Referensi solusi krisis serbaneka Sicunpas On_Line Koleksi informasi ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum, moral
Senin, 28 November 2011
Belajar memahami maunya Allah
catatan serbaneka asrir pasir
Kalau Allah mau
(Al-Quran adalah Kalamulllah, bukan bahasa manusia. Tak dapat dipahami
dengan bahasa manusia. Setiap pemahaman manusia akan bisa berbeda stu
sama lain).
Allah Maha Kuasa. Kalau Allah mau, Ia ciptakan umat ini Muslim semua
(QS 5:48, 10:99), akur semua, tak berselsih (QS 11:118), tak ada
berbunuh-bunuhan (2:253) semuanya orang baik-baik (QS 16:93), tak ada
yang berbuat sewenang-wenang (QS 42:8, 6:137), semua dapat petunjuk
(QS 6:35, 6:149), tidak ada yang musyrik (QS6:107), semuanya mengabdi
hanya kepada Allah, tak ada yang durhaka (QS 51:67), semuanya
memperoleh kehormatan, kemuliaan, tak ada yang akan dilemparkan ke
neraka (QS 17:70). Semuanya tertib, teratur, aman. Tak perlu
pengadilan, tak perlu mesti ada kematian, tak prlu adanya neraka. Itu
kalau Allah mau.
Allah berkuasa buat menjadikan syari’at itu satu saja. Coraknya satu
saja zaman Adam sampai zaman Muhammad, sampai hari kiamat. Bangsapu
satu semua. Adat istiaat satu semua, prkembangan hiduppun satu saja
semua. Allah berkuasa membuat demikian kalau Dia mau (idem, juzuk VI,
hal 268, re tafsrin QS 5:48). (macam di surga/ tanpa perlu adanya
dunia dan akhiat ?)
Kalau Allah menghendaki, bisa juga manusia itu bersatu semua, akur
semua, tidak ada berkelahi. Akur dalam membangun. Akur dalam
berketurunan. Allah sanggup mentakdirkan manusia seperti demikian.
Akan tetapi Allah telah mentakdiran lain. Manusia tetap saja dalam
perselisihan atau perkelahian. Ada yang jadi Fir’au. Ada yang jadi
Musa. Ada yang jadi Abu Jahal. Ada yang jadi Nabi Muhammad saw. (Idem,
simah juz XII, hal 153, re tafsiran QS 11:118).
Allah berkuasa membuat umat ini jadi umat yang satu, tidak ada
pertikaian, tidak ada perselisihan (idem, juzk XI, hal 290, re
tafsiran QS 16:193, juzuk III, hal 8 re tafsiran QS 2:253, simak juga
re tafsiran QS 42:8). Kalau diteruskan, bisa saja muncul pandangan
bahwa kalau Allah menghendaki maka tak ada senketa antara Qabil dan
Habil, tak ada perperangan, tak perlu ada bahtra Nabi Nuh, unggun yang
disipkan Namruzz bagi Nabi Ibrahim, tak perlu Fir’aun kejeur ke dalam
lautan. Seluruh fenomena alam dirncang Allah untuk kemanan manusia,
tak ada tsunami, tak ada gempa bumi, tak ada bencana alam, tak ada
manusia yang keinjak-injak. Bahkan tak pula ada pengadilan, tak perlu
neraka, tak perlu ada kematian. Cukup hanya surga tanpa dunia, tanpa
akhirat, tanpa mati ?
Allah Maha Kuasa buat mengumpulkan mereka (manusia ?) dalam satu
haluan, satu kepercayaan, satu petunjuk sehingga tidak ada yang
membantah lagi, setuju saja semuanya. Allah sanggup berbuat begitu
(Simak Prof Dr Hamka “Tafsir Al-Azhar”, juzuk VII, hal 207, re
tafsiran QS 6:35).
Kalau Allah mau, maka Allah dapat saja membuat manusia itu menjadi
mukmin semua, dan kemusyrikan jadi hilang, orang bersatu semua dalam
tauhid (idem, juzuk VII, hal 34 re tafsiran QS 6:107).
Allah Maha Kuasa. Bisa membuat seluruh isi bumi ini beriman kepada
Allah, tak ada yang durhaka kepada Allah. Semua orang akur. Semua
manusia yang hidup di dunia ini percaya kepada Allah, tidak seorang
juga yang membantah. Kalau Allah menghendaki supaya manusia itu
beriman semua, seluruhnya percaya saja kepada Allah, yaitu
dihentikanNya manusia brfikir dan dihilangkanNya segala perjuangan
buat mencari nilau-nili di dalam hidup (idem, juzuk XI, hal 347, re
tafsiran QS 10:99).
Dalam QS 2:186 disebutkan bahwa Allah mengabulkan permohonan orang
yang meminta, apabila ia memohon kepada Allah. Apakah seluruh
permohonan akan dikabulkan Allah ? Tidak. Permohonan Nabi Nuh yang
memohon keselamatan atas anaknya ditolak Allah )Simak QS 11:45-47).
Permohonan Nabi Ibrahim yang memohon atas keseamatan bapaknya ditolak
Allah (Simak QS 9:113-114, 60:4). Kenapa ? karena tak memenuhi syarat
yang dikehendaki Allah. Syaratnya apa ? Silakan simak dan telusuri
dari ayat tersebut. Yang memohon orang baik-baik, orang shaleh, yaitu
nabi, Rasul Allah. Materi yang dimohonkan pun menurut yang memohon
juga yang baik, yaitu keselamatan bagi keluarga. Allah sendiri tempat
memohon pun Maha Kuasa, mampu merubah dari kafir kepada mukmin seperti
halnya Umar bin Khatthab.
Syubhat dan Mutasyabihat
Muh Quthub menarang buku berjudul “Subhat Haul al-Islam”. Alwi AS
mengindonesiakannya “Jawaban Terhadap Alam Fikiran Barat Yang Keliru
Tentang Al-Islam” (Membongkar kebohongan orientalis tentang Islam),
tertian Diponegoro, Bandung, 1982.
Dalam QS 3:7 terdapat kata “muhkamat” dan “mutasyabihat”. Apakah makna
“ayat mutasyabihat” ? Apakah ayat yang masih dipertanyakan,
dipersoalkan, dipermasaalahkan ? Apakah ayat yang masih memerlukan
tafsiran, yang ghairu ma’qul, yang tak logis ? Apa bedanya antara
“sya-a” dan “arada”, antara “qadara” dan qadha-a” ?
Apakah makna “La quwwata illa billah” (QS 18:39) ? Apakah berarti
bahwa tak ada yang terjdi tanpa idzin/kehendak Allah ? Apakah berarti
bahwa semuanya (yang baik dan yang buruk) terjadi atas kehendak/mauNya
Allah ? Apakah makna “fa’alu lima yurid” (QS 11:107)” ? Apakah berarti
bahwa Allah berbuat sekehendaknya, semaunya, sewenang-wenang ? Karena
“Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuatNya, dan merekalah yang
akan ditanyai” (QS 21:23).
Akah sebenarnya maunya Allah ? Dalam QS 51:56 disebutkan bahwa “Dan
Aku (Allah) tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah Allah” ? Apakah seluruh (kulli) jin dan manusia tanpa
kecuali (tapa eksepsi, tanpa istitsna) ? Ataukah hanya sebagian
(juz-i) kecil saja dari manusia yang diciptakan Allah untuk mengadi
kepadanYa ? Namun kenyataan (Das Sein) yang terjadi menunjukkan tak
semua manusia yang mengabdi kepada Allah. Allah sendiri Maha Kuasa.
Mampu mewujudkan kehendaknya “Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia
menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepaanya ‘Jadilah’ maka terjadila
ia” (QS 36:82, simak juga QS 76:30, 81:29). Kenpa tak terwujud seperti
kehendakNya ? Apakah ini suatu pengecualiaan, eksepsi, sistitsna ?
Jika hal ini memang kehendakNya menciptakan seluruh jin dan manusia
mengabdi kepadaNya, untuk apa diciptakannYa neraka ? Pasti ada
hikmahnya. Tak perlu ditanyakan.
Dalam QS 8:25 disebutkan bahwa siksaan Allah tidak khusus hanya
menimpa orang-orang yang zhalim saja ? Allah sendiri Maha Kuasa. Mampu
melokalisir siksaan hanya menimpa orang-orang yang zhalim saja. Kenapa
hal ini tak terwujud dalam kenyataan ? Pasti ada hikmahnya. Tak perlu
ditanya.
Hamka menggugat Jabariyah
Dalam DDC (Dewey Decimal Classifiation) 200-299 veri Arab-Islam
terbitan Kuwait, 1984, bahwa yang tergolong pada Aliran/Sekte/Firqah
Islam di antaranya adalah : Murjiah, Mu’tazilah, Khawarij, Syi’ah,
Rafidhah, Sunni, Asy’ari, Druz, Qadiani, dan lain-lain. Bagaimana pun
mereka itu masih dikategorikan sebagai penyandang predikat Islam,
sebab semua masih mengacu pada Quran dan Hadits (Simak “Tafsir
Al-Azhar”, juzuk IV, halaman 55, re tafssiran ayat QS 3:105).
“Jabariyah” berpaham bahwa segala sesuatunya aalah taqdir suratan
daari Tuhan, dan kita manusia tidak ada ikhtiar sama sekali (idem,
juzuk XX, halaman 19, re tafsiran ayat QS 8:53). “Jabariyah” berpaham
bahwa “Nasibku yang malang adalah takdir Allah”. “Kalau tidak atas
kehendak Allah, tidaklah nasibku akan begini” (idem, juzuk IV, halaman
97, re tafsiran ayat QS 8:148). Intinya bahwa hanya Allah Yang Maha
Kuasa, Yang Maha Berdaulat. Kekuasaan dan Kedaulatan Allah tak terbagi
dengan siapa pun.
Dalam hubungan ini simak pula tanggapan Ibnu Arabi yang mengatakan,
bahwa “Sungguh perbuatan baik dan buruk, iman dan kufur, tha’at dan
maksiat, penciptanya semua ialah Allah, yang tidak ada sekutu bagiNya
dalam mencipta. Dan tidak pula dalam menciptakan apa jua pun. Tetapi
yang buruk tidaklah boleh disangkutkan kepadaNya dalam sebutan,
meskipun itu ada. Semuanya itu ialah untuk mendidik kita beradab,
bersopan santun mengajar kita memuji Dia” (idem, juzuk XXIII, halaman
271, re tafsiran ayat QS 28:41).
Ibnu Katsir dalam mengupas tentang Khilafah mengatakan bahwa “Kalau Di
(Allah) menghendaki, boleh saja dijadikan sekalaigus, tidak dijadikan
turun demi turunan, atau sebagai kejadian Adam saja dari tanah. Dan
kalau Dia (Allah) kehendaki bisa saja yang setengah adakan keturunan
dari yang setengah, tetapi tidak dimatikan yang mula-mula lebih
dahulu, melainkan sekaligus semuanya kelak dimatikanNya”. Pastilah ada
hikmahnya. “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”
(QS 2:30) (idem, juzuk XX, halaman 19(.
(written by sicumpaz@gmail.com at BKS1109181100)
Belajar memahami maunya Allah
(Belajar membuka tabir rahasia ilmu dan kehendak Allah)
“Dan Aku (kata Allah) tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka menyembahKu” (QS 51:56).
“Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu
satu umat (saja), tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendakiNya,
dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendakiNya” (QS 16:93).
“Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia
umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat” (QS
11:118).
“Sekiranya Allah menghendaki, niscaa kamu dijadikanNya
satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap
pemberianNya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan” (QS
548).
Seluruh malaikat yang dciptakan Allah mengabdi kepadaNya
(QS 2:1). Namun manusia yang diciptakan Allah hanya sebagian kecil
yang mengabdi kepadaNya. Padahal semuanya itu diciptakan Allah untuk
mengabdi kepadaNya (QS 51:56).
Allah Maha Kuasa. Allah bisa menciptakan dunia in seperti
sorga, aman, tenteram, damai, sentosa, sejahtera. Tapi Allah
menghendaki agar manusia itu aktif bergerak dnamis, kreatf menciptakan
keamanan, ketenteraman, kesentosaan, kesejahteraan di dunia ini, bukan
bersikap statis, pasif, apatis. Dunia ini diciptakan Allah untuk
perjuangan, bukan untuk bersenang-senang. Hasilnya dipetik nanti di
akirat.
Allah Maha Kuasa. Kuasa merubah sikap mental namruz,
Fir’aun, Penguasa Romawi, Abu Lahab dari syirik ke tauhid, dari zhalim
ke adil. Namun Allah tak melakukan itu. Ia mengutus utusanNya Ibrahim,
Musa, Isa Muhammad saw untuk melakukan tugas itu. Namun semua
utusanNya tak berhasil merubah sikap buruk mental mereka itu.
Allah memberikan kerajaan kepada orang yang Ia kehendaki
dan Ia cabut kerajaan dari orang yang Ia kehendaki. Ia muliakan orang
yang Ia kehendaki, dan Ia hinakan orang yang Ia kehendaki (QS 3:26).
Allah Maha Kuasa. Kuasa memberikan kekuasaan kepada
Ibrahim, Musa, Isa, Muhammad. Tapi Allah tak memberikan kepada mereka.
Allah memberikannya kepada Namruz, Fir’aun, Penguasa Romawi, Abu
Lahab.
Allah Maha Kuasa. Kuasa menyelamatkan Ibrahim dari api
unggun, menyelamatkan Yunus dari santapan ikan. Kuasa menyelamatkan
Ayub dari penyakit, menyelamatkan Zakaria dari gergaji, menyelamatkan
Muhammad senjata Quraisy pada perang Uhud. Namun Allah membiarkan Ayub
menderita sakit, membiarkan Zakaria kepalanya digergaji penguasa
Romawi, membiarkan Muhammad kena lemparan senjata kafir Quraisy.
Allah menyediakan sorga dan neraka. Ini berarti Allah
menghendaki mada manusia yang baik saleh, yang akan menjadi penghuni
sorga, dan ada manusia ang jahat, taleh, yang akan menjadi penghuni
neraka. Oleh karena Allah itu Maha Kuasa, maka Dia tidak ditanya
tentang apa yang diperbuatNya, dan merekalah yang ditanyai” (QS
21:23).
Disebutkan bahwa yang mencoba membuat seperti buatan Allah
adalah oang zhalim (HR Bukhari, Muslim dari Abi Hurairah, dalam
“Riadhus Shalihin”, Imam nawami, “Haram menggambar binatang”. Yang
membuat gambar akan disiksa Allah di hari kiamat, dan diperintahkan
supaya menghidupkan yang digambarnya” (HR Bukhari, Muslim dari Ibn
Umar, idem, simak juga “Fathul Majid” Syaikh Abdurrahman, 2007:928,
Bab : “Para Perupa Makhluk Bernyawa”).
