksi, matan) yang bermakna seperti itu. Yang saya temukan hanyalah hadits yang menyebutkan bahwa yang ditinggalkan oleh Rasulullah saw itu adalah Kitabullah dan Ahlul Bait, dalam “Mustadrak” AlHakim dari Zaid bin Arqam, pada kitab Makrifah Shahabat, hadits no.4577. Seangkan hadtis sebelumnya, hadits no.4576 menggunakan lafal “tsaqalain”, dan bukan “amrain”. Pernah pula mencari hadits yang maknanya, maksudnya “Peliharalah yang lima sebelum datang yang lima”. Hadits tersebut ditemukan dalam “Mustadrak” AlHakim, kitab ArRiqa, hadits no.7846 dari Ibnu Abbas, dalam “Mushanil” Ibnu Syaibah, kitab AzZuhd, hadits no 18/19, dalam “Fathul Bary” Ibnu Hajar, kitab ArRiqaq, komentar hdits no.6053. Sehubungan dengan hadits no.6053 yang maknanya, maksudnya “Hiduplah di dunia seolah-olah bagai orang asing atau sebagai musafir”, ketika mengomentari, mensyarah sanad hadits tersebut, Ibnu Hajar menyebutkan nama Ulama Hadits yang menemukan tadlis (penyamaran) dalam sanad hadits tersebut. Lafal ‘haddatsani” (telah memberitakan kepadaku) aalah tadlis (penyamaran) dari lafal “’an” (dari). A Qadir Hasan dalam kitabnya “Ilmu Musthalah hadits” menyebutkan bahwa di dalam kitab Bukhari terdapat 1341 hadits Mu’allaq dan dalam Shahih Muslim ada sedikit. Hadits Mu’allaq aalah hadits yang awal sanadnya gugur seorang rawi atau lebih secara berturut-turut. Hadits Mu’allaq itu hukumnya lemah, tidak boleh dipakai sebagai rujukan. Juga disebutkan bahwa dalam Kitab Bukhari dan Muslim terdapat riwayat Mudallas, tetapi riwayat-riwayat itu di bab lain dan di temapt lain, ada sanadnya yang tidak Mudallas. jadi boleh dikatakan tidak ada hadits Mudallas yang tersendiri dalam kedua-dua kitab itu. Hadits Mudallas adalah hadits yang sadanya samar (hal 92,93,99,107). (BKS1105190830)

Dilematika/problematika penegakan syari’at Islam (analisa sikon umat Islam)

Dilematika/problematika penegakan syari’at Islam (analisa sikon umat Islam) Treath/kendala/rintangan/hambatan bagi tegaknya syari’at Islam : - Konspirasi/persekongkolan Yahudi-Nasrani internasional untuk melenyapkan, mengenyahkan, mnghancurkan, menumpas Islam (Simak antara lain QS 2:120). - Maraknya penyebaran ajaran, alaaairan, paham Jahili Sekuler, hubuddunya wa karihatul mauat, rakus dunia dan takut pada resiko (Simak antara lain QS 45:23-25). - Ketiadaan ulama waritsatul anbiya’, kelemahan pemahaman ulama terhadap ideology, politik, ekonomi, social, budaya Islam. Menjamurnya, melimpahnya ulama seleberitis, berpaham jahili sekuler, hubbud dunya wa karihatul maaut, rakus akan dunia dan takut pada resiko. - Labelisasi teroris terhadap penegak syari’at Islam. - Maraknya penyusupan, infiltasi musuh-musuh Islam dengan menggunakan atribut, symbol, terminology, identitas Islam. - Gampangnya muncul situasi konflik. Umat Islam sangat deman (senang) punya lawan. Kalau ada musuh mereka bersatu. Bila musuh tak ada lagi, mereka mencari musuh di kalangan sendiri (M.Natsir, simak SUARA MASJID, No.144, 1 September 1986, halaman 4-5, Editorial). Dalam golongan Muslimin menular penyakit yang sangat berbahaya, yaitu : perselisihan, persengketaaan danperbantahan antar sesame (Moehammad Moe’in : “Sedjarah Peperangan Salib”, Islamiyah, Medan, 1936, halaman 5) (Simak antara lain QS 8:46). Perpedahan umat (dalam ideologi dan politik) adalah penghalang turunnya pertolongan Allah. Sunnatullah menetapkan bahwa yang kuat mengalahkan yang lemah (Simak HR Muslim dari Tsauban tenang Qadha dan Qadar, antara lain dalam “Zaadul Ma’ad” Ibnul Qaiyim, jilid I, halaman 90; “Bersihkan Tauhid Anda Dari Noda Syirik”, oleh Muhammad bin Abdul Wahhab, terbitan Bina Ilmu, Surabaya, 1984:82-84; HR Ahmad dalam “Tafsir Ibnu Katsir”, jilid V, halaman 144). Weakness/Kelemahan penegakkan syari’at Islam : - Lemahnya kesadaran beragma dari umat Islam. - Lemahnya pemahaman agama umat Islam secara intergatif. - Terserang/terjangkit virus jahili sekuler (Hubbud dunya wa karihatil maut, rakus akan dunia dan takut pada resiko). - Tak memiliki media informasi/komunikasi alternative, yang dapat menyuarakan aspirasi umat Islam dan yang dibiayai oleh dana umat Islam sendiri. (Simak Farid Ahmad Okbah MA : "Hidup Hanya Sekali, Jangan Salah Jalan", Perisai Quran, Jakarta, 2011) Opportunity/peluang/kesempatan tegaknya syari’at Islam : - Lembaga dakwah dan ormas Islam yang konsisten mendakwahkan tegaknya syari’at Islam. - Sarana penerangan/komunikasi yang dapat digunakan sebagai sarana dakwah. Strenth/kekuatan/potenti bagi tegaknya syari’at Islam : - AlQur:an dan AlHadits sebagai landasan ideologis. - Khazanah pemikiran ulama Islam pada masa lalu. - Warisan/peninggalan sejarah umat Islam masa lalu. - Populasi umat Islam yang cukup diperhitungkan. Bahkan identitas, dan nama Islam sendiri masih menggentarkan, menciutkan nyali musuh-musuh Islam. - Masjid, mushalla sebagai sarana/tempat pembinaan/penggemblengan umat Islam. Konsep SOAR Dulu diperkenalkan konsep SWOT analysis (Strength-Weakness-Opportunity-Threat). Menganalisis kelemahan (wakness) dan menghitung risiko/ancaman (threat) itu diperlukan. Lebih penting lagi dari itu adalah mengidentifikasi dan memfokuskan kekuatan (strength) dan peluang (opportunity). Kini diperkenalkan konsep SOAR (Strengths-Opportunity-Aspiration-Result). Konsep ini beroriemtasi “appreciative inquiry”, yaitu menghargai dan menggali hal-hal yang positf dan kekuatan (strength) yang terlihat maupun tersembunyi. “Allow your thoughts to take you to heights of greatness”. Dengan pola pikir ini, berobsesi terhadap aspirasi (aspiration) dan kesempatan (opportunity) sehingga hasil (result) terpenuhi optimism (Simak Eileen Rachman & Sylvina Savitri : “Mentalitas Elang”, KOMPAS, Sabtu, 6 Agustus 2011, hal 33, “Klasika : Karier”). (written by sicumpaz@gmail.com at BKS1107280815)

“Buku-Buku Yang Merubah Dunia”

Lima enam puluh tahun yang lalu Robert B Downs mengarang/menulis “Book that changed the world” (“Buku-Buku Yang Merubah Dunia”, terjemahan Drs Asroel Sani, terbitan PT Pembangunan, 1959, Pustaka Sardjana, No.27). Di dalamnya terdapat sekitar sepuluh buah buku yang menggoncang, meledakkan dunia, lebih dahsyat dari tsunami. Menggoncang pola piker. Menggoncang dunia budaya. Menggoncang dunia politik. Menggoncang dunia ekonomi. Dan lain-lain. Daya gancangannya lintas sektoral, lintas wilayah. Ada karya Yahudi dan ada karya anti Yahudi. Di antaranya “Il Prince” (Sang Pangeran) Nicco Machiavelli. “Mein Kampf” Adolf Hitler, “Relativiteit Theory” Albert Einstein, “Origin of Spices” Charles Darwin, “Das Kapital” Karl Marx, “Das Ich und das Es” Sigmund Freud, dan lain-lain. Adakalanya pena penulis lebih dahsyat daya ledaknya dari senapan militer. Ide, ideologi itu lebih dahsyat daya ledaknya dari bom konvensional apa pun, lebih dahsyat dari pada yang terjadi di Hirosyima enam puluh lima tahun yang lalu. Pada November 2011 diperkenalkan buku Andrew Taylor "Buku-buku yang Mengubah Dunia", terjemahan OVYS Damos S, terbian Erlangga, Antara lain memaparkan AlKitab, AlQuran, Iliad (Homer), AlQanun fi AtTibb (Ibnu Sina), Don Quixote (Muguel de Cerbantes), The Wealth of nation (Adam Smith), Common Sense (Thomas Panie), The Comunist Manifesto (Karl marx), The Origin of Specis (Charles Darwin), On Liberty (Joh Suart Mill), The Interpretqtion of Dreams (Sigmund Freud), Relativitty : The Species And The General Teory (Albert Einstein), The general Theory of Employment, Interest adn Money (John Maynard Keynes), Hary Potter And TehnPfiloaophwe'a Stone (JK Rowling), Nagaraketagma (Mpu Prapanca), Sutasoma (Mpu Tantular), Max Havelar (multatuli), Habis Gelap Terbitlah Terang (RA Kaerini (KORAN JAKARTA, Senin, 21 November (written by sicumpaz@gmail.com in sicumpas.wordpress.com as Asrir at BKS1103170800)