Allah Maha Kuasa. Apakah Allah merasa tersaingi oleh
manusa yang membuat gambar ? Apaah Allah merasa perlu menunggu sampai
hari kiamat untuk menghukum ang membuat gambar ? Apaka Allah merasa
tak perlu untuk segera mencegah agar tak sampi mereka itu membuat
gambar ?
Malaikat menyaksikan bahwa makhluk yang diciptakan Allah,
yang satu memangsa yang lain. Yang satu menumpahkan darah ang lain.
Yang satu mersak yang lain. Homo homini lupus. Padaal mereka (malakat)
itu senantiasa bertasbih memuji mensuscikan Allah. Namun Allah tak
menyangkal yang disaksikan aaikat itu, karena Allah punya padangan
lain, “Ia Maha Mengetahui”.
Ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat : “Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata :
“Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang
akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan”. Tuhan
berfirman : “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”
(QS 2:30).
Dari ayat tersebut dipahami bahwa Allah tak menginginkan
suasana damai, aman, tenteram, sentosa, tapi suasana homo homini
lupus, yang satu memangsa yang lain.
Emha Ainun Nadjib menulis : Untunglah, kata sejumlah orang
mulia yang cerdik cendekia : Allah sendiri itu Maha Humor. Sudah
enak-enak hidup sendiri, kok bkn macam-macam makhluk anglucu-lucu
begini. Apa Dia kesepian. Adam sudah nyaman-nyaman di srga, dibiarkan
tercampak ke bumi. Kok luc. A Qldi saja kk ndak boleh dmakan. Mbok, ya
bar. Apa sih ruginya han kehlangan sebji Qldi ? Mbok biarkan Adam
kawin sama awa di surga, pengantn dan pesta sampai anak turnannya
sekarang ni. Kenapa makhluk-makluk itu harus menunggu terlal lama
untuk memperoleh kesempatan bercengkerama mesra denganNa. Lucu. Pakai
bikin Iblis-Setan segala “Surat Kepada Kanjenga Nabi”, Mizan, Bandung,
1997:182, dari SUARA MERDEKA, 25 September 1992). Jawaban semuana itu
terkandng dalam Ak mengetahui apa yang tidak kamu ketahui” , QS 2:30).
(BKS0801280645)
Belajar Memahami Maunya Allah
Iman pada Takdir
(Program, Takdir, Ketentuan Allah)
Usaha, ikhtiar, do’a manusia merpakan input, masukan ke
dalam program, takdir, ketentuan Allah. “Sesungguhnya Allah tidak
merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaannya yang
ada pada diri mereka sendiri” (QS 13:11). “Sesungguhnya Alla sekalkal
tidak aan merubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkanNya kepada
satu kam, hingga kaum itu merubah apa yang ada pada diri mereka
sendiri (QS 8:53). “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut
disebabkan karena perbuatan tangan manusia” (QS 30:41)\
Hasil usaha, kekayaan, rezeki, mukjizat manusia sudah
deprogram, ditakdirkaan, ditentkan Allah sejak awal. “Dan Allah
melebihkan sebahagian kamau dari sebaagian yang lain dalam hal rezki”
(QS 16:71). “Allah meluaskan rezki dan menyempitkannya bagi siapa yang
Dia kehendaki” (QS 16:71). “Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian
mereka atas sebagan yang lan” (QS 2:253).
Disebutkan bahwa segala sesuatu yang telah terjadid di
dunia ini sudah ditetapkan, ditentukan, ditakdirkan, diprogramkan
Allah. “Dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan
ditulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahafuzh)” (QS 6:59). “Tiada
suatu bencaa pun yang menmpa dib mi dan tidak (pula) pada dirimu
sendiri melainkan telah tertulis daam kitab (Lauh Mahfuzh)” (QS
57:22). “Dan tidak ada yang lebih kecil dan yanglebih besar, melainkan
tercatat/tersebut dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)” (QS 10:61,
34:3). “Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata
(Lauh Mahfuzh)” (QS 36:12).
Disebutkan juga bahwa semua yang ditakdirkan tak dapat
ditolak, tak dapat dihentikan oleh siapa pun dan dengan cara apa pun.
“Hai hambaKu. Andaikan dikmpulkan semua kekuatan manusia dan jn dahulu
kala hingga akhir zaman nanti untuk menentang kekuasaanKu, maka
sedikitpun kekuasaanK tidak bergeser” (Hadis Qudsi riwaat Muslim dari
Abidzar dalam “Mutiara Hadits Qudsi”, oleh A Mudjab Mahali, 180:25).
“Ketahuilah olehmu, sekiranya umat manusia sepakat hendak memberi
manfa’at kepadamu, niscara tak akan sampai sesuatu juapun dari
padanya, melainkan apa yang telah ditetapkan Allah lebih dahulu.
Demikian juga sekiranya mereka itu sepakat pula hendak membahayakan
kamu, tak akan sampai bahaya itu melainkan menurut apa yang telah
ditetapkan Allah terlebih dulu (HR Tirmidzi dari Abdullah bin Abbas
dari “Riadhus Shalihin” Imam Nawawi, pasal “Muraqabah, Kewaspadaan,
Pengawasan”).
Tak ada yang mampu mencegah Hulaghukhan dan pasukannya
memporak porandakan Irak, mencegah ush dan pasukannya
menghancurleburkan Irak, mencegah Israel meumpahkan darah Palestina.
Arah takdir dapat diamati, dideteksi. “Orang yang bakal
beruntung, maka diringankan untuk berbuat amal yang menuntungkan,
sebaliknya orang yang celaka, maka diringankan untuk berbuat amal yang
membinasakan” (HR Bkhari, Muslim dari Ali, daam “AlLukLuk wal Marjan”
Muhammad Fad Baqi, pasal “Kitab Qadar”, hadis no.1697).
Ramalan, prediksi berdasarkan pada fenomena alam, fenomena
sosial ang merupakan snnatullah (proses sebab akibat, if cnditio) yang
diketahui oleh para ahl lm alam/ilmu sosial) bkanlah ramalan terhadap
perkara ghaib seerti yang dilakukan oleh ara kahin, ahli nujum, para
normal.
Menelamatkan diri dari kondisi yang diperkirakan,
diramalkan, diprediksi akan menyengsarkan haruslah dilakukan. Dan
bukan membiarkan diri tidak mengantisipasinya dengan dalih sabar. Ada
satu ungkapan yang berasal dari umar bin Khatthab : Lari dari suat
takdir ke takdir yang lain.
Yang tertindas, yang mendapat Andaman, yang diintimidasi,
yang diteror, ang terancam keamanan/keselamatan dirinya haruslah
berbuat, jika perlu mengungsi, meninggalan negeri pindah ke negeri
lan. “Bukankah bumi Allah itu luas, seingga kamu dapat berhijrah dib
mi itu ?” (QS 4:97).
Sudah berabad-abad mat Islam di Filiina Selatan, di
Patani, di Kashmir, di Singkiang dan lan-lain tertindas oleh bangsa
sendiri. Juga mat Islam di Palestina tertindas ole bangsa asng Israel.
Namn semuanya tak ada ayang berupaa berhijrah, mengungsi, membentuk
pemerintahan di pengasingan. Apakah karena disebutkan bahwa “Tidak ada
hijrah lagi setelah Fath Makkah”. Atakah karena kini ta ada lag tanah
ang bebas, semuanya sudah dikaelingi ? Ataukah karena tak ada negara
ang mau menerima mereka ? Aaukah karena “ukhwah Islamiyah”, “ummat kal
asadil wahid” itu hanya tinggal sebagai Das Sollen (harapan, impian,
slogan, semboyan), hanya ada dalam kitab, tak terwujud sebagai Das
Sein (kenataan).
Dalam menghadapi takdir yng sedang terjadi, berbuatlah
sesuai dengan kemauan dan kemampuan yang dimiliki. Menghadapi
kebakaran, padamkalah walau dengan segelas air sekali pn. Mengadapi
peperangan, padamkanlah wala dengan lemparan sebelah sepatu seal pun.
(BKS0901021000)
Memahami Takdir
“Sekali-kali kamu tidak akan mendapat pergantian bagi
sunnatullah. Dan sekali-kali tidak pula akan menemukan penyimpangan
bagi snnatullah itu” (QS 35:43).
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum
sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (QS
13:11). Man proposes, God disposes.
“Bagi orang yang pemurah dan bertakwa dan membenarkan
adanya suraga, akan Kami (kata Allah) berikan kemudahan kepadanya
(menuju surga). Sedangkan bagi orang yang bakhil dan berdosa dan
mendustakan adanya surga, akan Kami berikan kesukaran kepadanya
(menuju surga) (QS 92:5-1).
“Bila kalian mendengar bahwa di suatu tempat berjangkit penyakit
menular, janganlah kamu pergi ke tempat itu, dan jika di tempat kamu
tinggal telah bejrangkit penyakit menular, maka janganlah kalian
meninggalkan tempat tinggamu karena melarikan dri dar wabah penyakit
menular itu” (HR Bukhari, Mslim dari Usamah bin Zaid, dalam “AlLukluk
wal Marjan”, Muhammad Fuad alBaqi, Bab : Wabah tha’un, dedukunan dan
merasa sial dengan sesuatu).
Raslullah pernah) ditanya : “Apakah sekarang ini sudah diketahi mana
ahli sorga dan ahli neraka ?”. Jawab Rasulullah : “Ya”. Ditana lagi :
“Lalu untuk apakah orang beramal ?”. Jawab Rasulullah : “Tiap orang
beramal untuk apa yang telah dijadikan Allah bagnya (untuk mendapai
apa yang dimudahkan oleh Allah baginya) (HR Bukhari, Muslm dari Inan
bin Hshain, dalam “AlLuklk wal Marjan”, Muhammad Fuad aBaqy, Kitab
adar (Takdir/ Ketentuan Allah).
Rasulullah bersabda : “ Tiada seorangpun dari kalian, bahkan tiada
suatu jiwa manusia melainkan sdah dientka tempatnya di sorga aa
neraka, bernasib baik atau celaka”. Seseorang sahabatnya bertanya :
“Ya Rasulullah, apakah tidak lebih baik kita menyerah saja (nattakil)
pada ketentuan itu (kitabna) dan tidak usah beramal, maka jika untung
akan sampai kepadanya keuntungannya, dan bila celaka maka aan sampai
pada binasanya”. Rasulullah menjelaskan : “Adapun orang yang bahagia
(beruntung) maka diringakan (sayashiru) untuk mengamalkan perbuatan
ahli sa’adah (bahagia), sebaliknya orang yang celaka maka diringankan
untuk berbuat segala amal yang membinasakan” (HR Bukhar, Muslim dari
Ali, dalam “Matan Shahih Buhari”, Kitab alJanaiz, Bab : “Mau’izhah al
muhaddats ‘inda alqabri wa qu’ud ashshabih haulahu”, dan dalam “Tafsir
Ibnu Katsir”, jilid IV, hal 18, re tafsir ayat QS 92:5-10 ?.
Menurut Yahya bin Ya’mur, orang ang ertama kal berbicara tentang qadar
di Basharah adalah Ma’bad alJuaini, lalu ia (Yahya bin Ya’mar) dan
Humaid bin bdurrahman alHimyari (Syaikh Abdurraman Hasan Alu Syaikh :
“Fathl Majid”, 2007:922, Bab Mereka yang mengingkar Qadar (Takdir)”.
Allah menentukan sesuatu atas kehendakNya, tidak ada yang dapat
mempengaruhinya. Takdir llah tidak dipengaruhi oleh kemauan manusia.
Namun demikian, Allah membuka kesempatan bagi manusia untuk berdoa dan
memohon kepadaNya. Manusia hanya tahu apa yang telah terjadi dan
dialaminya, akan tetapi ia tidak tahu apa yang akan terjadi di masa
dating. Segala sesuatu yang terjadi, tidak ada yang diluar kehendak
Allah, tidak ada sesuatu yang terjadi secara kebetlan (Prof Dr Zakiah
Dradjat : “Takdir Allah”, REPUBLIKA, 26 Desember 1995, “Hikmah”).
Mensyukuri nikmat Allah. Pertama dengan menyadari bahwa nikmat, rahmat
Allah yang diterima tidak terhingga banyaknya. Kedua dengan mematuhi,
mengikuti ketentuan Allah dalam menggunakan semua nikmat, rahmat Allah
yang diterima (Prof Dr Zakiah Dradjat : “Syukur nikmat”, REPUBLIKA, 19
Januari 1996, “Hikmah”).
(BKS0802072045)
Islam tak mendarah daging
catatan serbaneka asrir pasir
Islam tak mendarah daging
Islam di kalangan umat Islam hanyalah dipermukaan saja, tak mendarah
daging. Perilaku umat Islam dalam praktek kenyataan (Das Sein) jauh
dari nilai-nilai Islam. Itulah hasil penelitian sosial bertema “How
Islamic are Islamic Countries” yang dilakukan oleh The George
Washington University, yang diungkapkan oleh Komaruddin Hidayat,
Rektor UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta dalam tulisannya “Keislaman
Indonesia” (KOMPAS, Sabtu, 6 November 2011, hal 6, “Opini”). Akibatnya
umat Islam menjadi umat pecundang, menjadi bulan-bulanan umat lain.
Islam tak menyusup kedalam kepribadiN UMAT Islam.
Dlam teori (Ds Sollen) umat Islam itu adalah umat unggulan, umat
pemenang, umat falah. Umat paripurna, umat tertinggi, tak ada yang
meninggiinya, mengunggulinya. Namun dalam kenyataannya umat Islam tak
mampu berkompetensi dengan umat lainnya. Perilku (akhlak) umat Islam
masa kini cenderung mengadopsi akhlak madzmumh (akhlak tercela),
berperilaku naniyah (egois), ghibah (gosip) khiyamah (culas, curang),
bukhl (kikir, pelit), hasad (dengki, jealousy), jubn (takut), riya
(pongah, pride), tama’ (rakus, materiaalis), dan lain-lain. Cenderung
meninggalkan akhlak mahmudah (akhlak terpuji), tak berperilaku syukur
(thanks, gratitude), ridha, ikhlas (jujur), adil, amanah, ta’awun
(solider), tasamuh (toleran), istiqamah (konsekwen, konsisten),
qana’ah, zuhud, wara’, prihatin, sederhana, tawadhu’ (modesty), sabar
(gigih, patience), syaja’ah (tegas), tertib (disiplin), dan lain-lain.
Meskipun software, piranti lunak seperti firman Allah, sabda Rasul
yang digunakan, dijadikan sebagai acuan, rujukan adalah sama, namun
pemahaman, ijtihadiyah, persepsinya tetap saja berbeda-beda. Munculnya
mazhab, firqah, aliran, sekte adalah karena perbedaan pemahaman,
penafsiran, bukan karena perbedaan rujukan, acuan. Setiap kepala punya
pemikiran, pemahaman masing-masing. Meskipun semua kembali sama-sama
merujuk kepada firman Allah dan sabda Rasul, namun hasilnya tetap saja
berbeda.
(written by sicumpaz@gmail.com at BKS1111140500)
Pro Prof Dr Komaruddin Hidayat (1)
Pertanyaan besar dan mendasar “mengapa semarak dakwah dan ritual
keagamaan di Indonesia tak mampu mengubah perilaku social dan
birokrasi sebagaimana yang diajarkan Islam, yang justru dipraktekkana
di Negara-negara sekuler ?” (yang dimuat dalam harian KOMPAS, Sabtu, 5
November 2011, halaman 6, Opini : “Keislaman Indonesia”), semestinya
dijawab, dijabarkan, dipaparkan, diuraikan oleh kalangan intelektual
semacam Prof Dr Komaruddin Hidayat, Rektor UIN Syarif Hidayatullah,
Jakarta sendiri.
Juga pertanyaan “apakah kesalahan ini lebih dise babkan oleh perilaku
masyarakat ataukah pada sistim pemerintahnya ? Atau akibat system dan
kultur pendidikan Islam yang salah. Kenapa perilaku social di
Indonesia sangat jauh dari ajaran Islam. Kenapa di Indonesia marak
korupsi, sistgem ekonomi dengan bunga tinggi (materialistis), kekayaan
tak merata (individualistis), ketiadaan persamaan hak bagi setiap
warga untuk memperoleh pelayanan Negara dan untuk berkembang, serta
banyak asset social yang mubazir (bahkan menyalahi pasal 33-34 UUD-45)
? Kenapa ? Ini pun merupakan PR ijtihad kalangan intelektual.
Kenapa keislaman umat Islam Indonesia lebih senang di level dan
semarak ritual untuk mengejar kesalehan individual (tidak ada
hubungannya antara kesalehan individual dan kesalehan social) ? Kenapa
Islam hanya dipahami sebatas teologis (teosentgris) tanpa
mengaitkannya, tanpa memadukannya secara sosiologis (antroposentris) ?
Silakan gunakan palu godam SWOT (Strenth, Weakness, Opportunity,
aThreat) dan SOAR (Strength, Opportunity, Aspiration, Result) analysis
untuk memecahkan p;ersoalan tersebut.
Pro Prof Dr Komaruddin Hidayat (2)
Re : "Keislaman Indonesia" (KOMPAS, 5 November 2011)
Prof Dr Nurcholish Madjid, pencetus Paramadna mengajarkan,
mendakwahkan pluralisme, bahwa semua agama itu sama. Semua agama itu
sama-sama membawa ajaran moral. Semua ajaran moral dipandang sama.
Sama-sama baik. Tak ada ajaran moral yang tak baik.
Ajaran moral lebih cenderung/dominan pada kebaikan orang-perorang,
pada kesalehan individual. Ajaran moral pada umumnya tak punya sanksi
hukum. Istilah dosa dan pahala sama sekali tak terkait, tak berdampak
pada tindak perilaku.
Sesuai dengan tuntututan sosial-ekonomi-politik masyarakatnya, maka
masing-masing negara berupaya merumuskan sanksi hukum bagi pelanggaran
ajaran moral. Apa yang disaksikan oleh para ustadz dan kiai yang
berkunjung ke Negeri Sakura jepang dalam program krjasama antara
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dengan
Kedutaan Besar Jepang di Jakarta adalah pencerminan dari upaya Jepang
memberlakukan sanksi hukum atas pelanggaran ajaran moral Shintoisme.
Kehidupan sosial di Jepang yang disaksikan itu lebih mencerminkan
penerapan nilai-nilai ajaran moral Shintoisme, bukan lebih
mencerminkan penerapan nilai-nilai ajaran moral Islam.
Diperlukan kemauan keras dan kerja keras dari semua pihak untuk
mengupayakan adanya sanksi hukum bagi pelanggaran ajaran moral Islam
yang berlaku seagai hukum positif, disamping sanksi atin/psikologis
(sanksi moral ?) dalam bentuk dosa atau pahala. Diperlukan pendidikan
akhlak (ajaran moral Islam) disamping pengajaran akhlak. Diperlukan
pendidikan keimanan (teologi) disamping pengajaran keimanan (teologi).
Dipetrlukan orientasi terpadu antara pemahaman ajaran Islam secara
teologis/teosentris dan sosiologis/antroposentris. Diperlukan kajian
menyeluruh yang bersifat SMART (Specific, Measurable, Achievable,
Realistic, Timed) dengan menggunakan SWOT (Strenth, Weakness,
Opportunity, Treath).
Persepsi
Oleh: Asrir Sutanmaradjo
Dalam bidang optik, sesuatu objek bisa saja terlihat berbeda-beda,
tergantung dari latar (faktor sikon disekitarnya). Adakalanya
disebabkan karena adanya bias (pembiasan), deviasi (penyimpangan,
pembelokan), depresiasi (penurunan).
Dalam bidang Psikologi pun sesuatu objek bisa terlihat berbeda-beda,
tergantung dari latar (faktor sikon disekitarnya yang mempengaruhinya)
dan dari cara, sikap pandang si pengamat (observer) sendiri. Persepsi,
observasi, evaluasi, pengamatan, penilaian seseorang terhadap sesuatu
masalah selalu akan berbeda-beda, tergantung pada latar (sikon
disekitar masalah) dan sikon disekitar si pengamat.
Bila objek dinyatakan sebagai premise mayor (muqaddam kubra) dan latar
(sikon) sebagai premise minor (muqaddam shughra), maka dalam bidang
Logika (Mantiq), persepsi dapat dinyatakan sebagai konklusi (natijah).
Dan bila objek dinyatakan sebagai genotip (bawaan) dan latar (sikon)
sebagai (fenotip) (lingkungan), maka dalam biologi, persepsi dapat
dinyatakan sebagai sosok.
Persepsi, observasi, evaluasi bersifat sangat relatif, nisbi.
Pengamatan, penilaian yang satu tak bisa menyalahkan pengamatan,
penilaian yang lain. Dalam Islam disebutkan bahwa sesuatu ijtihad tak
dapat membatalkan (la yanqudhu, tak dapat menolak, menafikan,
membantah) ijtihad yang lain. Hanya persepsi yang sama sekali bebas
dari pengaruh asumsi, prasangka yang bersifat absolut, mutlak.
Dalam hubungan ini, kini, belakangan ini marak isu, berita tentang
tindak kejahatan, tindak kriminal berkedok, mengatasnamakan NII
(Negara Islam Indonesia). Sesuai dengan cara, sikap pandang
masing-masing, maka ada yang berkesipulan bahwa NII (Islam) itu
menghalalkan segala cara. Dan ada pula yang berkesimpulan sebaliknya
bahwa NII (Islam) itu didiskreditkan, dipojokkan dengan berbagai cara.
Memperjuangkan tegak-berdirinya NII (Negara Islam Indonesia) secara
demokratis di negeri ini, di bumi pertiwi ini, di persada tanah air
ini adalah sah, legal saja. Ketika Pancasila dilahirkan, dicetuskan
oleh penggagasnya Ir Soekarno dalam siding BPUPK (Badan Penyelidik
Usaha Persiapan Kemerdekaan, Dokuritsu Zyunbi Tyuoosakai) pada 1 Juni
1945, umat Islam diajak agar bekerja sekeras-kerasnya,
sehebat-hebatnya supaya hukum-hukum yang keluar dari Badan Perwakilan
Rakyat adalah hukum-hukum Islam. Percaya dengan ajakan Ir Soekarno,
penggagas Pancasila tersebut, maka tokoh-tokoh umat Islam yang duduk
dalam BPUPK menerima, menyepakati ide Pancasila. Negara yang
memberlakukan hukum-hukum Islam secara positif adalah Negara Islam.
Baldatun thaiyibatun wa rabbun ghafur. Kenapa begitu antipati terhadap
hukum Islam?
Masih dalam hubungan ini, kini juga marak isu, berita tentang studi
banding ke luar negeri yang dilakukan oleh wakil-wakil rakyat di DPR.
Kenapa tak berminat melakukan studi banding ke dalam negeri? Studi
banding antara sitim pemerintahan Minangkabau dengan sitim
pemerintahan Jawa ? Studi banding antara sistim pemerintahan
parlementer dengan sistim pemerintahan presidensial? Studi banding
antara konsitusi UUDS-1950 dengan konstitusi UUD-1945 ? Studi banding
antara konstitusi NII (NKA, Negara Karunia Allah) dengan konstitusi
NKRI ? dan lain-lain, dan lain-lain.
De-islamisasi
Deislamisasi
Deislamisasi adalah aktivitas yang bertujuan dan berupaya untuk
menggeser, menggusur, meminggirkan, menyingkirkan, memasung, mencabut
Syari’at Islam dari mu’amalah (sosial, kultural, ekonomi, hukum,
politik, militer, dll).
Deislamisasi dilakukan terprogram secara sistimatis, terencana,
terarah, berkesinambungan.
Diislamisasi dilakukan oleh yang bukan Muslim, dan juga oleh yang
mengaku Muslim, bahkan oleh pakar Islam sendiri yang paham akan Kitab
Kuning.
Yang bukan Muslim berupaya merusak kepercayaan akan Tauhid, merusak
kepercayaan akan Rasul Allah, mencaci-maki, menjelek-jelekkan Islam
dan umat Islam. Berupaya merusak kepercayaan akan Kitab Allah.
Berupaya merusak kepercayaan akan Takdir Allah, merusak kepercayaan
akan hari pembalasan.
Yang bukan Muslim berupaya menyebar isu negatif, menjelekkan dan
menghina serta merendahkan Islam, Qur:an dan Nabi Muhammad.
Islam digambarkan sebagai agama orang primitif, barbar, sadis, bengis,
beringas, sangar, seram, brutal, haus darah, penumpah darah, kejam,
jorok, dekil, kumal, yang cocok buat bangsa biadab. Islam dicap
terkebelakang, kolot, anti kemajuan.
Islam dipandang sebagai agama para penghasut, pengikut fanatik. Umat
Islam dipandang sebagai orang yang bersedia mati dengan cara kekerasan
(teroris), orang-orang bodoh yang secara buas siap menyerbu kemedan
peang untuk mendapatkan rampasan perang kalau hidup, ataau mendapatkan
surga kalau mati (Orientalis Washington Irving, dalam Muhammad Husain
Haekal : "Sejarah Hidup Muhammad", 1984:693, Prof Dr Hamka : "Tafsir
Al-Azhar", juzuk VIII, hal 97, juzuk XX, hal 28).
Yang mengaku Muslim berperan aktif menyebarkan isu bahwa Islam itu
hanya cocok bagi masyarakat seragam (homogen), tak cocok bagi
masyarakat beragam (heterogen). Untuk masyarakat majemuk (heterogen)
"harus dicarikan acuan lain yang bisa dipakai bersama dalam komunitas
yang pluralistik".
Dengan memanipulasi dalil-dalil syar’I, yang mengaku Muslim sendiri
juga turut berperan aktif mengebiri, melumpuhkan, memenggal, mengikis
Islam, berupaya mereduksi makna Islam sedemikian rupa.
Dengan memanipulasi makna ayat QS 3:3, yang mengaku Muslim menyebarkan
isu bahwa "yang telah beragama jangan didakwahi masuk Islam". "Jangan
didakwahkan Islam itu sebagai acuan tunggal (alternatif). Bahwa "Islam
itu urusan pribadi, soal nilai". Pemerintah taka berhak memaksa rakyat
melaksanakan Syari’at Islam. Aktivitas politik haruslah dipisahkan
dari Islam. Padahal Islam itu merupakan satu kesatuan IPOLEKSOSBUDMIL,
seperti diungkapkan Sayyid Quthub bahwa "banyak ayat alQur:an yang
menggambarkan janji-janji Allah di dunia ini dalam kaitannya dengan
komunitas (society, masyarakat) dan bukan individu (perorangan
pribadi). "Untuk bisa turunnya berkah dari Allah, seperti yang
dijanjikanNya, harus terwujud ketakwaan komunal (jama’ah)", kata Abdul
Haris Lc (Majalah UMMI, No.10/IX, 1998, hal 28).
Yang mengaku Muslim aktif menyebar isu bahwa hak individu tidak boleh
diintervensi, diatur oleh siapa pun, termasuk oleh Islam sendiri. "Tak
ada paksaan dalam Islam". Jangan teraapkan Islam itu secara formal.
Jangan formalisasikan ketentuan Syari’at Islam sebagai hukum positif
ke dalam peraturan perundangan negara.
Dengan memanipulasi makna keadilan, yang mengaku Muslim menyebarkan
isu bahwa "setiap upaya untuk memformalkan ajaran Islam ke dalam
peraturan perundang-undangan akan bersifat diskriminatif (zhalim,
aniaya, tidak adil) terhadap kelompok yang lain".
Yang mengaku Muslim berupaya menyear isu, bahwa alQur:an tidak pernah
secara spesifik berb icara tentang negara Islam (Islamic State),
karena itu ide (gagsan tentang negara Islam) tidak ada dan harus tidak
ada, karena akan menimbulkan perpecahan bangsa, distabilitas dan
disintegrasi nasional. (Siapa yang sebenarnya memecah persatuan antara
Timor Barat dan Timor Timur, antara Papua Barat dan Papua Timur,
antara Borneo Selatan dan Borneo Utara, antara Korea Selatan dan Korea
Utara, antara Yaman Selatan dan Yaman Utara, antara Jerman Barat dan
Jerman Timur, dan lain-lain ?)
Yang mengaku Muslim berupaya aktif menyebarkan isu agar tidak
melegalisasikan ajaran Islam ke dalam perundang-undangan. "Tak ada
ketentuan Fiqih yang mengharuskan negara diatur oleh Islam". Akhirnya
Islam diatur oleh negara. Dan paling akhir, Islam tinggal hanya
sekedar nama. Taka da mu’amalah, tak ada ‘ubudiyah, tak ada ‘aqidah.
Dengan memanipulasi makna keadilan, yang mengaku Muslim menyebarkan
isu bahwa lembaga pendidikan Madrasah, IAIN, Peradilan Agama, RUU
Zakat bersifat diskriminatif (zhalim, aniaya, tidak adil). Karenanya
haruslah ditolak,
Elite politik Muslim yang mendukung Fraksi Islam paling banyak
seperlima, yaitu dari kalangan Muslim di PPP, PBB, PK, PNU, PSII, P.
Sedangkan elite politik yang menantang Fraksi Islam paling sedikit
empat perlima, yaitu dari kalangan Muslim di PDI-P, Golkar, PAN, PKB,
PKP, PDKP, PDR, IKKI, PP, PNI.
Yang mengaku Muslim turut meredusir, menurunkan pengertian jihad dari
pengertian istilah (kontekstuaal, keagamaan) menjadi pengertian
lughawi (tekstual, grammatikal, leksikal, kebahasaan), yang hanya
berarti bekerja keras atau berjuang. Juga pengertian ukhuwah
diturunkan dari ukhuwah Islamiyah menjadi ukhuwah
syhu’ubiyah/wathaniyah.