Sekolah lewat internet/milis

Sekolah lewat internet/milis Dulu tahun lima enam puluhan terdapat sekolah, perguruan tertulis berupa kursus tertulis Bahasa Asing, Administrasi, Pengetahuan Dagang, Pengetahuan Teknik, Pengetahuan Umum dan untuk mengikuti ujian negeri SR6th, SMP, ST, SMA, bahkan Perguruan Tinggi Hukum, Ekonomi, Kedokteran, dan lain-lain. Juga untuk mendapatkan ijazah/diploma pembukuan Bond A/B. Antara lain diselenggarakan oleh Lembaga Pendidikan Tertulis “Dunia Pengetahuan Sampurna” Semarang, “Java Corespondence Schools” Bandung, “Balai Perguruan Sriwijaya” Jogjakarta, “Majapahit”, “Sariwegading”, “Effendi Harahap Institute” Semarang, Biro Kursus Tertulis “Sumber Pengetahuan Bandung/Surabaya, PT Sumber Pengetahuan, Bandung dan Surabayadan lain-lain. Setelah sekolah, perguruan tertulis tersebut tak lagi berperan, belasan tahun yang lalu muncullah Universitas Terbuka yang dirintis oleh Depdikbud dengan memanfa’atkan sarana televisi. Barangkali dengan adanya internet, maka sekolah/kursus tertulis, Universitas Terbuka itu kini dapat memanfa’atkan internet, milis, email, VCD sebagai sarana penunjang. Kebetulan Yayasan atsTsabat (www.al-sofwah.or.id), Condet, Jakarta Timur telah lebih dulu merintis “Kajian Islam Terbuka”. Merupakan bimbingan belajar jarak jauh, dengan menggunakan modul-modul : Pengantar Studi Islam, Aqidah, Fizih, Tsaqafah, Sejarah Islam dan Manhaj. Dilengkapi dengan kaset untuk setiap materinya. Bimbingan via telepon, surat pos dan email. Peserta yang lulus evaluasi diberi sertifikat. Juga kini ada situs untuk belajar seperti www.duniabelajar.com, pendidikan.infogue.com, math.bintangilmu.com, prothelon.com, kompiancer.blogspot.com,, dan lain-lain.

Legalitas kebebasan seks dalam agama rekayasa (Aliran Bid'ah)

Legalitas kebebasan seks dalam agama rekayasa (Aliran Bid'ah) Baik dulu, maupun kini, baik di kalangan politisi, strategi, selebiriti, maupun fesyen, tercatat sejumlah tokoh-idola yang berprilaku gay (sodomi, homo, lesbi, biseks). Mereka menghendaki kebebasan hubungan seks seebasnya, tanpa batas, tanpa kendali, tanpa kontrol. Hidup sebagai manusia hewani (manusia kurang ajar). Bahkan tuntutan kebebasan yang sama sekali tak rasional (irrasional) ini, malah gencar di tengah masyarakat yang sering dianggap paling rasional. Meskipun "Tidak ada tempat di Alkitab bagi semua kegiatan seks di luar nikah", namun frekuensi free seks (perbuatan kurang ajar) semakin meningkat. Kompleksitas seksual ini Sering terjadi di lingkungan kewiraan, seperti akademi militer (Tabloid BERITA BUANA MINGGU, 16 Agustus 1998, hal 3), juga di pondok (MATRA, 6 April 1990). Meskipun pusat-pusat studi agama bermunculan, buku-buku dan jurnal keagamaan diterbitkan secara rutin, namun keyakinan dan praktek keagamaan semakin menipis. Kenapa ? Apa tak ada metode dakwah yang efektif ? Yang subur adalah "pseudo religion", "cultic religious", yang termasuk ke dalam New Religion Movement, agama anak muda, agama rekayasa (KOMPAS, 19 April 1997, hal 4-5, FOKUS, 8 Maret 1994, hal 16, TEMPO, 31 Maret 1973, hal 37). "Cultic religions" di dunia Muslim bisa muncul dengan kehadiran "Imam Mahdi" (KIBLAT, No.19, 5-20 April 1988, hal 28-34, Tabloid ADIL, No.49, 9-15 September 1998, hal 30). Semua ini semula berpangkal pada doktrin pelepsan diri dari penderitaan (Sangsara, samsara) agar tercapai nirwana (swargaloka kayangan). Dapat mencapai "Tingkat di atas Manusia" (Makhluk Planet, Nirvana) dengan cara meninggalkan wadah (tubuh), mulai dengan menjalani hidup membujang (selibasi) (KOMPAS, Sabtu, 29 Maret 1997, hal 7, Applewhite, Pemimpin Sekte Pintu Surga). Selanjjutnya dengan sistimatik ilmiyah (pseudo) diupayakan memanipulasi ayat-ayat Kitab Suci untuk dapat fly mencapai swargaloka, untuk dapat mengubar, melampiaskan dorongan biologis (nafsu hewani) sebebasnya. Jadilah sepenuhnya dikendalikan nafsu birahi hewani (kasih sayang hewani, doctrine of love, libe, libido). Di antara tokohnya pernah terkena gangguan jiwa, berbuat sodomi dengan mahasiswanya. Di kalangan komunitas manusia hewan, tak ada norma moral, etika, agama. (Bks 5-2-99). Generasi bebas tanpa batas Kini muncul Aneka Bebas Gaul (ABG). Generasi cuek, masa bodoh. Bebas nilai. Tanpa norma moral, etika. Tak terikat dengan tatanan nilai. Tanpa bean moral. Tak perlu jujur, konsisten atau konsekwen. Semuanya boleh. Tak ada larangan. Sekali waktu bisa tampil humanis. Anti diskriminasi. Anti facis. Anti militerisme. Lain waktu bisa tampil sadis. Anti suku. Anti agama. Anti ras.Anti golongan. Tak ada halangan. Tak ada kendali. Serba boleh. Dunia yang diimpikan adalah dunia tanpa suku, tanpa agama, tanpa ras, tanpa golongan. Sehingga tidak ada perang antar suku. Tak ada diskriminasi ras. Tidak ada adu domba antar penganut agama. Tak heran bila ada Sang Tokoh yang sangat terpengaruh oleh Filsafat Humanisme, yang menganggap manusia itu semuanya sama secara mutlak, baik Muslim, maupun non-Muslim, namun bukan seorang Humanis yang adil (konsekwen), tapi berpihak pada non-Muslim (Hidayat Nurwahid : SABILI, No.6, 6 September 2000, hal 93) Pembedaan dikacaukan dengan perbedaan, sehingga menjadi rancu. Kesenangannya adalah berjingkrak-jingkrak. (Kesan tulisan REPUBLIKA, Senin, 29 Maret 1999, hal 5, "Mimpi Generasi Muda ABG"). Sebelum ini subur berkembang "pseudo religion", "cultic religious" yang termasuk ke dalam New Religion Movement, Agama Anak Muda, Agama Rekayasa. Semua ini semula berpangkal pada doktrin pelepasan diri dari penderitaan (sangsara, samsara) agar dapat mencapai "Tingkat Di atas Manusia" (Makhluk Planet, Nirvana, Swarga Loka Kayangan) dengan cara meninggalkan dan menanggalkan wadah (tubuh), mulai dengan menjalani hidup membujang (Kesan tulisan KOMPAS, Sabtu, 29 Maret 1997, hal 7, Pemimpin Sekte Pintu Surga). Yang satu berupaya memanipulasi tatanan nilai Kitab Suci untuk dapat fly mencapai swargaloka, mengubar dorongan biologis (doctrine of love), yang lain berupaya cuek terhadap tatanan nilai, agar dapat bebas sebebasnya tanpa batas. Na’udzu billahi min dezalik. (Bks 1-4-99).

Mencari Adat Basandi Syarak (ABS)

Mencari Adat Basandi Syarak (ABS) Belakangan ini masyarakat Minang mengalami krisis identitas. Nilai moral dan akhlak masyarakat menurun. Menurut tokoh Muhammadiyah H Syahrudji Tatang BA, krisis identitas yang sedang dialami masyarakat Minang saat ini lebih banyak disebabkan oleh tidak teraktualisasikannya identitas orang Minang dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Minang (PADANG EKSPRES, Kamis, 11 Januari 2001, hal 10, "Atasi, Krisis Identitas Masyarakat Minang"). "Slogan Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK) selama ini, hanya menjadi slogan yang diucapkan pada saat bersama saja, namun tidak diaktualisasikan dalan kehidupan sehari-hari" ujar Syahrudji.. Adat Minangkabau mencakup ideologi, pandangan hidup, kaidah umum, norma tata-gaul orang Minangkabau. Semula Adat Minangkabau mengacu pada ayat-ayat kauniah, ketentuan-ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam alam. "Yang setitik dijadikan laut, yang sekepal dijadikan gunung. Alam terkembang dijadikan guru". Orang diajak menyimak gejala alam. Mampu membaca arah angin yang berkisar (punya nalauri politik). Mampu melihat kaki ular yang menjalar. Mampu membaca yang tersirat di balik yang terusrat. Mampu membaca situasi dan kondisi (tahu akan ranting yang akan melata. Tahu akan dahan yang akan menimpa, tahu akan lantai yang akn menjungkat). Mampu melacak, meramal dan memprediksi. "Everything depend on condition time and place" (Soegiarso Soerojo : "Siapa Menabur Angin Akan Menuai Badai", 1988:394). Segala gejala alam, kecenderungan masyarakat, peristiwa sosial diamati, disimak, dipelajari, diselidiki, diteliti, diobservasi, dianalisa. Hasil penelitian dan analisa tersebut dijadikan acuan bagi penyusunan norma tata-gaul. Bagi peneliti manusia (antropolog), setiap peristiwa sosial (dalam masyarakat) dapat dijadikan semacam komentator terhadap peristiwa/kejadian lainnya. Setelah orang Minangkabau memeluk agama Islam, maka Adat Minangkabau berdasarkan syari’at Islam. "Adat bersandi syarak (syari’at Islam). Syarak bersendi Kitabullah (Qur:an)". Qur:an itulah yang jadi panduan hidup orang-seorang dan masyarakat. "Syarak mengata (menentukan, menetapkan). Adat memakai (melaksanakan, menerapkan". Nilai dasar dan substansi Adat Minangkabau tetap tak berobah, berlaku sepanjang masa. "Tak lapuk kena hujan. Tak lekang kena panas". Norma yang tak termasuk dalam Adat Minangkabau, jangkauannya terbatas. Terbatas pada tempat dan waktu (temporer). "Cupak sepanjang betung (bambu). Adat sepanjang jalan (tak berujung)". Dahan dan ranting (cabang dan raanting) Adat Minangkabau tumbuh berkembang sesuai tuntutan dan kebutuhan. "Adat berada pada pertumbuhan (perkembangan). Pusaka berada pada tempat". Aplikasi penerapan Adat Minangkabau bisa berubah menurut tempat dan waktu, tetapi tetap tegak pada nilai dasarnya. "Sekali air gedang (banjir), sekali tepian (tepi kali) beralih (berpindah)". Dasar pokok (tian utama) tata-gaul sosial-politik-ekonomi orang Minangkabau adalah tidak aniaya, tidak culas, tidak curang. "Kalau gedeang (besar) tidak melanda (menindas). Kalau cerdik (pintar) tidak menjual (membodohi)". Hubungan individu dengan masyarakat dalam Adat Minangkabau aalah serasi, selaras, seimbang (harmonis). "Rancak (bagus) bagi awak (diri), disetujui oleh orang". "Sakit pada diri, sakit pula pada orang". "Senang bagi diri. Senang pula bagi orang". Dalam Adat Minangkabau, masing-masing punya pimpinan. "Luhak punya penghulu. Rantau punya raja (Ajo). Kampung punya ketua (Ketua kampung). Rumah punya tungganai (Kepala rumah)". "Kemenakan beraja pada mamak (paman). Mamak beraja pada penghulu (pimpinan mamak)". Segala urusan dalam Adat Minangkabau harus menempuh jalurnya. "Naik melalui jenjang. Turun melalui tangga". Dalam Adat Minangkabau, masing-masing harus menjaga, memelihara ikatan sosialnya agar tak sampai rusak. "Dalam bersaudara, ikatan sesaudara dipelihara agar tak rusak. Dalam berkampung, ikatan sekampung dipelihara gar tak rusak. Dalam bersuku, ikatan sesuku dipelihara agar tak rusak. Dalam bernegeri, ikatan senegeri dipelihara agar tak rusak". "masing-masing saling sandar bersandar, bagaikan aur dengan teebing, saling menguntungkan (mutual sismbioses)". Tata-gaul dalam Adat Minangkabau adalah kebersamaan, bukan persamaan. "Yang tua dimuliakan. Yang muda disayangi. Sesama gedang (besar) hormat-menghormati". Kewajiban seseorang dalam Adat Minangkabau berdasarkan kesanggupan dan kemampuannya. "Besar kayu, besar bahannya. Kecil kayu, kecil bahannya". Perasaan kebersamaan itu dalam Adat Minangkabau melahirkan rasa sehina, semalu. Serta kerja bersama. "Seciap seperti ayam. Sedencing seperti besi. Seiikat seperti lidi. Serumpun seperti serai". "Berat sama dipikul. Ringan sama dijinjing". "Sama mengayun, sama melangkah". "Kabar baik diberitakan. Kabar buruk dikunjungi". "Jika jauh ingat-mengingat. Jika dekat kunjung-berkunjung". "Sedikit beri bercecah. Banyak beri berumpuk". "Hati gajah sama dikunyah. Hati tungau sama dicecah". "Yang tidak ada dicari bersama. Yang ada dimakan bersama". "Mendapat sama berlaku. Kehilangan sama mendapat rugi". "Ke bukit sama mendaki. Ke lurah sama menurun". "Sama sakit, sama senang". Hak seseorang dalam Adat Minangkabau diperlakukan sama dalam kebersaman. Persamaan dalam keersamaan. "Duduk sama rendah. Tegak sama tinggi". Keputusan dalam Adat Minangkabau diambil secara musyawarah, setelah mendekati kesepakatan bersama. "kalu bulat sudah boleh digolongkan (digelindingkan). Kalau picak 9pipih) sudah boleh dilayangkan (dilemparkan)". Saluran untuk memperoleh kesepakatan (kata sepakat) adalah dengan permufakatan. "Bulat air dengan pembuluh, Bulat kata dengan permufakatan". "Air bersaluran betung (bambu, buluh). Manusia bersaluran kebenaran". Siar kesemarakan Alam Raya Minangkabau terpampang da terpancang di mana-mana dengan adanya masjid (tempat beribadat), rumah gadang (tempat tinggal), balai adat (tempat pertemuan), gelanggang (arena hiburan/kreasi), tepian (tempat mandi) (sarana kebersihan, kesehatan, ketangkasan), cupak-gantang (alat ukur), emas-perak, beras-padi, lumbung-rangkiang, sawah-ladang, itik-ayam, kerbau-kambing, tambak-ikan, jalan raya (sentra ekonomi pertanian, peternakan), dusun, teratak, kepala kota, korong, kampung (sarana pemerintahan), senjata, parit (sarana pertahanan). Semuanya ini melambangkan masyarakat yang beragam, beragama, beradat, cerda (berilmu), aman-makmur-sejahtera (berekonomi baik). Kepemimpinan dalam Adat Minangkabau ditentukan oleh dukungan pendukungnya. "Tumbuhnya ditanam. Tingginya dianjung (diangkat). Gedangnya (besarnya) digedangkan (dibesarkan)". Menurut Adat Minangkabau, tak ada persoalan yang tak bisa diselesaikan (prinsip optimis). "Tak ada kusut yang tak dapat diselesaikan. Tak ada keruh yang tak dapat dijernihkan". Pemimpin dalam Adat Minangkabau haruslah orang yang berjiwa besar (bealam lapang). "Pusat jala, timbunan kapal". "Lubuk akal, lautan budi". "Bagaikan air jernih dalam sayak (wadah) yang landai (ceper)". "Bagaikan kayu (pohon) di tengah padang (rimba). Uratnya (akarnya tempat duduk bersila. Batangnya tempat duduk bersandar. Dahannya tempat tegak bergantung. Buahnya untuk dimakan. Airnya untuk diminum. Daunnya untuk berlindung (kepanasan/kehujanan)". Sedikitnya harus ada enam sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin dalam Adat Minangkabau, yaitu : berilmu, beakal, suka memberi petunjuk, murah dan mahal, hemat dan himat, yakin dan tawakal (Datuk Palito : "Uraian Pepatah Adat : Elok Negeri Dek Penghulu", Limbago Payakumbuh, 9-6-30). Pemimpin itu harus bijaksana dalam segala urusan. "Tepung tak terserak. Rambut tak pututs". "Tanduknya ditanam. Daginggnya dilapah. Kuahnya dikacau". Pemimpin harus tunduk pada alur dan patut, pada pimpinan hikmah kebijaksanaan (kepantasan universal). Tidak boleh berbuat sewenang-wenang. "Kemenakan di bawah pimpinan mamak. Mamak di bawah pimpinan penghulu. Penghlu di bawah pimpinan mufakat. Mufakat di bawah pimpinan alur dan patut". Alur dan patut adalah etika moral universal (akhlak karimah paripurna). "Raja (pemimpin) yang adil disembah (diikuti titahnya). Raja (pemimpin) yang aniaya disanggah (diganggu-gugat)". Pemimpin itu dalam Adat Minangkabau harus siap menghadapi keluh-kesah, kekesalan, kedongkolan, unjuk rasa bawahan. "Penghulu (pemimpin) itu bagaikan lantai. Siap dipijak tanpa menjungkal". "Peran (posisi) teluk untuk timbunan kapal. Peran lurah untuk timbunan angin. Peran gunung untuk timbunan kabut. Peran pemimpin untuk timbunan umpatan (sasaran kemarahan)". "Gunjing dan umpatan bagi pemimpin sejati adalah bagaikan obat penawar". Pemimpin itu harus cermat mewaspadai situasi. "Ingat sebelum kena. Melantai sebelum lapuk". "Ingat, kalau yang di bawah akan menimpa (menghimpit). Kalau yang bocor (tiris) Sei bawah". "Penghulu (pemimpin) jika kena kicuh (tipu muslihat), alamat kampung sudah terjual (tak berharga lagi)". "Agar suara penghulu (pemimpin) diikuti bawahan, haruslah pandai bergaul dengan orang banayak". "Pantang bagi penghulu (pemimpin) kusut tak akan selesai". "Penghulu (pemimpin) harus tegak tegar menghadapi segala krisis". "Penghulu (pemimpin) jika pecah (rusak), maka adat tak akan berdiri lagi". "Kata dan kerja jika tak seiring, maka hilang kepercayaan anak neeri". Dalam Adat Minangkabau terdapat pembagian tugas kepemimpinan/kekuasaan. # Pemimpin adalah pemimpin adat, menghukum sepanjang adat, menyuruh berbuat baik, melarang berbuat jahat. Perkataan penghulu menyelesaikan masalah. # Malin adalah pemimpin agama, menghukum sepanjang syarak, membedakan halal dan haram (menjauhkan sikap cuek terhadap halal haram). # Manti tegas berbuat, bertindak, menerima dakwaan-pengaduan, menghukum silang selisih (silang sengketa). # Dubalang (Hulubalang) mengawal negeri, menindak kejahatan. Peran Adat Minangkabau dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi. "Bisa digumpal sekecil kuku. Bisa dikembang sebesar alam". Masing-masing orang dalam Adat Minangkabauberperan sesuai dengan posisi dan kedudukannya. "Kemenakan menyembah secara lahir. Mamak menyembah secara batin". "Kemenakan berpisau tajam. Mamak berdaging tebal" "Orang besar jadi besar, karena dibesarkan". Tata-gaul dalam Adat Minangkabau antara seorang lelaki dengan anak dan kemenakannya berdasarkan pada perimbangan keserasian, keselarasan. "Anak dipangku (digendong, disuapi, dicukupi kebutuhan jasmani dan rohaninya). Kemenakan dibimbing (dituntun, ditunjuki, diperhatikan kebutuhan rohaninya)". "Mamak bagaikan payung di kala hujan. Ayah bagaikan payung di kala panas". Ungkapan rasa sayang disesuaikan dengan objek sasaran. "Sayang pada anak dipecut (digebuk). Sayang pada kampung ditinggalkan (pergi merantau)". Hubungan pergaulan menurut Adat Minangkabau haruslah mengindahkan keseimbangan, keserasian, keselarasan. "Tegangnya terjela-jela. Kendurnya berdenting-denting". "Lebih kuat surut dari pada maju". "Semut terpijak tidak mati. Alu tertarung patah tiga". Menurut Adat Minangkabau, setiap orang, setiap barang adalah beguna susuai tempat, waktu dan keadaannya. Tak ada yang tak berguna. Masing-masingya ditempatkan pada tempatnya yang sesuai. "Yang buta penghembus lesung. Yang pekak (tuli) pelepas (penembak) bedil (senapan). Yang lumpuh penghuni (penunggu) rumah. Yang kuat pembawa (pengangkut) beban. Yang bodoh untuk disuruh diseraya. Yang cerdik (pintar) lawan berunding (untuk bermufakat). Yang cerdik (cendekia) tempat bertanya. Yang kaya tempat bertenggang (minta bantuan)". "Yang bengkok untuk bingkai bajak. Yang lurus untuk tangkai sapu. Yang setapak tangan untuk papan tuai (?). Yang kecil untuk pasang sunting (?)". Tata-gaul menurut Adat Minangkabau mengharuskan menempatkan diri sesuai dengan posisi, tempat, waktu, keadaan, lingkungan. "Cupak diisi. Lembaga dituang". "Di mana tanah dipijak, di sana langit dijunjung". "Masuk kandang kambing mengembik, masuk kandang jawi (sapi) melenguh". Adat Minangkabau sangat mengagungkan budi pekerti (budi bahasa). "Tak ada yang indah selain budi. Tak ada yang elok selain bahasa". "Bukan emas, bukan pangkat, tapi budi yang dihargai orang". "Hutang emas dapat dibayar, Hutang budi dibawa mati". "Agar jauh silang sengketa, perhalus budi bahasa". "Agar pandai, sungguh berguru. Agar mulia, pertinggi budi bahasa". Adat Minangkabau menuntut keseimbangan antara sikap merendahkan diri dengan sikap menjaga harga-diri (muru:ah, wibawa, gezacht). "Kalau pergi merantau, mandilah di sebelah bawah, ambillah air di seelah hilir". "Kalau aliran air ditutup orang, batas sempadan dialih orang, perlihatkan sikap seorang lelaki, jangan takut darah tertumpah". "Jika dalam kebenaran, setapak jangan surut". "Satu hilang, dua terbilang. Sebelum ajal berpantang mati". "Menantang guru dengan ajrannya. Menantang mamak dengan petuahnya". Malu dalam Adat Minangkabau adalah malu bersama. "Seekor kerbau berkubang, seluruhnya kena lumpurnya. Seorang makan nangka, semua kena getahnya". Sanksi Adat Minangkabau yang terberat adalah kutukan masyarakat (pengadilan rakyat). "Ke atas tidak berpucuk. Ke bawah tidak berurat. Di tengah dilubangi kumbang. Hidup segan, mati tidak mau". Masyarakat Minangkabau yang melecehkan tuntunan Adatnya bisa saja dilanda kehancuran tata sosial-ekonomi. "Sawah kering. Tebasan hangus. Rakyat melarat. Negeri rusak". (Prof Mr M Nasroen : "Dasar Falsafah Adat Minangkabau", Bulan Bintang Djakarta, 1971). 1