Yang mengaku Muslim turut aktif menyerukan agar prinsip-prinsip Islam
harus diselaraskan, disesuaikan, diakomodasikan dengan dunia modern
(modernisme). Pengundangan sanksi moral oleh negara haruslah ditolak.
Yang mengaku Muslim juga menuding, mencap Islam sekretarian,
primodial, ekstrim, fundamentalisme. Umat Islam dituding berpikiran
picik, sempit, sontok, sektoral, parsial.
Yang mengaku Muslim sendiri menyerukan bahwa umat Islam haruslah
berpikiran luas dalam skala besar, menjangkau kepentingan nasional,
tidak berpikiran sempit, hanya mementingkan kepentingan Islam.
Jebakan deislamisasi : Yang ya’lu, yang unggul adalah Nasionalisme,
bukan Islam. Haruslah berpikir nasionalis, jangan Islami.
Yang mengaku Muslim juga melakukan sinkretisasi, mencampurkan yang
bukan Islam ke dalam Islam (talbisul haq bil bathil). Tokoh-tokoh masa
kini yang dijadikan rujukandan acuan dalam sinkretisasi antara lain Ir
Mahmud Muhammad Thaha, Abdullah Naim (keduanya tokoh pluralis Sudan
yang menentang keras islamisasi pemerintahan). Hasan Hanafi (tokoh
kiri Mesir yang menyatakan bahwa hakikat agama itu tidak ada),
Muhammad Imarah, Rifa’at Thahthawi dan lain-lain tokoh sekular yang
menyandang predikat Islam (Islam di permukaan, ‘ala harfin, tak lebih
dari tenggorokan). Rifa’ah Thahthawi dikirim untuk belajar di
Perancis. Di sana ia tinggal selama lima tahun (1826-1831). Sarjana
lain yang tugas belajar di Perancis ialah Khairuddin alTunisia. Di
Perancis ia menghabiskan waktu empat tahun (1852-1856). Setelah
kembali keduanaya menyebarkan ide-ide untuk menata masyarakat dengan
dasar sekularisme rasional (WAMY : "Gerakan Pemikiran dan Keagamaan",
hal 26).
Pernah Rasulullah didatangi seseorang yang cekung matanya, menonjol
tulang pipinya dan nonong dahinya, lebat jenggotnya, botak kepalanya.
Orang itu berkata : "Hai Muhammad, bertakwalah kepada Allah" (Berlaku
adillah dalam pembagian ghanimah). Rasulullah menjawab : "Siapakah
yang ta’at kepada Allah, jika aku maksiat (tidak berlaku adil). Apakah
kalian tidak percaya padaku, sedang Allah telah mempercayai aku
terhadap penduduk bumi ?". Setelah oang itu pergi Rasulullah berkata :
"Sesungguhnya akan keluar dari turunan orang itu orang-orang yang
pandai (lancar) membaca Kitab Allah (alQur:an), tetapi tidak lebih
dari tenggorokannya, mereka terlepas (keluar) dari agama (Islam),
bagaikan anak panah terlepas dari busurnya (ketika dilepaskan), mereka
akan membunuh orang-orang Islam dan membiarkan orang-orang kafir"
(deislamisasi) (Muhammad Fuad ‘Abdul Baqi : "AlLukluk walMarjan",
hadits no.639-642, HR Bukhari, Muslim dari Abi Sa’id alKhudri, tentang
"Orang-orang Khawarij dan sifat mereka".
Orang-orang Timur membasmi musuh dengan memenggal kepalanya. Tetapi
Barat dan pendukungnya hanya dengan merobah hati dan tabi’atnya (Abul
Hasan Ali alHusni anNadwi : "Pertarungan antara Alam
Ahmadiyah
Ahmadiyah
Ahmadiyah Lahore masuk Indonesia tahun 1924 di bawa oleh Mirza Wali
Ahmad dan Maulana Ahmad di Yogyakarta. Sedang Ahmadiyah Qadiyan, masuk
Indonesia tahun 1925 dibawa oleh Maulana Rahmat Ali di Sumatera Barat.
Ahmadiyah Qadiyan mengakui, bahwa setelah Nabi Muhammad masih ada
Nabi. Dan setelah Mirza Ghulam Ahmad masih ada kKhalifah sebagai
pengganti Mirza . Sedang Ahmadiyah Lahore tidak mengakui bahwa sesudah
Nabi Muhammad masih ada Nabi. Mirza hanya disebut5 sebagai Mujaddid
(pembaharu) abad 19. Sedang sesudah kematian Mirza tidak ada Khalifah.
Namun Mirza sendiri menyatakan "Saya bersumpah. Demi Allah yang
menguasai ruhku. Allaha-lah yang mengutusku sebagai nabi". "Bahkan
Mirza mengatakan , bahwa sebagai nabi, dirinya lebih mulia dari para
Nabi Ulul Azmi, termasuk Muhammad saw sendiri (Haqiqatul Wahyi 257).
Orang yang tidak beriman kepadanya dianggap kafir. Karena berarti
ingkar kepada Allah dan Rasul-Nya (Haqiqatul Wahyi 163).
Terhadap yang bukan Ahmadiyah, maka yang Ahmadiyah menyatakan bahwa
Ahmadiyah meyakini Ghulam Ahmad sebagai Nabi, tapi bukan Nabi pembawa
syari’at, bukan Nabi yang mandiri (SABILI, No.5, 23 Agustus 2000, hal
9). Ahmadiyah meyakjini Ghulam Ahmad adalah Imam Mahdi atau al-Masih
al-Mau’ud (Nabi Isa yang dijanjikan kedatangannya), dengan menggunakan
Hadits-Hadits riwayat Bukhari, Muslim tentang turunnya Imam Mahdi dan
Isa ibu Maryam.
Mirza mulai berakting mengaku sebagai pembaharu (Mujaddid), meningkat
sebagai Imam Mahdi, lantas sebagai al-Masih al-Mau’ud, dan akhirnya
mengaku Nabi.
Secara jujur, Mirza Ghulam Ahmad menyatakan "Sebagian dari umurku
kukerahkan untuk mendukung pemerintah Inggeris dan memenangkannya. Dan
aku telah tulis untuk melarang jihad melawan Inggeris". "Dari masa
muda-ku, aku berjuang dengan lidah dan penaku untuk menarik hati kaum
Muslimin supaya patuh pada pemerintah Inggeris dan ramah dengannya.
Aku menantang ide jihad yang dianaut sebagian Muslim yang jahil dengan
menghalangi untuk patuh pada Inggerius (Pelengkap Sadatul Qur:an).
Mirza Ghulam Ahmad (1839-1908) mengutuk jihad melawan imperialis
Inggeris, dan menganggapnya sebagai suatu tindakan kriminal (Maryam
Jamiilah : "Islam dan Modernisme", 1982:83). Ahmadiyah dilahirkan dan
dirawat Inggeris dengan markas besarnya di London.
Berbeda dengan Muhammad saw yang tak punya karya tulis, Ghulam Ahmad
menulis banyak buku, brosur yang ia sebarkan ke berbagai negeri Islam,
bahkan juga ke Eropah. Setelah mengaku diri sebagai Nabi, Mirza
menuliskan semua (yang disebutnya) wahyu yang diterimanya, dan
dikumpulkannya dalam sebuah kitab yang disebut "Tadzkirah" (Wahyu
Muqaddas) yang merupakan penggalan-penggalan ayat al-Qur:an yang
diacak-acak.
Pada saat India berjuang melawan Inggeris, Ahmadiyah sibuk dengan
perdebatan-perdebatan soal wafatnya al-Masih, hidupnya dan turunnya,
serta kenabiaan Ghulam Ahmad. Memperdebatkan mutawaffika (QS 3:55),
khalifah (QS 24:55), imam (QS 17:75) untuk mendukung argumentasi
kenabian Mirza. Kaum Ahmadiyah mau berdebat bertukar fikiran
berhari-hari bermalam-malam untuk mengukuhkan pendiriannya bahwa Mirza
Ghulam Ahmad adalah Nabi, al-Masih al-mau’ud (Nabi Isa yang dijanjikan
akaqn turun di akhir z a man), dan bahwa Nabi Isa al-Masih telah mati.
Nabi Isa al-Masih dia matikan dulu, dan kemudian ditampilkan Mirza
Ghulam Ahmad sebagai Nabi Isa al-Masih yang dijanjikan (Prof Dr Hamka
: "Tafsir Al-Azhar", III, 1984:185, Lembaga Pengkajian dan Penelitian
MAWY : "Gerakan Keagamaan dan Gerakan Pemikiran", 1995 : Qadiyanisme,
Perslah Debat antara Pembela Islam dan Ahmadiyah Qadian, dalam TEMPO
21 September 1974, SABILI, No.3, Th.III, 26 Juli 2000, hal 28-35).
1
Mencari buku motivator shalat
Mencari buku motivator shalat
Kini sudah berusia 72 tahun, namun belum pernah menemukan agak sebuah
buku yang dapat memotivasi, merangsang seseorang, dari yang
enggan/ogah shalat menjadi yang mau shalat, dari yang malas shalat
menjadi yang rajin/tekun shalat, dari yang ngawur/lalai shalat menjadi
yang khusyu’ shalat.
Simak, amatilah diri, keluarga, tetangga, idola masing-masing.
Sudahkah mau sshalat. Sudahkan rajin shalat. Sudahkah tekun shalat.
Sudahkah shalat itu membentuk sikap mental diri, keluarga, tetangga,
idola ?
Memang pernah ada buku yang dari judulnya sekilas terkesan memotivasi,
merangsang untuk menegakkan shalat. Namun isinya tetap saja seperti
buku-buku tuntunan shalat yang lain. Semuanya hanya berkutat dengan
rukun shalat, kaifiat shalat, hikmah shalat, dan lain-lain.
Simaklah antara lain buku-buku tuntunan shalat berikut :
- “Untuk Apa Seorang Muslim Shalat”, oleh Drs Syahminan Zaini,
terbitan Kalam Mulia, Jakarta, 1987.
- “Faedah Shalat Bagi Kehidupan Orang Beriman”, oleh Drs Syahminan
Zaini, terbitan Kalam Mulia, Jakarta, 1991.
- “Tuntunan Tayammum dan Shalat”, oleh Syahminan Zani dan H Masturah
Wanchik, terbitan Kalam Mulia, Jakarta, 1990.
- “Ruh Shalat dan Hikmahnya”, oleh TA Lathief Rousydiy, 1973.
- “Ruh Shalat dan Hkmahnya”, oleh TA Lathief Rousydiy, terbitan
Rainbow, Medan, 1984.
- “Kaifiat Shalat Rasulullah saw”, Oleh TA Lathief Rousydiy, terbitan
Rainbow, Medan, 1983.
- “Shalat Membina Pribadi dan Masyarakat”, oleh A Malik Ahmad,
terbitan alHidayah, Padang, 1987.
- “Shalat Menjadikan Hidup Bermakna”, oleh Prof Dr Zakiah Daradjat,
terbitan YPI Ruhama, Jakarta, 1989.
- “Meraih Puncak Kenikmatan Shalat”, oleh Dr Khalid Abu Syadi,
terbitan Ziyad, Jakarta, 2007.
- “The Power of Shalat”, oleh Syaikh Jalal Muhammad Syafi’I”, terbitan
MQ Publishing, Bandung, 2006.
- “Pedoman Shalat”, oleh Prof Dr TM Hasbi ashShiddieqy, terbitan Bulan
Bintang, Jaarta, 1978.
- “Tatacara Shalat Rasul”, oleh HAS alHamdani, terbitan alMa’arif,
Bandung, 1981.
- “Shlat-shalat Sunnah”, oleh HAS alHamdani, terbitan alMa’arif, Bandung, 1982.
- “Cara Shalat Rasulullah”, oleh Habib Hassan alMahdalawy dkk,
terbitan Dakata, Bekasi, 1997.
- “Pedoman & Bimbingan Shalat Sunnat Lengkap”, oleh Ust Labib Mz,
terbitan Terbit Terang, Surabaya, 2002.
- “Tuntunan Shalat Lengkap”, oleh Ust Labib Mz dan Ust Maftuh Ahnan,
terbitan Bintang Usaha jaya, Surabaya, 1992.
- “Tuntunan Shalat Lengkap”, oleh Ustadz Yassir Effendi.
- “Pelajaran Sembahyang”, oleh M Said, terbitan alMa’arif, Baandung.
- “Tuntunan Sembahyang”, oleh HM Ramli, terbitan Islamiyah, Medan, 1966.
- “Risalah Tuntunan Shalat Lengkap”, oleh Drs Moh Rifai, terbtan CV
Toha Putra, Semarang, 1976.
- “Pelaksanaan Shalat Nabi saw”, oleh Muhammad Nashiruddin alAlbani
(terjemahan Rifyal Ka’bah), Jakarta, 1986.
- “Cara Shalat Nabi saw”, oleh Syekh Muhammad Nasiruddin al-Albany
(terjemahan Drs Alifuddin el-Islamy Sin Song Thian), terbitan Andes
Utama, Jakarta, 1983.
- “Berjumpa Allah lewat Shalat”, oleh Syekh Musthafa Masyhur, Gema
Insani Press, Jakarta, 1990.
- “Cahaya Dibalik Shalat Khusyuk”, oleh Imam al-Ghazali, terbitan
Ramadhani, Solo, 1991.
- “Rahasia-Rahasia Shalat”, oleh Al-Ghazali, terbitan Karisma, Bandung, 1992.
- ‘Hikmah Kesehatan Dalam Shalat”, oleh HA Saboe, terbitan al-ma’arif,
Bandung, 1986.
- “Konsep Shalat Menurut al-Quran”, oleh Dr Fadh Abdurrahman bin
Sulaiman ar-Rumi, terbitan Firdaus, Jakarta, 1991.
- “Makna Shalat Sebagai Komitmen Pada Tujuan Akhir dan Ide Yang
Ideal”, oleh Nurcholish madjid, terbitan Paramadina, Jakarta, 1991.
- “Pelajaran Shalat Praktis”, oleh Team Biroh DKI Jakarta, terbitan
Ikhwan dan Pustaka Antara, Jakarta, 1973.
- “Rahasia Keampuhan Shalat”, oleh Dr Alimin, terbitan Firma Maju. Medan, 1984.
- “Shalat Sebaga Pengendali Mental”, oleh Dr H Raachmat Djatmika,
trbtan al-Ikhlas, Surabaya, 1983.
- “Hikmah Shalat”, oleh Prof HM Hembing Wijayakusuma, terbitan Pustaka
kartinia, Jakarta, 1996.
(written by sicumpaz@gmail.com in sicumpas.wordpress.com as Asrir at
BKS1103260630)
Belajar menyimak teks (matan) hadits
Belajar menyimak teks (matan) hadits
Dalam usia sudah lebih tujuh puluh tahun, isteri saya mencoba belajar
mengetik, menulis menggunakan komputer pinjaman dari seoang keponakan.
Saya iktu-ikutan turut membantu, menolongnya. Adakalanya ikut
mencarikan, menemukan ayat-ayat Quran dan Hadits-hadits Rasulullah saw
yang dicomot (diunduh, didownload) dari situs
http://kitab_kuning.blogspot.com yang terhimpun, terkoleksi dalam
suatu mausu’at yang terdiri dari 2o kitab hadits.
Saya sendiri tak mengerti bahasa Arab, hanya sekedar mengenal bahasa
Arab dasar yang sangat minim. Dengan hanya memiliki pengetahuan dasar
bahasa bahasa Arab yang sangat minim itu, saya meraba-raba mencari
teks (matan, naskah) hadits yang diperlukan sebagai rujukan tulisan
oleh isteri saya dari mausu’at digital tersebut. Pernah mencari hadits
yang maknanya, maksudnya “Aku tinggalakan kepada kamu sekalian dua hal
(panduan hiduP). Kamu sekalian tak akan tersesat bilamana kamu
sekalian berpegang kepada keduanya, yaitu Kitabullah dan Sunnah
RasulNya”. Namun saya gagal, tak berhasil menemukan teks (redaksi,
matan) yang bermakna seperti itu. Yang saya temukan hanyalah hadits
yang menyebutkan bahwa yang ditinggalkan oleh Rasulullah saw itu
adalah Kitabullah dan Ahlul Bait, dalam “Mustadrak” AlHakim dari Zaid
bin Arqam, pada kitab Makrifah Shahabat, hadits no.4577. Seangkan
hadtis sebelumnya, hadits no.4576 menggunakan lafal “tsaqalain”, dan
bukan “amrain”.
Pernah pula mencari hadits yang maknanya, maksudnya “Peliharalah yang
lima sebelum datang yang lima”. Hadits tersebut ditemukan dalam
“Mustadrak” AlHakim, kitab ArRiqa, hadits no.7846 dari Ibnu Abbas,
dalam “Mushanil” Ibnu Syaibah, kitab AzZuhd, hadits no 18/19, dalam
“Fathul Bary” Ibnu Hajar, kitab ArRiqaq, komentar hdits no.6053.
Sehubungan dengan hadits no.6053 yang maknanya, maksudnya “Hiduplah di
dunia seolah-olah bagai orang asing atau sebagai musafir”, ketika
mengomentari, mensyarah sanad hadits tersebut, Ibnu Hajar menyebutkan
nama Ulama Hadits yang menemukan tadlis (penyamaran) dalam sanad
hadits tersebut. Lafal ‘haddatsani” (telah memberitakan kepadaku)
aalah tadlis (penyamaran) dari lafal “’an” (dari).
A Qadir Hasan dalam kitabnya “Ilmu Musthalah hadits” menyebutkan
bahwa di dalam kitab Bukhari terdapat 1341 hadits Mu’allaq dan dalam
Shahih Muslim ada sedikit. Hadits Mu’allaq aalah hadits yang awal
sanadnya gugur seorang rawi atau lebih secara berturut-turut. Hadits
Mu’allaq itu hukumnya lemah, tidak boleh dipakai sebagai rujukan. Juga
disebutkan bahwa dalam Kitab Bukhari dan Muslim terdapat riwayat
Mudallas, tetapi riwayat-riwayat itu di bab lain dan di temapt lain,
ada sanadnya yang tidak Mudallas. jadi boleh dikatakan tidak ada
hadits Mudallas yang tersendiri dalam kedua-dua kitab itu. Hadits
Mudallas adalah hadits yang sadanya samar (hal 92,93,99,107).
(BKS1105190830)
Dilematika/problematika penegakan syari’at Islam (analisa sikon umat Islam)
Dilematika/problematika penegakan syari’at Islam (analisa sikon umat Islam)
Treath/kendala/rintangan/hambatan bagi tegaknya syari’at Islam :
- Konspirasi/persekongkolan Yahudi-Nasrani internasional untuk
melenyapkan, mengenyahkan, mnghancurkan, menumpas Islam (Simak antara
lain QS 2:120).
- Maraknya penyebaran ajaran, alaaairan, paham Jahili Sekuler,
hubuddunya wa karihatul mauat, rakus dunia dan takut pada resiko
(Simak antara lain QS 45:23-25).
- Ketiadaan ulama waritsatul anbiya’, kelemahan pemahaman ulama
terhadap ideology, politik, ekonomi, social, budaya Islam.
Menjamurnya, melimpahnya ulama seleberitis, berpaham jahili sekuler,
hubbud dunya wa karihatul maaut, rakus akan dunia dan takut pada
resiko.
- Labelisasi teroris terhadap penegak syari’at Islam.
- Maraknya penyusupan, infiltasi musuh-musuh Islam dengan menggunakan
atribut, symbol, terminology, identitas Islam.
- Gampangnya muncul situasi konflik. Umat Islam sangat deman (senang)
punya lawan. Kalau ada musuh mereka bersatu. Bila musuh tak ada lagi,
mereka mencari musuh di kalangan sendiri (M.Natsir, simak SUARA
MASJID, No.144, 1 September 1986, halaman 4-5, Editorial).
Dalam golongan Muslimin menular penyakit yang sangat berbahaya, yaitu
: perselisihan, persengketaaan danperbantahan antar sesame (Moehammad
Moe’in : “Sedjarah Peperangan Salib”, Islamiyah, Medan, 1936, halaman
5) (Simak antara lain QS 8:46).
Perpedahan umat (dalam ideologi dan politik) adalah penghalang
turunnya pertolongan Allah. Sunnatullah menetapkan bahwa yang kuat
mengalahkan yang lemah (Simak HR Muslim dari Tsauban tenang Qadha dan
Qadar, antara lain dalam “Zaadul Ma’ad” Ibnul Qaiyim, jilid I, halaman
90; “Bersihkan Tauhid Anda Dari Noda Syirik”, oleh Muhammad bin Abdul
Wahhab, terbitan Bina Ilmu, Surabaya, 1984:82-84; HR Ahmad dalam
“Tafsir Ibnu Katsir”, jilid V, halaman 144).
Weakness/Kelemahan penegakkan syari’at Islam :
- Lemahnya kesadaran beragma dari umat Islam.
- Lemahnya pemahaman agama umat Islam secara intergatif.
- Terserang/terjangkit virus jahili sekuler (Hubbud dunya wa karihatil
maut, rakus akan dunia dan takut pada resiko).
- Tak memiliki media informasi/komunikasi alternative, yang dapat
menyuarakan aspirasi umat Islam dan yang dibiayai oleh dana umat Islam
sendiri.
(Simak Farid Ahmad Okbah MA : "Hidup Hanya Sekali, Jangan Salah
Jalan", Perisai Quran, Jakarta, 2011)
Opportunity/peluang/kesempatan tegaknya syari’at Islam :
- Lembaga dakwah dan ormas Islam yang konsisten mendakwahkan tegaknya
syari’at Islam.
- Sarana penerangan/komunikasi yang dapat digunakan sebagai sarana dakwah.
Strenth/kekuatan/potenti bagi tegaknya syari’at Islam :
- AlQur:an dan AlHadits sebagai landasan ideologis.
- Khazanah pemikiran ulama Islam pada masa lalu.
- Warisan/peninggalan sejarah umat Islam masa lalu.
- Populasi umat Islam yang cukup diperhitungkan. Bahkan identitas, dan
nama Islam sendiri masih menggentarkan, menciutkan nyali musuh-musuh
Islam.
- Masjid, mushalla sebagai sarana/tempat pembinaan/penggemblengan umat Islam.
Konsep SOAR
Dulu diperkenalkan konsep SWOT analysis
(Strength-Weakness-Opportunity-Threat). Menganalisis kelemahan
(wakness) dan menghitung risiko/ancaman (threat) itu diperlukan. Lebih
penting lagi dari itu adalah mengidentifikasi dan memfokuskan kekuatan
(strength) dan peluang (opportunity).
Kini diperkenalkan konsep SOAR
(Strengths-Opportunity-Aspiration-Result). Konsep ini beroriemtasi
“appreciative inquiry”, yaitu menghargai dan menggali hal-hal yang
positf dan kekuatan (strength) yang terlihat maupun tersembunyi.
“Allow your thoughts to take you to heights of greatness”. Dengan pola
pikir ini, berobsesi terhadap aspirasi (aspiration) dan kesempatan
(opportunity) sehingga hasil (result) terpenuhi optimism (Simak Eileen
Rachman & Sylvina Savitri : “Mentalitas Elang”, KOMPAS, Sabtu, 6
Agustus 2011, hal 33, “Klasika : Karier”).
(written by sicumpaz@gmail.com at BKS1107280815)
“Buku-Buku Yang Merubah Dunia”
Lima enam puluh tahun yang lalu Robert B Downs mengarang/menulis
“Book that changed the world” (“Buku-Buku Yang Merubah Dunia”,
terjemahan Drs Asroel Sani, terbitan PT Pembangunan, 1959, Pustaka
Sardjana, No.27). Di dalamnya terdapat sekitar sepuluh buah buku yang
menggoncang, meledakkan dunia, lebih dahsyat dari tsunami. Menggoncang
pola piker. Menggoncang dunia budaya. Menggoncang dunia politik.
Menggoncang dunia ekonomi. Dan lain-lain. Daya gancangannya lintas
sektoral, lintas wilayah. Ada karya Yahudi dan ada karya anti Yahudi.
Di antaranya “Il Prince” (Sang Pangeran) Nicco Machiavelli. “Mein
Kampf” Adolf Hitler, “Relativiteit Theory” Albert Einstein, “Origin of
Spices” Charles Darwin, “Das Kapital” Karl Marx, “Das Ich und das Es”
Sigmund Freud, dan lain-lain.
Adakalanya pena penulis lebih dahsyat daya ledaknya dari senapan
militer. Ide, ideologi itu lebih dahsyat daya ledaknya dari bom
konvensional apa pun, lebih dahsyat dari pada yang terjadi di
Hirosyima enam puluh lima tahun yang lalu.
Pada November 2011 diperkenalkan buku Andrew Taylor "Buku-buku yang
Mengubah Dunia", terjemahan OVYS Damos S, terbian Erlangga, Antara
lain memaparkan AlKitab, AlQuran, Iliad (Homer), AlQanun fi AtTibb
(Ibnu Sina), Don Quixote (Muguel de Cerbantes), The Wealth of nation
(Adam Smith), Common Sense (Thomas Panie), The Comunist Manifesto
(Karl marx), The Origin of Specis (Charles Darwin), On Liberty (Joh
Suart Mill), The Interpretqtion of Dreams (Sigmund Freud), Relativitty
: The Species And The General Teory (Albert Einstein), The general
Theory of Employment, Interest adn Money (John Maynard Keynes), Hary
Potter And TehnPfiloaophwe'a Stone (JK Rowling), Nagaraketagma (Mpu
Prapanca), Sutasoma (Mpu Tantular), Max Havelar (multatuli), Habis
Gelap Terbitlah Terang (RA Kaerini (KORAN JAKARTA, Senin, 21 November
(written by sicumpaz@gmail.com in sicumpas.wordpress.com as Asrir at
BKS1103170800)
Sekolah lewat internet/milis
Sekolah lewat internet/milis
Dulu tahun lima enam puluhan terdapat sekolah, perguruan tertulis
berupa kursus tertulis Bahasa Asing, Administrasi, Pengetahuan Dagang,
Pengetahuan Teknik, Pengetahuan Umum dan untuk mengikuti ujian negeri
SR6th, SMP, ST, SMA, bahkan Perguruan Tinggi Hukum, Ekonomi,
Kedokteran, dan lain-lain. Juga untuk mendapatkan ijazah/diploma
pembukuan Bond A/B. Antara lain diselenggarakan oleh Lembaga
Pendidikan Tertulis “Dunia Pengetahuan Sampurna” Semarang, “Java
Corespondence Schools” Bandung, “Balai Perguruan Sriwijaya”
Jogjakarta, “Majapahit”, “Sariwegading”, “Effendi Harahap Institute”
Semarang, Biro Kursus Tertulis “Sumber Pengetahuan Bandung/Surabaya,
PT Sumber Pengetahuan, Bandung dan Surabayadan lain-lain.
Setelah sekolah, perguruan tertulis tersebut tak lagi berperan,
belasan tahun yang lalu muncullah Universitas Terbuka yang dirintis
oleh Depdikbud dengan memanfa’atkan sarana televisi. Barangkali dengan
adanya internet, maka sekolah/kursus tertulis, Universitas Terbuka itu
kini dapat memanfa’atkan internet, milis, email, VCD sebagai sarana
penunjang. Kebetulan Yayasan atsTsabat (www.al-sofwah.or.id), Condet,
Jakarta Timur telah lebih dulu merintis “Kajian Islam Terbuka”.
Merupakan bimbingan belajar jarak jauh, dengan menggunakan modul-modul
: Pengantar Studi Islam, Aqidah, Fizih, Tsaqafah, Sejarah Islam dan
Manhaj. Dilengkapi dengan kaset untuk setiap materinya. Bimbingan via
telepon, surat pos dan email. Peserta yang lulus evaluasi diberi
sertifikat.
Juga kini ada situs untuk belajar seperti www.duniabelajar.com,
pendidikan.infogue.com, math.bintangilmu.com, prothelon.com,
kompiancer.blogspot.com,, dan lain-lain.
Legalitas kebebasan seks dalam agama rekayasa (Aliran Bid'ah)
Legalitas kebebasan seks dalam agama rekayasa (Aliran Bid'ah)
Baik dulu, maupun kini, baik di kalangan politisi, strategi,
selebiriti, maupun fesyen, tercatat sejumlah tokoh-idola yang
berprilaku gay (sodomi, homo, lesbi, biseks). Mereka menghendaki
kebebasan hubungan seks seebasnya, tanpa batas, tanpa kendali, tanpa
kontrol. Hidup sebagai manusia hewani (manusia kurang ajar). Bahkan
tuntutan kebebasan yang sama sekali tak rasional (irrasional) ini,
malah gencar di tengah masyarakat yang sering dianggap paling
rasional.
Meskipun "Tidak ada tempat di Alkitab bagi semua kegiatan seks di luar
nikah", namun frekuensi free seks (perbuatan kurang ajar) semakin
meningkat. Kompleksitas seksual ini
Sering terjadi di lingkungan kewiraan, seperti akademi militer
(Tabloid BERITA BUANA MINGGU, 16 Agustus 1998, hal 3), juga di pondok
(MATRA, 6 April 1990).
Meskipun pusat-pusat studi agama bermunculan, buku-buku dan jurnal
keagamaan diterbitkan secara rutin, namun keyakinan dan praktek
keagamaan semakin menipis. Kenapa ? Apa tak ada metode dakwah yang
efektif ?