Musykilat/Syubhat

catatan serbaneka asrir pasir Assalamu’alaikum w.w. Mohon penjelasan perihal berikut : Musykilat/Syubhat Maksud/tujuan (kehendak/iradah) Allah menciptakan manusia (dan juga jin) adalah agar mereka mengabdikan diri kepadaNya (Simak QS 51:56). Dan Allah Mahakuasa untuk dapat mewujudkan kehendak/iradahNya (Simak QS 11:108, 22:14). Untuk apa lagi Allah menciptakan surga dan neraka ? Apa maksud/tujuan Allah menciptakan Nabi Isa tanpa bapak ? (Simak QS 3:47). Apa maksud/tujuan Allah mengangkat Nabi Isa kepadaNya ? (QS 3:55). Apa maksud/tujuan Allah menidurkan penghuni gua (ashhabul kahfi) selama 309 tahun ?(Simak QS 18:25). Apa maksud/tujuan Allah baru melepaskan bani Israel dari cengkeraman/penindasan Fir'aun setelah ratusan tahun ? (Simak QS 26:16-22). Apa hikmahnya ? Apa hikmahnya dalam alQuran terdapat hal-hal yang berupa seolah-olah teka-teki, berupa mutasyabihat, padahal dinyatakan bahwa dalam alQuran itu yang ada hanyalah yang pasti, yang tak diragukan, yang tak debatable. Misalnya tentang jumlah ahlul kahfi, jumlah pemuda yang bersembunyi di gua, apakah tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan dengan anjingnya (QS 18:22). Tentang sosok DzulQarnin (QS 18:82), Yakjuj wa Makjuj (QS 18:94), Luqman (QS 31:12), mertua Nabi Musa (QS 28:27), malam qadar (QS 97:3), kadar/lama satu tahun (QS 32:5, 70:4), tempat nabi Isa (QS 3:55, 4:158), makna senggol/lamas (QS4:42, 5:6), penyebutan budak (ma malakat aimanuhum) dalam sejumlah ayat (antara lain dalam QS 23:6, 70:30) ? Mecari Persepsi (Wacana) tentang misi Islam 1. Terkait akhir ayat QS 5:3, apakah misi Islam sudah selesai, sudah berakhir ketika dinyatakan bahwa agama Islam sudah lengkap, sempurna ? 2. Terkait ayat QS 9:33, 61:9, apakah misi Islam sudah selesai, sudah berakhir, ketika agama Islam sudah merata di seluruh jazirah Arab, sudah tak ada lagi kaum musyrik ? 3. Terkait ayat QS 9:28, dan tafsirnya (dalam “Tafsir AlAzhar”, X:162, XXVIII:68,181), apakah kaum musyrik itu sebatas kaum kafir Quraisy pada masa Rasulullah saw ? 4. Terkait gambar/lukisan surga dalam Quran, apakah misi Islam terbatas untuk penghuni jazirah Arab masa lalu (“Idiom tentang surga berdasarkan kepada konteks pengalaman budaya masyarakat Arab pasti berbeda dengan ‘idiom surga’nya orang Jawa”, kata Emha Ainun Nadjib, dalam “Surat Kepada Kanjeng Nabi”, Mizan, Bandung, 1997:392) ? Terima kasih. Wassalam. (written by sicumpaz@gmail.com at BKS1107121900)