Yang subur adalah "pseudo religion", "cultic religious", yang termasuk
ke dalam New Religion Movement, agama anak muda, agama rekayasa
(KOMPAS, 19 April 1997, hal 4-5, FOKUS, 8 Maret 1994, hal 16, TEMPO,
31 Maret 1973, hal 37).
"Cultic religions" di dunia Muslim bisa muncul dengan kehadiran "Imam
Mahdi" (KIBLAT, No.19, 5-20 April 1988, hal 28-34, Tabloid ADIL,
No.49, 9-15 September 1998, hal 30). Semua ini semula berpangkal pada
doktrin pelepsan diri dari penderitaan (Sangsara, samsara) agar
tercapai nirwana (swargaloka kayangan). Dapat mencapai "Tingkat di
atas Manusia" (Makhluk Planet, Nirvana) dengan cara meninggalkan wadah
(tubuh), mulai dengan menjalani hidup membujang (selibasi) (KOMPAS,
Sabtu, 29 Maret 1997, hal 7, Applewhite, Pemimpin Sekte Pintu Surga).
Selanjjutnya dengan sistimatik ilmiyah (pseudo) diupayakan
memanipulasi ayat-ayat Kitab Suci untuk dapat fly mencapai swargaloka,
untuk dapat mengubar, melampiaskan dorongan biologis (nafsu hewani)
sebebasnya. Jadilah sepenuhnya dikendalikan nafsu birahi hewani (kasih
sayang hewani, doctrine of love, libe, libido). Di antara tokohnya
pernah terkena gangguan jiwa, berbuat sodomi dengan mahasiswanya. Di
kalangan komunitas manusia hewan, tak ada norma moral, etika, agama.
(Bks 5-2-99).
Generasi bebas tanpa batas
Kini muncul Aneka Bebas Gaul (ABG). Generasi cuek, masa bodoh. Bebas
nilai. Tanpa norma moral, etika. Tak terikat dengan tatanan nilai.
Tanpa bean moral. Tak perlu jujur, konsisten atau konsekwen. Semuanya
boleh. Tak ada larangan. Sekali waktu bisa tampil humanis. Anti
diskriminasi. Anti facis. Anti militerisme. Lain waktu bisa tampil
sadis. Anti suku. Anti agama. Anti ras.Anti golongan. Tak ada
halangan. Tak ada kendali. Serba boleh. Dunia yang diimpikan adalah
dunia tanpa suku, tanpa agama, tanpa ras, tanpa golongan. Sehingga
tidak ada perang antar suku. Tak ada diskriminasi ras. Tidak ada adu
domba antar penganut agama. Tak heran bila ada Sang Tokoh yang sangat
terpengaruh oleh Filsafat Humanisme, yang menganggap manusia itu
semuanya sama secara mutlak, baik Muslim, maupun non-Muslim, namun
bukan seorang Humanis yang adil (konsekwen), tapi berpihak pada
non-Muslim (Hidayat Nurwahid : SABILI, No.6, 6 September 2000, hal 93)
Pembedaan dikacaukan dengan perbedaan, sehingga menjadi rancu.
Kesenangannya adalah berjingkrak-jingkrak. (Kesan tulisan REPUBLIKA,
Senin, 29 Maret 1999, hal 5, "Mimpi Generasi Muda ABG"). Sebelum ini
subur berkembang "pseudo religion", "cultic religious" yang termasuk
ke dalam New Religion Movement, Agama Anak Muda, Agama Rekayasa. Semua
ini semula berpangkal pada doktrin pelepasan diri dari penderitaan
(sangsara, samsara) agar dapat mencapai "Tingkat Di atas Manusia"
(Makhluk Planet, Nirvana, Swarga Loka Kayangan) dengan cara
meninggalkan dan menanggalkan wadah (tubuh), mulai dengan menjalani
hidup membujang (Kesan tulisan KOMPAS, Sabtu, 29 Maret 1997, hal 7,
Pemimpin Sekte Pintu Surga). Yang satu berupaya memanipulasi tatanan
nilai Kitab Suci untuk dapat fly mencapai swargaloka, mengubar
dorongan biologis (doctrine of love), yang lain berupaya cuek terhadap
tatanan nilai, agar dapat bebas sebebasnya tanpa batas. Na’udzu
billahi min dezalik. (Bks 1-4-99).
Mencari Adat Basandi Syarak (ABS)
Mencari Adat Basandi Syarak (ABS)
Belakangan ini masyarakat Minang mengalami krisis identitas. Nilai
moral dan akhlak masyarakat menurun. Menurut tokoh Muhammadiyah H
Syahrudji Tatang BA, krisis identitas yang sedang dialami masyarakat
Minang saat ini lebih banyak disebabkan oleh tidak
teraktualisasikannya identitas orang Minang dalam kehidupan
sehari-hari masyarakat Minang (PADANG EKSPRES, Kamis, 11 Januari 2001,
hal 10, "Atasi, Krisis Identitas Masyarakat Minang"). "Slogan Adat
Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK) selama ini, hanya
menjadi slogan yang diucapkan pada saat bersama saja, namun tidak
diaktualisasikan dalan kehidupan sehari-hari" ujar Syahrudji..
Adat Minangkabau mencakup ideologi, pandangan hidup, kaidah umum,
norma tata-gaul orang Minangkabau.
Semula Adat Minangkabau mengacu pada ayat-ayat kauniah,
ketentuan-ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam alam.
"Yang setitik dijadikan laut, yang sekepal dijadikan gunung. Alam
terkembang dijadikan guru".
Orang diajak menyimak gejala alam. Mampu membaca arah angin yang
berkisar (punya nalauri politik). Mampu melihat kaki ular yang
menjalar. Mampu membaca yang tersirat di balik yang terusrat. Mampu
membaca situasi dan kondisi (tahu akan ranting yang akan melata. Tahu
akan dahan yang akan menimpa, tahu akan lantai yang akn menjungkat).
Mampu melacak, meramal dan memprediksi. "Everything depend on
condition time and place" (Soegiarso Soerojo : "Siapa Menabur Angin
Akan Menuai Badai", 1988:394).
Segala gejala alam, kecenderungan masyarakat, peristiwa sosial
diamati, disimak, dipelajari, diselidiki, diteliti, diobservasi,
dianalisa. Hasil penelitian dan analisa tersebut dijadikan acuan bagi
penyusunan norma tata-gaul.
Bagi peneliti manusia (antropolog), setiap peristiwa sosial (dalam
masyarakat) dapat dijadikan semacam komentator terhadap
peristiwa/kejadian lainnya.
Setelah orang Minangkabau memeluk agama Islam, maka Adat Minangkabau
berdasarkan syari’at Islam.
"Adat bersandi syarak (syari’at Islam). Syarak bersendi Kitabullah
(Qur:an)". Qur:an itulah yang jadi panduan hidup orang-seorang dan
masyarakat.
"Syarak mengata (menentukan, menetapkan). Adat memakai (melaksanakan,
menerapkan".
Nilai dasar dan substansi Adat Minangkabau tetap tak berobah, berlaku
sepanjang masa.
"Tak lapuk kena hujan. Tak lekang kena panas".
Norma yang tak termasuk dalam Adat Minangkabau, jangkauannya terbatas.
Terbatas pada tempat dan waktu (temporer).
"Cupak sepanjang betung (bambu). Adat sepanjang jalan (tak berujung)".
Dahan dan ranting (cabang dan raanting) Adat Minangkabau tumbuh
berkembang sesuai tuntutan dan kebutuhan.
"Adat berada pada pertumbuhan (perkembangan). Pusaka berada pada tempat".
Aplikasi penerapan Adat Minangkabau bisa berubah menurut tempat dan
waktu, tetapi tetap tegak pada nilai dasarnya.
"Sekali air gedang (banjir), sekali tepian (tepi kali) beralih (berpindah)".
Dasar pokok (tian utama) tata-gaul sosial-politik-ekonomi orang
Minangkabau adalah tidak aniaya, tidak culas, tidak curang.
"Kalau gedeang (besar) tidak melanda (menindas). Kalau cerdik (pintar)
tidak menjual (membodohi)".
Hubungan individu dengan masyarakat dalam Adat Minangkabau aalah
serasi, selaras, seimbang (harmonis).
"Rancak (bagus) bagi awak (diri), disetujui oleh orang".
"Sakit pada diri, sakit pula pada orang".
"Senang bagi diri. Senang pula bagi orang".
Dalam Adat Minangkabau, masing-masing punya pimpinan.
"Luhak punya penghulu. Rantau punya raja (Ajo). Kampung punya ketua
(Ketua kampung). Rumah punya tungganai (Kepala rumah)".
"Kemenakan beraja pada mamak (paman). Mamak beraja pada penghulu
(pimpinan mamak)".
Segala urusan dalam Adat Minangkabau harus menempuh jalurnya.
"Naik melalui jenjang. Turun melalui tangga".
Dalam Adat Minangkabau, masing-masing harus menjaga, memelihara ikatan
sosialnya agar tak sampai rusak.
"Dalam bersaudara, ikatan sesaudara dipelihara agar tak rusak. Dalam
berkampung, ikatan sekampung dipelihara gar tak rusak. Dalam bersuku,
ikatan sesuku dipelihara agar tak rusak. Dalam bernegeri, ikatan
senegeri dipelihara agar tak rusak".
"masing-masing saling sandar bersandar, bagaikan aur dengan teebing,
saling menguntungkan (mutual sismbioses)".
Tata-gaul dalam Adat Minangkabau adalah kebersamaan, bukan persamaan.
"Yang tua dimuliakan. Yang muda disayangi. Sesama gedang (besar)
hormat-menghormati".
Kewajiban seseorang dalam Adat Minangkabau berdasarkan kesanggupan dan
kemampuannya.
"Besar kayu, besar bahannya. Kecil kayu, kecil bahannya".
Perasaan kebersamaan itu dalam Adat Minangkabau melahirkan rasa
sehina, semalu. Serta kerja bersama.
"Seciap seperti ayam. Sedencing seperti besi. Seiikat seperti lidi.
Serumpun seperti serai".
"Berat sama dipikul. Ringan sama dijinjing".
"Sama mengayun, sama melangkah".
"Kabar baik diberitakan. Kabar buruk dikunjungi".
"Jika jauh ingat-mengingat. Jika dekat kunjung-berkunjung".
"Sedikit beri bercecah. Banyak beri berumpuk".
"Hati gajah sama dikunyah. Hati tungau sama dicecah".
"Yang tidak ada dicari bersama. Yang ada dimakan bersama".
"Mendapat sama berlaku. Kehilangan sama mendapat rugi".
"Ke bukit sama mendaki. Ke lurah sama menurun".
"Sama sakit, sama senang".
Hak seseorang dalam Adat Minangkabau diperlakukan sama dalam
kebersaman. Persamaan dalam keersamaan.
"Duduk sama rendah. Tegak sama tinggi".
Keputusan dalam Adat Minangkabau diambil secara musyawarah, setelah
mendekati kesepakatan bersama.
"kalu bulat sudah boleh digolongkan (digelindingkan). Kalau picak
9pipih) sudah boleh dilayangkan (dilemparkan)".
Saluran untuk memperoleh kesepakatan (kata sepakat) adalah dengan permufakatan.
"Bulat air dengan pembuluh, Bulat kata dengan permufakatan".
"Air bersaluran betung (bambu, buluh). Manusia bersaluran kebenaran".
Siar kesemarakan Alam Raya Minangkabau terpampang da terpancang di
mana-mana dengan adanya masjid (tempat beribadat), rumah gadang
(tempat tinggal), balai adat (tempat pertemuan), gelanggang (arena
hiburan/kreasi), tepian (tempat mandi) (sarana kebersihan, kesehatan,
ketangkasan), cupak-gantang (alat ukur), emas-perak, beras-padi,
lumbung-rangkiang, sawah-ladang, itik-ayam, kerbau-kambing,
tambak-ikan, jalan raya (sentra ekonomi pertanian, peternakan), dusun,
teratak, kepala kota, korong, kampung (sarana pemerintahan), senjata,
parit (sarana pertahanan). Semuanya ini melambangkan masyarakat yang
beragam, beragama, beradat, cerda (berilmu), aman-makmur-sejahtera
(berekonomi baik).
Kepemimpinan dalam Adat Minangkabau ditentukan oleh dukungan pendukungnya.
"Tumbuhnya ditanam. Tingginya dianjung (diangkat). Gedangnya
(besarnya) digedangkan (dibesarkan)".
Menurut Adat Minangkabau, tak ada persoalan yang tak bisa diselesaikan
(prinsip optimis).
"Tak ada kusut yang tak dapat diselesaikan. Tak ada keruh yang tak
dapat dijernihkan".
Pemimpin dalam Adat Minangkabau haruslah orang yang berjiwa besar
(bealam lapang).
"Pusat jala, timbunan kapal".
"Lubuk akal, lautan budi".
"Bagaikan air jernih dalam sayak (wadah) yang landai (ceper)".
"Bagaikan kayu (pohon) di tengah padang (rimba). Uratnya (akarnya
tempat duduk bersila. Batangnya tempat duduk bersandar. Dahannya
tempat tegak bergantung. Buahnya untuk dimakan. Airnya untuk diminum.
Daunnya untuk berlindung (kepanasan/kehujanan)".
Sedikitnya harus ada enam sifat yang harus dimiliki oleh seorang
pemimpin dalam Adat Minangkabau, yaitu : berilmu, beakal, suka memberi
petunjuk, murah dan mahal, hemat dan himat, yakin dan tawakal (Datuk
Palito : "Uraian Pepatah Adat : Elok Negeri Dek Penghulu", Limbago
Payakumbuh, 9-6-30).
Pemimpin itu harus bijaksana dalam segala urusan.
"Tepung tak terserak. Rambut tak pututs".
"Tanduknya ditanam. Daginggnya dilapah. Kuahnya dikacau".
Pemimpin harus tunduk pada alur dan patut, pada pimpinan hikmah
kebijaksanaan (kepantasan universal). Tidak boleh berbuat
sewenang-wenang.
"Kemenakan di bawah pimpinan mamak. Mamak di bawah pimpinan penghulu.
Penghlu di bawah pimpinan mufakat. Mufakat di bawah pimpinan alur dan
patut".
Alur dan patut adalah etika moral universal (akhlak karimah paripurna).
"Raja (pemimpin) yang adil disembah (diikuti titahnya). Raja
(pemimpin) yang aniaya disanggah (diganggu-gugat)".
Pemimpin itu dalam Adat Minangkabau harus siap menghadapi keluh-kesah,
kekesalan, kedongkolan, unjuk rasa bawahan.
"Penghulu (pemimpin) itu bagaikan lantai. Siap dipijak tanpa menjungkal".
"Peran (posisi) teluk untuk timbunan kapal. Peran lurah untuk timbunan
angin. Peran gunung untuk timbunan kabut. Peran pemimpin untuk
timbunan umpatan (sasaran kemarahan)".
"Gunjing dan umpatan bagi pemimpin sejati adalah bagaikan obat penawar".
Pemimpin itu harus cermat mewaspadai situasi.
"Ingat sebelum kena. Melantai sebelum lapuk".
"Ingat, kalau yang di bawah akan menimpa (menghimpit). Kalau yang
bocor (tiris) Sei bawah".
"Penghulu (pemimpin) jika kena kicuh (tipu muslihat), alamat kampung
sudah terjual (tak berharga lagi)".
"Agar suara penghulu (pemimpin) diikuti bawahan, haruslah pandai
bergaul dengan orang banayak".
"Pantang bagi penghulu (pemimpin) kusut tak akan selesai".
"Penghulu (pemimpin) harus tegak tegar menghadapi segala krisis".
"Penghulu (pemimpin) jika pecah (rusak), maka adat tak akan berdiri lagi".
"Kata dan kerja jika tak seiring, maka hilang kepercayaan anak neeri".
Dalam Adat Minangkabau terdapat pembagian tugas kepemimpinan/kekuasaan.
# Pemimpin adalah pemimpin adat, menghukum sepanjang adat, menyuruh
berbuat baik, melarang berbuat jahat. Perkataan penghulu menyelesaikan
masalah.
# Malin adalah pemimpin agama, menghukum sepanjang syarak, membedakan
halal dan haram (menjauhkan sikap cuek terhadap halal haram).
# Manti tegas berbuat, bertindak, menerima dakwaan-pengaduan,
menghukum silang selisih (silang sengketa).
# Dubalang (Hulubalang) mengawal negeri, menindak kejahatan.
Peran Adat Minangkabau dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
"Bisa digumpal sekecil kuku. Bisa dikembang sebesar alam".
Masing-masing orang dalam Adat Minangkabauberperan sesuai dengan
posisi dan kedudukannya.
"Kemenakan menyembah secara lahir. Mamak menyembah secara batin".
"Kemenakan berpisau tajam. Mamak berdaging tebal"
"Orang besar jadi besar, karena dibesarkan".
Tata-gaul dalam Adat Minangkabau antara seorang lelaki dengan anak dan
kemenakannya berdasarkan pada perimbangan keserasian, keselarasan.
"Anak dipangku (digendong, disuapi, dicukupi kebutuhan jasmani dan
rohaninya). Kemenakan dibimbing (dituntun, ditunjuki, diperhatikan
kebutuhan rohaninya)".
"Mamak bagaikan payung di kala hujan. Ayah bagaikan payung di kala panas".
Ungkapan rasa sayang disesuaikan dengan objek sasaran.
"Sayang pada anak dipecut (digebuk). Sayang pada kampung ditinggalkan
(pergi merantau)".
Hubungan pergaulan menurut Adat Minangkabau haruslah mengindahkan
keseimbangan, keserasian, keselarasan.
"Tegangnya terjela-jela. Kendurnya berdenting-denting".
"Lebih kuat surut dari pada maju".
"Semut terpijak tidak mati. Alu tertarung patah tiga".
Menurut Adat Minangkabau, setiap orang, setiap barang adalah beguna
susuai tempat, waktu dan keadaannya. Tak ada yang tak berguna.
Masing-masingya ditempatkan pada tempatnya yang sesuai.
"Yang buta penghembus lesung. Yang pekak (tuli) pelepas (penembak)
bedil (senapan). Yang lumpuh penghuni (penunggu) rumah. Yang kuat
pembawa (pengangkut) beban. Yang bodoh untuk disuruh diseraya. Yang
cerdik (pintar) lawan berunding (untuk bermufakat). Yang cerdik
(cendekia) tempat bertanya. Yang kaya tempat bertenggang (minta
bantuan)".
"Yang bengkok untuk bingkai bajak. Yang lurus untuk tangkai sapu. Yang
setapak tangan untuk papan tuai (?). Yang kecil untuk pasang sunting
(?)".
Tata-gaul menurut Adat Minangkabau mengharuskan menempatkan diri
sesuai dengan posisi, tempat, waktu, keadaan, lingkungan.
"Cupak diisi. Lembaga dituang".
"Di mana tanah dipijak, di sana langit dijunjung".
"Masuk kandang kambing mengembik, masuk kandang jawi (sapi) melenguh".
Adat Minangkabau sangat mengagungkan budi pekerti (budi bahasa).
"Tak ada yang indah selain budi. Tak ada yang elok selain bahasa".
"Bukan emas, bukan pangkat, tapi budi yang dihargai orang".
"Hutang emas dapat dibayar, Hutang budi dibawa mati".
"Agar jauh silang sengketa, perhalus budi bahasa".
"Agar pandai, sungguh berguru. Agar mulia, pertinggi budi bahasa".
Adat Minangkabau menuntut keseimbangan antara sikap merendahkan diri
dengan sikap menjaga harga-diri (muru:ah, wibawa, gezacht).
"Kalau pergi merantau, mandilah di sebelah bawah, ambillah air di seelah hilir".
"Kalau aliran air ditutup orang, batas sempadan dialih orang,
perlihatkan sikap seorang lelaki, jangan takut darah tertumpah".
"Jika dalam kebenaran, setapak jangan surut".
"Satu hilang, dua terbilang. Sebelum ajal berpantang mati".
"Menantang guru dengan ajrannya. Menantang mamak dengan petuahnya".
Malu dalam Adat Minangkabau adalah malu bersama.
"Seekor kerbau berkubang, seluruhnya kena lumpurnya. Seorang makan
nangka, semua kena getahnya".
Sanksi Adat Minangkabau yang terberat adalah kutukan masyarakat
(pengadilan rakyat).
"Ke atas tidak berpucuk. Ke bawah tidak berurat. Di tengah dilubangi
kumbang. Hidup segan, mati tidak mau".
Masyarakat Minangkabau yang melecehkan tuntunan Adatnya bisa saja
dilanda kehancuran tata sosial-ekonomi.
"Sawah kering. Tebasan hangus. Rakyat melarat. Negeri rusak". (Prof Mr
M Nasroen : "Dasar Falsafah Adat Minangkabau", Bulan Bintang Djakarta,
1971).
1
Musykilat/Syubhat
catatan serbaneka asrir pasir
Assalamu’alaikum w.w.
Mohon penjelasan perihal berikut :
Musykilat/Syubhat
Maksud/tujuan (kehendak/iradah) Allah menciptakan manusia (dan juga
jin) adalah agar mereka mengabdikan diri kepadaNya (Simak QS 51:56).
Dan Allah Mahakuasa untuk dapat mewujudkan kehendak/iradahNya (Simak
QS 11:108, 22:14). Untuk apa lagi Allah menciptakan surga dan neraka ?
Apa maksud/tujuan Allah menciptakan Nabi Isa tanpa bapak ? (Simak QS
3:47). Apa maksud/tujuan Allah mengangkat Nabi Isa kepadaNya ? (QS
3:55).
Apa maksud/tujuan Allah menidurkan penghuni gua (ashhabul kahfi)
selama 309 tahun ?(Simak QS 18:25).
Apa maksud/tujuan Allah baru melepaskan bani Israel dari
cengkeraman/penindasan Fir'aun setelah ratusan tahun ? (Simak QS
26:16-22).
Apa hikmahnya ?
Apa hikmahnya dalam alQuran terdapat hal-hal yang berupa seolah-olah
teka-teki, berupa mutasyabihat, padahal dinyatakan bahwa dalam alQuran
itu yang ada hanyalah yang pasti, yang tak diragukan, yang tak
debatable. Misalnya tentang jumlah ahlul kahfi, jumlah pemuda yang
bersembunyi di gua, apakah tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan
dengan anjingnya (QS 18:22). Tentang sosok DzulQarnin (QS 18:82),
Yakjuj wa Makjuj (QS 18:94), Luqman (QS 31:12), mertua Nabi Musa (QS
28:27), malam qadar (QS 97:3), kadar/lama satu tahun (QS 32:5, 70:4),
tempat nabi Isa (QS 3:55, 4:158), makna senggol/lamas (QS4:42, 5:6),
penyebutan budak (ma malakat aimanuhum) dalam sejumlah ayat (antara
lain dalam QS 23:6, 70:30) ?
Mecari Persepsi (Wacana) tentang misi Islam
1. Terkait akhir ayat QS 5:3, apakah misi Islam sudah selesai, sudah
berakhir ketika dinyatakan bahwa agama Islam sudah lengkap, sempurna ?
2. Terkait ayat QS 9:33, 61:9, apakah misi Islam sudah selesai, sudah
berakhir, ketika agama Islam sudah merata di seluruh jazirah Arab,
sudah tak ada lagi kaum musyrik ?
3. Terkait ayat QS 9:28, dan tafsirnya (dalam “Tafsir AlAzhar”, X:162,
XXVIII:68,181), apakah kaum musyrik itu sebatas kaum kafir Quraisy
pada masa Rasulullah saw ?
4. Terkait gambar/lukisan surga dalam Quran, apakah misi Islam
terbatas untuk penghuni jazirah Arab masa lalu (“Idiom tentang surga
berdasarkan kepada konteks pengalaman budaya masyarakat Arab pasti
berbeda dengan ‘idiom surga’nya orang Jawa”, kata Emha Ainun Nadjib,
dalam “Surat Kepada Kanjeng Nabi”, Mizan, Bandung, 1997:392) ?
Terima kasih.
Wassalam.
(written by sicumpaz@gmail.com at BKS1107121900)
Revolusi atau Evolusi
catatan serbaneka asrir pasir
Revolusi atau Evolusi
“Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (QS 13:11; simak
juga QS 8:53). Tuhan tidak akan merobah keadaan mereka selama mereka
tidak merobah sebab-sebab kemunduruan mereka (catatan kaki 768,
“AlQuran dan Terjemahnya”, Depag RI, 1993).
Perubahan masyarakat (social change) umumnya dengan tiga ragam/macam
pendekatan, yaitu konservatif, reformatif dan radikal (Simak
ALMUSLIMUN, No.199, Oktober 1986, hal 69-73; No.267, Juni 1992, hal
83-84). Ada perubahan secara evolusi, reformasi, revolusi.
Menurut Nani Wisono, bahwa Revolusi Islam itu disebut dengan “Tsaurah
Islamiyah”, memadukan pengertian taghyir dan inqilab secara
menyeluruh. Mengacu kepada ayat 110:1-3, maka “Kemenangan kaum beriman
hanya akan tercapai dengan pertolongan Allah” (Simak tulisannya “Jalan
Revolusioner Menuju Kemenangan”, ALMUSLIMUN, Bangil, No.267, Tahun
XXIII (39), Juni 1992, hal 80-88). Dalam kontek kekinian, Revolusi
Islam itu merupakan padanan Jihad Global.
Terminologi/pengertian revolusi itu sendiri masih bersifat debatable.
Tan Malaka menyebutkan bahwa revolusi itu baru timbul karena ada
krisis, ketika ada pertentangan antara pihak Yang Lama yang tak
sanggup lagi mengatur dengan pihak Yang Baru yang sudah siap
menggantikannya (Simak “Dari Penjara Ke Penjara”, III, Jogyakarta,
1948, hal 34). Ir Soekarno juga sejalan dengan Tan Malaka memandang
bahwa revolusi itu tool and retool, membongkar/mendobrak Yang Lama dan
membangun Yang Baru.
Umat Islam diseru agar tidak berpangku tangan dalam menyikapi
kezaliman (ketidakadilan, kecurangan), tetapi harus proaktif berusaha,
berikhtiar untuk mengubahnya dengan mengamalkan ayat QS 13:11. Bisa
dengan kekuatan kekuasaan, kemampuan bicara/diplomasi, setidaknya
dengan keyakinan- ideologi. Siap memikirkan, melaksanakan cara yang
tepat sasaran untuk menumpas kezhaliman (tirani, thagut) apakah perlu
revolusi atau evolusi ? (Simak SUARA MUSLIM, Bekasi, Edisi
30-Thn.2011M/1432H, hal 24-25, “Evolusi atau Evolusi ?”, oleh Asdani
[Ahmad Salimin Dani MA, Ketua DDII Bekasi ?]).
Diantara contoh revolusi disebutkan antara lain Revolusi Industri
(Inggeris), Revolusi Borjuis Perancis (1787-1800), Revolusi Komunis
Rusia (1917-1921), Revolusi Cina (1911-1949), Revolusi Islam Iran,
Revolusi Islam Kartosoewirjo. Sedangkan evolusi seperti Evolusi
Ikhwanul Muslimin Mesir, Evolusi Abul A’la alMaududi, Evolusi Mohammad
Natsir, dan lain-lain.
Perubahan dari jahili/sekuler ke Islam berangkat dari perubahan
akidah, dari syirik ke tauhid, bukan dari sentimen nasionalisme, atau
sosialisme, atau moralisme, bukan dengan mengibarkan panji-panji
nasionalisme, sosialisme, moralisme. Sayid Quthub dalam bukunya
“Petunjuk Jalan” (Metode Revolusi ?) menyebutkan bahwa Islam itu
berangkat dari fiqhul aqidah-ideologis, bukan berangkat dari fiqhul
waqi’-realitas. Islam mulai langkahnya dengan mengobarkan revolusi
akidah, bukan dengan mengobarkan revolusi nasionalis, atau sosialis,
atau moralis (Simak “Petunjuk Jalan”, Bab II : Wujud Metode Qurani).
Abul A’la alMaududi juga berpandangan bahwa perubahan sistem dari
jahili sekuler ke Islami haruslah dimulai dengan revolusi akidah
secara alami dan menyeluruh (Simak antara lain “Metoda Revolusi
Islam”, “Kemerosotan Ummat Islam dan Upaya Pembangkitannya”, “Sejarah
Pembaruan dan Pembangunan Kembali Alam ikiran Agama”).
Mengacu pada kisah dakwah para Nabi, seperti Nabi Nuh, Hud, Shaleh,
Ibrahim, Luth, Syu’aib, Musa, Isa, Muhammad saw, maka dakwah itu
berupa revolusi akidah, revolusi pola piker, revolusi sikap mental.
Dakwah itu menyeru, mengajak semuanya merubah akidah, pola pikir,
sikap mental dari jahili sekuler ke Islam , minaz zhulumaat ilan nuur.
Tak ada seruan/ajakan untuk memberontak, mengambil alih kekuasaan.
Juga tak ada seruan/ajakan untuk menghabisi lawan. Dalam kontek
kekinian tak ada seruan/ajakan untuk menumpas, membasmi, menghabisi
kau Yahudi, Nasrani, Majusi, Syi’ah, Khawarij, Mu’tazilah, Ahmadiyah,
dan firqah/sekte masa kini (Simak antara lan ayat QS 16:125, 2:256,
18:29, 2856).
Jihad dengan pengertian perang fisik (qital) hanya dilakukan terhadap
penghalang jalannya dakwah. Selama tidak menghalangi jalannya dakwah,
maka posisi mereka hanya sebagai lawan/musuh dalam akidah yang
merupakan umat dakwah. Mereka dilawan dalam perang akidah, ghazwul
fikri. Dalam ghazwul fikri inilah tempatnya Jihad Global (Revolusi
Islam).
Perubahan dari jajahan ke merdeka yang dikobar-kobarkan Soekarno
melalui Pancasila (sinkretisasi nasionalisme, demokratisme,
sosialisme, humanisme, ketuhanan seperti Khams Qanun
Freemasonry/Zionis) (Simak RISALAH, No.10, Th.XXII, Januari 1985, hal
54-55, “Plotisma, apa itu ?”).