Revolusi atau Evolusi

catatan serbaneka asrir pasir Revolusi atau Evolusi “Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (QS 13:11; simak juga QS 8:53). Tuhan tidak akan merobah keadaan mereka selama mereka tidak merobah sebab-sebab kemunduruan mereka (catatan kaki 768, “AlQuran dan Terjemahnya”, Depag RI, 1993). Perubahan masyarakat (social change) umumnya dengan tiga ragam/macam pendekatan, yaitu konservatif, reformatif dan radikal (Simak ALMUSLIMUN, No.199, Oktober 1986, hal 69-73; No.267, Juni 1992, hal 83-84). Ada perubahan secara evolusi, reformasi, revolusi. Menurut Nani Wisono, bahwa Revolusi Islam itu disebut dengan “Tsaurah Islamiyah”, memadukan pengertian taghyir dan inqilab secara menyeluruh. Mengacu kepada ayat 110:1-3, maka “Kemenangan kaum beriman hanya akan tercapai dengan pertolongan Allah” (Simak tulisannya “Jalan Revolusioner Menuju Kemenangan”, ALMUSLIMUN, Bangil, No.267, Tahun XXIII (39), Juni 1992, hal 80-88). Dalam kontek kekinian, Revolusi Islam itu merupakan padanan Jihad Global. Terminologi/pengertian revolusi itu sendiri masih bersifat debatable. Tan Malaka menyebutkan bahwa revolusi itu baru timbul karena ada krisis, ketika ada pertentangan antara pihak Yang Lama yang tak sanggup lagi mengatur dengan pihak Yang Baru yang sudah siap menggantikannya (Simak “Dari Penjara Ke Penjara”, III, Jogyakarta, 1948, hal 34). Ir Soekarno juga sejalan dengan Tan Malaka memandang bahwa revolusi itu tool and retool, membongkar/mendobrak Yang Lama dan membangun Yang Baru. Umat Islam diseru agar tidak berpangku tangan dalam menyikapi kezaliman (ketidakadilan, kecurangan), tetapi harus proaktif berusaha, berikhtiar untuk mengubahnya dengan mengamalkan ayat QS 13:11. Bisa dengan kekuatan kekuasaan, kemampuan bicara/diplomasi, setidaknya dengan keyakinan- ideologi. Siap memikirkan, melaksanakan cara yang tepat sasaran untuk menumpas kezhaliman (tirani, thagut) apakah perlu revolusi atau evolusi ? (Simak SUARA MUSLIM, Bekasi, Edisi 30-Thn.2011M/1432H, hal 24-25, “Evolusi atau Evolusi ?”, oleh Asdani [Ahmad Salimin Dani MA, Ketua DDII Bekasi ?]). Diantara contoh revolusi disebutkan antara lain Revolusi Industri (Inggeris), Revolusi Borjuis Perancis (1787-1800), Revolusi Komunis Rusia (1917-1921), Revolusi Cina (1911-1949), Revolusi Islam Iran, Revolusi Islam Kartosoewirjo. Sedangkan evolusi seperti Evolusi Ikhwanul Muslimin Mesir, Evolusi Abul A’la alMaududi, Evolusi Mohammad Natsir, dan lain-lain. Perubahan dari jahili/sekuler ke Islam berangkat dari perubahan akidah, dari syirik ke tauhid, bukan dari sentimen nasionalisme, atau sosialisme, atau moralisme, bukan dengan mengibarkan panji-panji nasionalisme, sosialisme, moralisme. Sayid Quthub dalam bukunya “Petunjuk Jalan” (Metode Revolusi ?) menyebutkan bahwa Islam itu berangkat dari fiqhul aqidah-ideologis, bukan berangkat dari fiqhul waqi’-realitas. Islam mulai langkahnya dengan mengobarkan revolusi akidah, bukan dengan mengobarkan revolusi nasionalis, atau sosialis, atau moralis (Simak “Petunjuk Jalan”, Bab II : Wujud Metode Qurani). Abul A’la alMaududi juga berpandangan bahwa perubahan sistem dari jahili sekuler ke Islami haruslah dimulai dengan revolusi akidah secara alami dan menyeluruh (Simak antara lain “Metoda Revolusi Islam”, “Kemerosotan Ummat Islam dan Upaya Pembangkitannya”, “Sejarah Pembaruan dan Pembangunan Kembali Alam ikiran Agama”). Mengacu pada kisah dakwah para Nabi, seperti Nabi Nuh, Hud, Shaleh, Ibrahim, Luth, Syu’aib, Musa, Isa, Muhammad saw, maka dakwah itu berupa revolusi akidah, revolusi pola piker, revolusi sikap mental. Dakwah itu menyeru, mengajak semuanya merubah akidah, pola pikir, sikap mental dari jahili sekuler ke Islam , minaz zhulumaat ilan nuur. Tak ada seruan/ajakan untuk memberontak, mengambil alih kekuasaan. Juga tak ada seruan/ajakan untuk menghabisi lawan. Dalam kontek kekinian tak ada seruan/ajakan untuk menumpas, membasmi, menghabisi kau Yahudi, Nasrani, Majusi, Syi’ah, Khawarij, Mu’tazilah, Ahmadiyah, dan firqah/sekte masa kini (Simak antara lan ayat QS 16:125, 2:256, 18:29, 2856). Jihad dengan pengertian perang fisik (qital) hanya dilakukan terhadap penghalang jalannya dakwah. Selama tidak menghalangi jalannya dakwah, maka posisi mereka hanya sebagai lawan/musuh dalam akidah yang merupakan umat dakwah. Mereka dilawan dalam perang akidah, ghazwul fikri. Dalam ghazwul fikri inilah tempatnya Jihad Global (Revolusi Islam). Perubahan dari jajahan ke merdeka yang dikobar-kobarkan Soekarno melalui Pancasila (sinkretisasi nasionalisme, demokratisme, sosialisme, humanisme, ketuhanan seperti Khams Qanun Freemasonry/Zionis) (Simak RISALAH, No.10, Th.XXII, Januari 1985, hal 54-55, “Plotisma, apa itu ?”). Cara yang ditempuh untuk Islam Merdeka berbeda-beda. Ada yang menempuh jalur parlementer-konstitusional seperti M Natsir dan tokoh-tokoh partai Masyumi dan lain-lain. Ada pula yang menempuh jalur perjuangan suci (jihad fi sabilillah ?) seperti Kartosoewirjo dengan DInya (Simak Al-Chaidar : “Pengantar Pemikiran Politik Proklamator NII SM Kartosoewirjo”, Darul Falah, Jakarta, 1999, hal 92). Dr Yusuf Qardhawi menyebutkan empat jalur/jalan untuk merealisasikan Ideologi Islam (Islam Ideologis ?) : melalui jalur Dekrit Pemerintah (Parlementer-Konstitusionail ?), melalui jalur Kudeta Militer (Jihad Fi Sabilillah ?), melalui jalur Pendidikan dan Bimbingan (Dakwah wa Taklim ?), melalui jalur Pengabdian masyarakat (Aksi Sosial ?) (Simak “AlHulul alIslamy”, 1998, hal 178-273). Ir Haidar Baqir (Direktur Mizan Bandung) menyebutkan empat tipe strategi Islamisasi : jalur modernism, jalur radikalis kompromistis evolusionisme, jalur radikalis kompromistis revolusionisme, jalur radikalis non-kompromistis (Simak PANJI MASYARAKAT, No.521, No.498, hal 35-37). Menurut pemikiran SM Kartosowirjo untuk mengusung ide Negara Islam menjadi fakta haruslah mengacu pada proses terentuknya masyarakat Islam pada masa Rasulullah saw. Pada masa itu, etnis, budaya, agama, bahasa sangat beragam (majemuk, pluralis) (Simak Al-Chaidar, hal 63). Disebutkan bahwa : “Tidaklah akan jadi baik akhir dari umat ini, melainkan dengan kembali kepada apa yang membaikkan umat yang dahulu” (Simak Prof Dr Hamka : “Tafsir AlAzhar”, juzuk II, Pustaka Panjimas, Jakarta, 1983, hal 81: Syaikh Mushthafa alGhalayaini : “AlIslam Ruh alMadaniyah”, Beirut, 1935, hal 60). “Sungguh telah jelas jalan yang benar dari jalan yang sesat” (QS 2:256). Sangat berbeda antara Islam (jalan selamat) dengan Sekuler/Jahili (jalan sesat). Politik Islam berbeda, tak sama dengan politik sekuler/jahili. Negara Islam itu beda, tak sama dengan Negara Sekuler/jahili. Islam mengacu pada Quran dan Hadits. Piranti lunaknya (softwarenya) adalah Quran dan Hadits. Sedangkan sekuler/jahili mengacu pada hawahu (selera, nafsu, syahwat, kesenangan, kemewahan, kemegahan, kekuasaan, ketenaran). Negara Islam (Darul Islam, Daulah Islamiyah, Khilafah Islamiya, Baldatun Thaiyabatun wa Rabbun Ghafur) membutuhkn seorang pemimpin (wali, amir, imam) yang harus ditaati, yang tidak menyimpang dari garis haluan alQuran dan alHadits (Simak Al-Chaidar, hal 216). Sosok Imam, Imam Mahdi (Imam yang memperoleh petunjuk) haruslah memiliki pengetahuan yang luas tentang masalah-masalah kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, memiliki pemikiran politik yang cemerlang, memiliki kemahiran dalam strategi militer, mencakup cendekiawan, negarawan, ahli strategi ulung (Simak Abul A’la alMaududi : “Sejarah Pembaruan dan Pembangunan Kembali Alam Pikiran Agama”, Bina Ilmu, Surabaya, 1984, hal 58-60, “Imam Mahdi”). Disamping unsur Imam ada lagi unsur Makmum, warganegara. Warganegara dalam Negara Islam haruslah Islam minded. Memiliki rasa cinta seta (mahabbah) kepada Allah swt dan kepada Rasulullah saw. Siap mengabdikan diri kepada Allah swt. Sekaligus Islam Ideologis, Islam Politis. Di Indonesia, sejarah mencatat bahwa jumlah kursi kelompok Islam dalam parlemen tahun 50-an hanya 23%. Dan kemudian meningkat naik menjadi 43,5% dari hasil pemilu 1955. Dan selanjutnya dari setiap pemilu ke pemilu tampak jelas penurunan prosentase kelompok Islam. Ini berarti Umat Islam Indonesia sama sekali tak siap dengan Negara Islam Indonesia, tak siap memiliki sikap “tegas terhadap lawan dan santun terhadap lawan” (Simak QS 48:29). Biang Kehancuran Rasulullah saw mengingatkan "Tslaatsun munjiyaat : khsyyatu LLah fis sirri wal 'alaniyah, wal 'adlu fir ridha wal ghadhab, wal qashdu fil faqri wal ghina. Tsalatsun muhlikaat : hawaa muttaba', wa syuhhun muthaa', wa i'jaabul mar-i bi nafsih". Tiga hal yang membuat kejayaan : Takut kepada Allah dalam sunyi dan terang, adil dalam keadaan suka dan marah, sederhana ketika miskin dan kaya. Tiga hal yang mencelakakan : Memperturutkan nafsu, mengikuti kekikiran, terpesona dengan diri sendiri. Itulah tiga pokok sikap menatal yang menjadi biang kehancuran yang harus diwaspadai.Dengan kata lain, bila ajaran Islam diabaikan, apalagi ditinggalkan, maka kehancuran yang akan terjadi. Bisa kehancuran fisik, moral, budaya, sosial, ekonomi, politik.Bisa timbul rasa ketakutan, bisa berkurang rizqi, bisa terjadi [pertupahan darah, bisa dikuasai musuh, dan lain-lain. Islam mengajarkan supaya bisa selamat hendaklah berpegang teguh Kitabullah dan Sunnah Rasulnya. Sesuaikan sikap mental dengan tuntunan Allah dan RasulNya. Akademisi memperkenlakan/mengajarkan agar menerapkan konsep SWOT analysis (Strength-Weakness-Opportunity-Threat) dilanjutkan dengan konsep SOAR (Strengths-Opportunity-Aspiration-Result). Mulai dengan mengnalisis/mengaca/memahami kelemahan (weakness) dan menghitung risiko/ancaman/rintangan/hambatan (threat), setelah itu mengidentifikasi dan memfokuskan kekuatan (strength) dan kesempatan/peluang (opportunity), kekuatan diri (strength) untuk meraih hasil (result). Hasil (result) yang diharapkan oleh umat Islam adalah menjadi umat unggulan. Umat unggulan (dunia akhirat) adalah umat muttaqin, mukmin, muflihun, yang tak "fi khusrin", yang mendapat "ajrun gharu mamnun". (written by sicumpaz@gmail.com at BKS1108180730) catatan serbaneka asrir pasir Dilematika/problematika penegakan syari’at Islam (analisa sikon umat Islam) Treath/kendala/rintangan/hambatan bagi tegaknya syari’at Islam : - Konspirasi/persekongkolan Yahudi-Nasrani internasional untuk melenyapkan, mengenyahkan, mnghancurkan, menumpas Islam (Simak antara lain QS 2:120). - Maraknya penyebaran ajaran, alaaairan, paham Jahili Sekuler, hubuddunya wa karihatul mauat, rakus dunia dan takut pada resiko (Simak antara lain QS 45:23-25). - Ketiadaan ulama waritsatul anbiya’, kelemahan pemahaman ulama terhadap ideology, politik, ekonomi, social, budaya Islam. Menjamurnya, melimpahnya ulama seleberitis, berpaham jahili sekuler, hubbud dunya wa karihatul maaut, rakus akan dunia dan takut pada resiko. - Labelisasi teroris terhadap penegak syari’at Islam. - Maraknya penyusupan, infiltasi musuh-musuh Islam dengan menggunakan atribut, symbol, terminology, identitas Islam. - Gampangnya muncul situasi konflik. Umat Islam sangat deman (senang) punya lawan. Kalau ada musuh mereka bersatu. Bila musuh tak ada lagi, mereka mencari musuh di kalangan sendiri (M.Natsir, simak SUARA MASJID, No.144, 1 September 1986, halaman 4-5, Editorial). Dalam golongan Muslimin menular penyakit yang sangat berbahaya, yaitu : perselisihan, persengketaaan danperbantahan antar sesame (Moehammad Moe’in : “Sedjarah Peperangan Salib”, Islamiyah, Medan, 1936, halaman 5) (Simak antara lain QS 8:46). Perpedahan umat (dalam ideologi dan politik) adalah penghalang turunnya pertolongan Allah. Sunnatullah menetapkan bahwa yang kuat mengalahkan yang lemah (Simak HR Muslim dari Tsauban tenang Qadha dan Qadar, antara lain dalam “Zaadul Ma’ad” Ibnul Qaiyim, jilid I, halaman 90; “Bersihkan Tauhid Anda Dari Noda Syirik”, oleh Muhammad bin Abdul Wahhab, terbitan Bina Ilmu, Surabaya, 1984:82-84; HR Ahmad dalam “Tafsir Ibnu Katsir”, jilid V, halaman 144). Weakness/Kelemahan penegakkan syari’at Islam : - Lemahnya kesadaran beragma dari umat Islam. - Lemahnya pemahaman agama umat Islam secara intergatif. - Terserang/terjangkit virus jahili sekuler (Hubbud dunya wa karihatil maut, rakus akan dunia dan takut pada resiko). - Tak memiliki media informasi/komunikasi alternative, yang dapat menyuarakan aspirasi umat Islam dan yang dibiayai oleh dana umat Islam sendiri.(Simak juga Farid Ahmad Okbah, Ma : "Hidup hanya Sekali, jangan Salah jalan", Perisan Quran, jakarta, 2011, hal 108) Opportunity/peluang/kesempatan tegaknya syari’at Islam : - Lembaga dakwah dan ormas Islam yang konsisten mendakwahkan tegaknya syari’at Islam. - Sarana penerangan/komunikasi yang dapat digunakan sebagai sarana dakwah. Strenth/kekuatan/potenti bagi tegaknya syari’at Islam : - AlQur:an dan AlHadits sebagai landasan ideologis. - Khazanah pemikiran ulama Islam pada masa lalu. - Warisan/peninggalan sejarah umat Islam masa lalu. - Populasi umat Islam yang cukup diperhitungkan. Bahkan identitas, dan nama Islam sendiri masih menggentarkan, menciutkan nyali musuh-musuh Islam. - Masjid, mushalla sebagai sarana/tempat pembinaan/penggemblengan umat Islam. (Simak INTHILAQ, No.3, Thn.II, 4 Maret 1994) Konsep SOAR Dulu diperkenalkan konsep SWOT analysis (Strength-Weakness-Opportunity-Threat). Menganalisis kelemahan (wakness) dan menghitung risiko/ancaman (threat) itu diperlukan. Lebih penting lagi dari itu adalah mengidentifikasi dan memfokuskan kekuatan (strength) dan peluang (opportunity). Kini diperkenalkan konsep SOAR (Strengths-Opportunity-Aspiration-Result). Konsep ini beroriemtasi “appreciative inquiry”, yaitu menghargai dan menggali hal-hal yang positf dan kekuatan (strength) yang terlihat maupun tersembunyi. “Allow your thoughts to take you to heights of greatness”. Dengan pola pikir ini, berobsesi terhadap aspirasi (aspiration) dan kesempatan (opportunity) sehingga hasil (result) terpenuhi optimism (Simak Eileen Rachman & Sylvina Savitri : “Mentalitas Elang”, KOMPAS, Sabtu, 6 Agustus 2011, hal 33, “Klasika : Karier”). (written by sicumpaz@gmail.com at BKS1107280815)

Berjama'ah

catatan serbaneka asrir pasir Berjama'ah Islam menyuruh umatnya agar melakukan ta'awun, bekerjasama, bersama-sama, beramai-ramai, berjama'ah, berkolaborasi secara kolektif untuk melakukan hal-hal yang baik, yang makruf, yabng disuruh. Dan melarang melakukan ta'awun, bekerjasama, bersama-sama, beramai-ramai, berjama'ah secara kolektif untuk melakukan hal-hal yang tercela, yang munkar, yang terlarang, perbuatan dosa. "Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran" (QS 5:2). Di antara perbuatan yang baik aalah beriman kepada yang lima, bershalat, bersabar, berinfak kepada enam mustahik, berzakat, menepati janji (Simak QS 2:177, 4:36), bersyukur (Simak QS 14:7), melakukan tha'at, beri'tiba, menyeru kepada kebaikan, menyuruh melakukan yang makruf, mencegah berbuat munkar (Simak QS 3:104), berlaku adil (Simak QS 16:90), menunaikan amanah (Simak QS 4:58), dan lain-lain. Berjama'ah berbuat kebakan mengundang rahmat, berkah, kasih sayang Allah. "Jikalau sekianya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi" (QS 7:96). "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengikngkari (nikmatKu), makqa sesungguhnya azabKu sangat pedih" (QS 14:7) (Syukur bermakna produktif ?). Di antara prbuatan dosa adalah perbuatan keji (jorok, cabul, mesum, porno, fahsya), mengurangi UTT (Ukuran, Takaran, Timbangan), menolak hukum dengan Kitab Allah, menyalahgunakan wewenang/kekuasaan, menyia-nyiakan amanat/kepercayaan, berteriak-teriak di masjid, menyerahkan pimpinan pada yang berbudi rendah, mabuk-mabukan, dansa-dansi, diskotik, meninggalkan yang disuruh, melakukan yang dilarang, menuruh berbuat munkar, mencegah berbuat makruf, berbuat maksiat, berbuat munkar, dan lain-lain (Simak Hadits-Hadits dalam Irsyadul 'Ibad", pasala "Mengurngi Timbangan, Sukatan, Ukuran", pasal "Khiyanat"). Berjama'ah berbuat dosa, maksiat, mukar, tindak kriminal mengundang siksaan kolektif. "Dan peliharalah dirimu daripada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zhalim saja di antara kamu" (Simak QS 8:25). Kekayaan alam Indonesia melimpah ruah merupakan anugerah Allahg Tuhan Yaaaang maha Esa. Kewajiban berjama'ah untuk mensyukuri nikmat anugerah Allah tersebut dengan memanfa'atkannya untuk kesejahteraan, kemakmuran bersama, bukan hanya untuk kepentingan segelintir orang saja, apalagi untuk kesejahteraan neo kolonialis imperialis. (written by sicumpaz@gmail.com at BKS1111261230)

Masalah Tenaga Kerja dalam Islam

catatan serbaneka asrir pasir Masalah Tenaga Kerja dalam Islam Abul A'la almaududi menyebutkan bahwa, Islam tidak mewajibkan kepada pemerintah/negara untuk menyediakan bagi individu-individu warganegaranya, karena yang demikian itu tidak mungkin ("Dasar-dasar Ekonomi Dalam Islam Dan Berbagai Sistem Masa Kini", AlMa'arif, Bandung, 1980, hal 112). Berbeda dengan itu, Muh Quthub menyebutkan bahwa " pemerintah/negara berkewajiban menyediakan lapangan kerja bagi setiap orang yang mampu" ("Jawaban Terhadap Fikiran Barat Yang Keliru Tentang AlIslam", Diponegoro, Bandung, 1981, hal 123, 120-121). Prof Dr Syaikh Mahmoud Syaltout menyebutkan bahwa"semua manusia dianjurkan/diwajibkan bekerja, diberi petunjuk di bidang-bidang perdagangan, perinduterian, pertanian dan dilarang menjadi penganggur serta meremehkan soal-soal rohaniah dalam hidup ini" (Islam Sebagai Aqidah dan Syar'iyah", Bulan Bintang, Jakarta, 1969, hal 141; "Al-Islam : 'Aqidah wa Syar'iyah", darul Qalam, 1966, hal 304). Sayyid Quthub menyebutkan bahwa "Islam mendorong orang untuk menjadi kaya dengan jalan bekerja, dan menjadikan suatu kewajiban bagi masyarakat untuk terlebih dahulu menyediakan lapangan kerja bagi semua individu yang memerlukannya" ("Keadilan Sosial Dalam Islam", Pustaka, 1994, hal 190). Kewajiban menyediakan lapangan kerja bagi para fuqara ini apakah merupakan suatu Fardhu Kifayah atas para aghniya, orang kaya ? Sampai kini belum ditemukan pembahasan tenang itu dari para Fuqaha, para Akademisi. Orang yang mempunyai kekeyaan lebih dari satu nisab, lebih dari senilai 100 gram mas termasuk kriteria golongan kaya. Pembahasan tentang tenaga akerja dalam literatur Islam lebih terfokus pada pembahasan perlindungan hak buruh (Simak antara lain Dr Musthafa asSiba'i : "Sistim Masyarakat Islam", AlHidaayah, Jakarta, 1987, hal 169-180).

Bekasi kembali jadi berita

catatan serbaneka asrir pasir Bekasi kembali jadi berita Beberapa waktu yang lalu (Agustus 2010) Bekasi membentuk KUIB (Komite Umat Islam Bekas). KUIB dharapkan agar dapat merintis Bekasi (Cikeuting, Mustika jaya) menjadi Pusat Gerakan Dakwah Islam. Kini Bekasi (Kampung Sawah, Pondok Melati) disanjung sebagai Proyek Percontohan Kerukunan. Disebutkan bahwa di sana dapat ditemukan potret kehidupan beragama yang mengedepankan toleransi dan kebersamaan. Suasana damai dan saling menghargai sudah berlangsung ratusan tahun di sana. Di Sana berdiri megah Gereja Katolik Santo Servatius yang sudah berusia 115 tahun. Sekitar berjarak 100 meter berdiri megah Masjid Fi Sabilillah dan Gereja Protestan Pasundan. Tempat ibadah juga digunakan untuk tempat warga berembuk membicrakan berbagai persoalan masyarakat. Di sana berbaur secara harmonis warga dari berbagai etnik seperti Jawa, Sunda, Betawi, Flores dan batak. Kampung Sawah dnlai sebagai potret ideal kerukunan umat beragama di Indonesia. Apa yang berkembang di kampung ini diharapkan oleh PUB (Paguyuban Umat Beragama) Melati Mandiri bisa ditlarkan ke kawasan lain di seluruh Tanah Air (KORAN JAKARTA, Senin, 21 November 2011, hal 2, "Kampung Perconytohan Kerukunan"). Silakan simak juga kerukunan di Tapanuli, Minahasa, Ambon. Dan bgaimna pula dengan Bali, Toraja ? (written by sicumpaz@gmail.com at BKS1111271615)

Marxisme

catatan serbaneka asrir pasir Marxisme Filsafatnya merupakan Materialisme yang dibelat-belitkan dengan ajaranajaran Hrgel, A Comte dan Feurbah. Pandangannya tentang masyarakat terpengaruh oleh sosialisme Inggeris dan Perancis di masa 1830-1850. Teori nilai lebihnya berdasarkan teori nilai kerja Ricardo. Pandangannya tentang masyarakat dan sejarah disebut Materialisme historis, materialisme dialektis. Menurutnya segala paham, pengertian, ideologi, agama, hukum, etika dsb, merupakan bayangan semata-mata dari keadaan materil di suatu masyarakat. Produksi diorganisasikan sesuai dengan hukum hak-milik di dalam masyarakat. Masyarakat senantiasa berubah-rubah. Sasarannya terwujudnya masyarakat sempurna, swargaloka. Nilai lebih adalah selisih antara produktivitas (hasil) kerja buruh yang dinikmati oleh penguasaha (kapitalis) dengan upah buruh yang diterima oleh buruh itu. (Simak Drs AWJ Tupannno : "Pelajaran Ekonomi dan Koperasai", jilid I, 1981:137). Marxisme merupakan himpunan, campuran dari atheisme dan materialisme Feurbach, Dialetika Hegel, Evolusi Darwin, Hak Milik Proudhon, Nilai Lebih Riardo. Ekonominya berdasar pada teori klassik Inggeris. Teori bunga tanahnya didasarkan pada teori Ricardo. Teori pemelaratannya dari teori upah Ricardo, Malthus. Dialektikanya berasal dari Hegel. Politiknya berdiri diatas Revolusi Perancis : Liberte, Egalite, Fraternite. Sosialis berasal dari Saint Simon, Fourier, Owen, Kant, Fichte, Hegel. (Mohammad Hatta : "Ajaran Marx atau Kepintaran Sang Murid Membeo ?", Bulan Bintang, Jakarta, 1975:25-26). Adam Smith mengkritik Merkantilisme. karl Marx menyerang Kapitalisme. JM Keynes menyorot doktrin "laiser faire", yang menghendaki turunnya tingkat bunga ke suatu titik yang memungkinkan terseraapnya tenaga kerja, terciptanya kesepatan kerja penuh dengan tingkat upah yang mencukupi KLH (Kebutuhan Hidup Layak) (Full Employment Theory) (Tupanno, idem). Kapitalisme berhasil meramu sifat-sifat dasar manusia (ego/self/ananiyah, hawa/nafsu/syahwat/keinginan/wants/needs/interest, akal/pikiran/mind) untuk kepentingan pribadi (ego-centred human nature). Dengan cara ini kapitalisme berhasil dikembangkan melalui profit-driven capitalism dan pleasue (utility) driven consumers yang menjadi basis rasionalitas kapitalisme. (Majalah SHARING, Edisi 44 Thn IV Agustus 2010, hal 10-11, "Ekonomi Fitrah"). (written by sicumpaz@gmail.com at BKS1111280600)

Tak ada Negara Islam ?

catatan serbaneka asrir pasir Tak ada Negara Islam ? Sejak puluhan tahun yang lalu, dengan segenap dana, daya, upaya, secara sistimatis-terencana, kita begitu gigih, bersemangat meyakinkan umat ini, bahwa “Islam Yes, Partai Islam No”, bahwa “Islam Yes, Negara Islam No”. Bahwa di dalam Qur:an dan Sunnah tidak ada perintah untuk “mendirikan Negara Islam”. Bahwa Qur:an dan Sunnah tidak pernah memberikan tuntunan rinci tentang struktur institusi negara, meskipun diakui di dalamnya terdapat tuntunan etik kehidupan bernegara dan berpemerintahan. Kita begitu asyik menelan teori politik Ali Abdul Raziq yang dimamah dari kelompok minoritas Najadah dari Khawarij, dan Hatim bin Al-Asim dari Mu’tazilah. Dengan kegigihan terebut, kita dapat berbanga dan bergembira ria bahwa kini Islam sudah terpisah (tersingkir) dari politik/negara. Seluruh orospol menundukkan diri pada Asas Pancasila. Bagaimanapun, setiap orang yang mengerti akan Islam, baik ia Ulama ataupun Orientalis sekalipun, pasti tahu, bahwa Islam itu adalah tunduk patuh akan aturan Allah. Islam itu menuntut ketundukan, kepatuhan, keta’atan secara mutlak kepada aturan Allah, baik dalam hidup perorangan (individual), bermasyarakat (social) maupun dalam hidup berpemerintahan dan bernegara (politik). Islam menuntut Namruz, Fir’aun, Abu Jahal, Abu Lahab, Abu Sufyan, agar mau diatur, ditata dengan aturan, hukum Allah, dan bukan mau mengatur hukum Allah. Kenapa kita begitu bersemangat bersilat kata menyatakan baha tidak ada negara Islam itu dalam Quran dan Sunnah, bahwa di dalam Qur:an dan Sunnah tidak ada perintah untuk mendirikan Negara Islam. Kenapa ? Ya, kenapa ? Kenapa kita tak pernah punya semangat meyakinkan umat ini bahwa di dalam konstitusi UUD-45 tidak ada kata Pancasila, bahwa para perancang UUD-45 (Bada Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan) tak pernah tertarik akan usulan Ir Soekarno yang senang dengan simbolik angka itu untuk member nama dasar negara dengan Pancasila berdasarkan petunjuk seorang ahli bahasa. Bahwa di dalam UUD-45 tidak ada perintah yang mengharuskan orospol berasaskan Pancasila, bahwa UUD-45 tidak pernah memberikan rincian tentang apa yang disebut dengan butir-butir Pancasila itu. Kenapa kita tak punya hujah, argumentasi dalam hal Pancasila ? Dan kenapa kita begitu sarat hujah, argumentasi dalam hal Islam ? Bahwa tak ada negara Islam. Kenapa ? Ya, kenapa ? “Katakanlah : Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu kebenaran (Al-Qur:an) dari Tuhanmu, sebab itu barangsiapa yang mendapat petunjuk maka sesungguhnya (petunjuk itu) untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang sesat, maka sesungguhnya kesesatannya itu mencelakakan dirinya sendiri. Dan aku bukanlah seorang penjaga terhadap dirimu” (QS 10:108). “Maka karena itu serulah (mereka kepada agama Islam) dan tetaplah sebagaimana diperintahkan kepadamu dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dan katakanlah : Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya berlaku adil di antara kamu. Allah-lah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepadaNya kita kembali” (QS 42:15). Terserah pada kita. Apakah kita akan masih tetap bersikukuh meyakinkan umat ini bahwa tidak ada perintah dalam Qur:an dan Sunnah untuk menata, mengatur kehidupn bersama, bermasyarakat, bernegara, berpemerintahan dengan aturan, hokum Allah ? (written by sicumpaz@gmail.com at BKS000214900)