Cara yang ditempuh untuk Islam Merdeka berbeda-beda. Ada yang menempuh
jalur parlementer-konstitusional seperti M Natsir dan tokoh-tokoh
partai Masyumi dan lain-lain. Ada pula yang menempuh jalur perjuangan
suci (jihad fi sabilillah ?) seperti Kartosoewirjo dengan DInya (Simak
Al-Chaidar : “Pengantar Pemikiran Politik Proklamator NII SM
Kartosoewirjo”, Darul Falah, Jakarta, 1999, hal 92).
Dr Yusuf Qardhawi menyebutkan empat jalur/jalan untuk merealisasikan
Ideologi Islam (Islam Ideologis ?) : melalui jalur Dekrit Pemerintah
(Parlementer-Konstitusionail ?), melalui jalur Kudeta Militer (Jihad
Fi Sabilillah ?), melalui jalur Pendidikan dan Bimbingan (Dakwah wa
Taklim ?), melalui jalur Pengabdian masyarakat (Aksi Sosial ?) (Simak
“AlHulul alIslamy”, 1998, hal 178-273).
Ir Haidar Baqir (Direktur Mizan Bandung) menyebutkan empat tipe
strategi Islamisasi : jalur modernism, jalur radikalis kompromistis
evolusionisme, jalur radikalis kompromistis revolusionisme, jalur
radikalis non-kompromistis (Simak PANJI MASYARAKAT, No.521, No.498,
hal 35-37).
Menurut pemikiran SM Kartosowirjo untuk mengusung ide Negara Islam
menjadi fakta haruslah mengacu pada proses terentuknya masyarakat
Islam pada masa Rasulullah saw. Pada masa itu, etnis, budaya, agama,
bahasa sangat beragam (majemuk, pluralis) (Simak Al-Chaidar, hal 63).
Disebutkan bahwa : “Tidaklah akan jadi baik akhir dari umat ini,
melainkan dengan kembali kepada apa yang membaikkan umat yang dahulu”
(Simak Prof Dr Hamka : “Tafsir AlAzhar”, juzuk II, Pustaka Panjimas,
Jakarta, 1983, hal 81: Syaikh Mushthafa alGhalayaini : “AlIslam Ruh
alMadaniyah”, Beirut, 1935, hal 60).
“Sungguh telah jelas jalan yang benar dari jalan yang sesat” (QS
2:256). Sangat berbeda antara Islam (jalan selamat) dengan
Sekuler/Jahili (jalan sesat). Politik Islam berbeda, tak sama dengan
politik sekuler/jahili. Negara Islam itu beda, tak sama dengan Negara
Sekuler/jahili. Islam mengacu pada Quran dan Hadits. Piranti lunaknya
(softwarenya) adalah Quran dan Hadits. Sedangkan sekuler/jahili
mengacu pada hawahu (selera, nafsu, syahwat, kesenangan, kemewahan,
kemegahan, kekuasaan, ketenaran).
Negara Islam (Darul Islam, Daulah Islamiyah, Khilafah Islamiya,
Baldatun Thaiyabatun wa Rabbun Ghafur) membutuhkn seorang pemimpin
(wali, amir, imam) yang harus ditaati, yang tidak menyimpang dari
garis haluan alQuran dan alHadits (Simak Al-Chaidar, hal 216).
Sosok Imam, Imam Mahdi (Imam yang memperoleh petunjuk) haruslah
memiliki pengetahuan yang luas tentang masalah-masalah kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara, memiliki pemikiran politik yang
cemerlang, memiliki kemahiran dalam strategi militer, mencakup
cendekiawan, negarawan, ahli strategi ulung (Simak Abul A’la alMaududi
: “Sejarah Pembaruan dan Pembangunan Kembali Alam Pikiran Agama”, Bina
Ilmu, Surabaya, 1984, hal 58-60, “Imam Mahdi”).
Disamping unsur Imam ada lagi unsur Makmum, warganegara. Warganegara
dalam Negara Islam haruslah Islam minded. Memiliki rasa cinta seta
(mahabbah) kepada Allah swt dan kepada Rasulullah saw. Siap
mengabdikan diri kepada Allah swt. Sekaligus Islam Ideologis, Islam
Politis. Di Indonesia, sejarah mencatat bahwa jumlah kursi kelompok
Islam dalam parlemen tahun 50-an hanya 23%. Dan kemudian meningkat
naik menjadi 43,5% dari hasil pemilu 1955. Dan selanjutnya dari setiap
pemilu ke pemilu tampak jelas penurunan prosentase kelompok Islam. Ini
berarti Umat Islam Indonesia sama sekali tak siap dengan Negara Islam
Indonesia, tak siap memiliki sikap “tegas terhadap lawan dan santun
terhadap lawan” (Simak QS 48:29).
Biang Kehancuran
Rasulullah saw mengingatkan "Tslaatsun munjiyaat : khsyyatu LLah fis
sirri wal 'alaniyah, wal 'adlu fir ridha wal ghadhab, wal qashdu fil
faqri wal ghina. Tsalatsun muhlikaat : hawaa muttaba', wa syuhhun
muthaa', wa i'jaabul mar-i bi nafsih". Tiga hal yang membuat kejayaan
: Takut kepada Allah dalam sunyi dan terang, adil dalam keadaan suka
dan marah, sederhana ketika miskin dan kaya. Tiga hal yang
mencelakakan : Memperturutkan nafsu, mengikuti kekikiran, terpesona
dengan diri sendiri.
Itulah tiga pokok sikap menatal yang menjadi biang kehancuran yang
harus diwaspadai.Dengan kata lain, bila ajaran Islam diabaikan,
apalagi ditinggalkan, maka kehancuran yang akan terjadi. Bisa
kehancuran fisik, moral, budaya, sosial, ekonomi, politik.Bisa timbul
rasa ketakutan, bisa berkurang rizqi, bisa terjadi [pertupahan darah,
bisa dikuasai musuh, dan lain-lain.
Islam mengajarkan supaya bisa selamat hendaklah berpegang teguh
Kitabullah dan Sunnah Rasulnya. Sesuaikan sikap mental dengan tuntunan
Allah dan RasulNya.
Akademisi memperkenlakan/mengajarkan agar menerapkan konsep SWOT
analysis (Strength-Weakness-Opportunity-Threat) dilanjutkan dengan
konsep SOAR (Strengths-Opportunity-Aspiration-Result). Mulai dengan
mengnalisis/mengaca/memahami kelemahan (weakness) dan menghitung
risiko/ancaman/rintangan/hambatan (threat), setelah itu
mengidentifikasi dan memfokuskan kekuatan (strength) dan
kesempatan/peluang (opportunity), kekuatan diri (strength) untuk
meraih hasil (result).
Hasil (result) yang diharapkan oleh umat Islam adalah menjadi umat
unggulan. Umat unggulan (dunia akhirat) adalah umat muttaqin, mukmin,
muflihun, yang tak "fi khusrin", yang mendapat "ajrun gharu mamnun".
(written by sicumpaz@gmail.com at BKS1108180730)
catatan serbaneka asrir pasir
Dilematika/problematika penegakan syari’at Islam (analisa sikon umat Islam)
Treath/kendala/rintangan/hambatan bagi tegaknya syari’at Islam :
- Konspirasi/persekongkolan Yahudi-Nasrani internasional untuk
melenyapkan, mengenyahkan, mnghancurkan, menumpas Islam (Simak antara
lain QS 2:120).
- Maraknya penyebaran ajaran, alaaairan, paham Jahili Sekuler,
hubuddunya wa karihatul mauat, rakus dunia dan takut pada resiko
(Simak antara lain QS 45:23-25).
- Ketiadaan ulama waritsatul anbiya’, kelemahan pemahaman ulama
terhadap ideology, politik, ekonomi, social, budaya Islam.
Menjamurnya, melimpahnya ulama seleberitis, berpaham jahili sekuler,
hubbud dunya wa karihatul maaut, rakus akan dunia dan takut pada
resiko.
- Labelisasi teroris terhadap penegak syari’at Islam.
- Maraknya penyusupan, infiltasi musuh-musuh Islam dengan menggunakan
atribut, symbol, terminology, identitas Islam.
- Gampangnya muncul situasi konflik. Umat Islam sangat deman (senang)
punya lawan. Kalau ada musuh mereka bersatu. Bila musuh tak ada lagi,
mereka mencari musuh di kalangan sendiri (M.Natsir, simak SUARA
MASJID, No.144, 1 September 1986, halaman 4-5, Editorial).
Dalam golongan Muslimin menular penyakit yang sangat berbahaya, yaitu
: perselisihan, persengketaaan danperbantahan antar sesame (Moehammad
Moe’in : “Sedjarah Peperangan Salib”, Islamiyah, Medan, 1936, halaman
5) (Simak antara lain QS 8:46).
Perpedahan umat (dalam ideologi dan politik) adalah penghalang
turunnya pertolongan Allah. Sunnatullah menetapkan bahwa yang kuat
mengalahkan yang lemah (Simak HR Muslim dari Tsauban tenang Qadha dan
Qadar, antara lain dalam “Zaadul Ma’ad” Ibnul Qaiyim, jilid I, halaman
90; “Bersihkan Tauhid Anda Dari Noda Syirik”, oleh Muhammad bin Abdul
Wahhab, terbitan Bina Ilmu, Surabaya, 1984:82-84; HR Ahmad dalam
“Tafsir Ibnu Katsir”, jilid V, halaman 144).
Weakness/Kelemahan penegakkan syari’at Islam :
- Lemahnya kesadaran beragma dari umat Islam.
- Lemahnya pemahaman agama umat Islam secara intergatif.
- Terserang/terjangkit virus jahili sekuler (Hubbud dunya wa karihatil
maut, rakus akan dunia dan takut pada resiko).
- Tak memiliki media informasi/komunikasi alternative, yang dapat
menyuarakan aspirasi umat Islam dan yang dibiayai oleh dana umat Islam
sendiri.(Simak juga Farid Ahmad Okbah, Ma : "Hidup hanya Sekali,
jangan Salah jalan", Perisan Quran, jakarta, 2011, hal 108)
Opportunity/peluang/kesempatan tegaknya syari’at Islam :
- Lembaga dakwah dan ormas Islam yang konsisten mendakwahkan tegaknya
syari’at Islam.
- Sarana penerangan/komunikasi yang dapat digunakan sebagai sarana dakwah.
Strenth/kekuatan/potenti bagi tegaknya syari’at Islam :
- AlQur:an dan AlHadits sebagai landasan ideologis.
- Khazanah pemikiran ulama Islam pada masa lalu.
- Warisan/peninggalan sejarah umat Islam masa lalu.
- Populasi umat Islam yang cukup diperhitungkan. Bahkan identitas, dan
nama Islam sendiri masih menggentarkan, menciutkan nyali musuh-musuh
Islam.
- Masjid, mushalla sebagai sarana/tempat pembinaan/penggemblengan umat
Islam. (Simak INTHILAQ, No.3, Thn.II, 4 Maret 1994)
Konsep SOAR
Dulu diperkenalkan konsep SWOT analysis
(Strength-Weakness-Opportunity-Threat). Menganalisis kelemahan
(wakness) dan menghitung risiko/ancaman (threat) itu diperlukan. Lebih
penting lagi dari itu adalah mengidentifikasi dan memfokuskan kekuatan
(strength) dan peluang (opportunity).
Kini diperkenalkan konsep SOAR
(Strengths-Opportunity-Aspiration-Result). Konsep ini beroriemtasi
“appreciative inquiry”, yaitu menghargai dan menggali hal-hal yang
positf dan kekuatan (strength) yang terlihat maupun tersembunyi.
“Allow your thoughts to take you to heights of greatness”. Dengan pola
pikir ini, berobsesi terhadap aspirasi (aspiration) dan kesempatan
(opportunity) sehingga hasil (result) terpenuhi optimism (Simak Eileen
Rachman & Sylvina Savitri : “Mentalitas Elang”, KOMPAS, Sabtu, 6
Agustus 2011, hal 33, “Klasika : Karier”).
(written by sicumpaz@gmail.com at BKS1107280815)
Berjama'ah
catatan serbaneka asrir pasir
Berjama'ah
Islam menyuruh umatnya agar melakukan ta'awun, bekerjasama,
bersama-sama, beramai-ramai, berjama'ah, berkolaborasi secara kolektif
untuk melakukan hal-hal yang baik, yang makruf, yabng disuruh. Dan
melarang melakukan ta'awun, bekerjasama, bersama-sama, beramai-ramai,
berjama'ah secara kolektif untuk melakukan hal-hal yang tercela, yang
munkar, yang terlarang, perbuatan dosa. "Dan tolong-menolonglah kamu
dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong
dalam berbuat dosa dan pelanggaran" (QS 5:2).
Di antara perbuatan yang baik aalah beriman kepada yang lima,
bershalat, bersabar, berinfak kepada enam mustahik, berzakat, menepati
janji (Simak QS 2:177, 4:36), bersyukur (Simak QS 14:7), melakukan
tha'at, beri'tiba, menyeru kepada kebaikan, menyuruh melakukan yang
makruf, mencegah berbuat munkar (Simak QS 3:104), berlaku adil (Simak
QS 16:90), menunaikan amanah (Simak QS 4:58), dan lain-lain.
Berjama'ah berbuat kebakan mengundang rahmat, berkah, kasih sayang
Allah. "Jikalau sekianya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa
pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan
bumi" (QS 7:96). "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan
menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengikngkari (nikmatKu),
makqa sesungguhnya azabKu sangat pedih" (QS 14:7) (Syukur bermakna
produktif ?).
Di antara prbuatan dosa adalah perbuatan keji (jorok, cabul, mesum,
porno, fahsya), mengurangi UTT (Ukuran, Takaran, Timbangan), menolak
hukum dengan Kitab Allah, menyalahgunakan wewenang/kekuasaan,
menyia-nyiakan amanat/kepercayaan, berteriak-teriak di masjid,
menyerahkan pimpinan pada yang berbudi rendah, mabuk-mabukan,
dansa-dansi, diskotik, meninggalkan yang disuruh, melakukan yang
dilarang, menuruh berbuat munkar, mencegah berbuat makruf, berbuat
maksiat, berbuat munkar, dan lain-lain (Simak Hadits-Hadits dalam
Irsyadul 'Ibad", pasala "Mengurngi Timbangan, Sukatan, Ukuran", pasal
"Khiyanat").
Berjama'ah berbuat dosa, maksiat, mukar, tindak kriminal mengundang
siksaan kolektif. "Dan peliharalah dirimu daripada siksaan yang tidak
khusus menimpa orang-orang yang zhalim saja di antara kamu" (Simak QS
8:25).
Kekayaan alam Indonesia melimpah ruah merupakan anugerah Allahg Tuhan
Yaaaang maha Esa. Kewajiban berjama'ah untuk mensyukuri nikmat
anugerah Allah tersebut dengan memanfa'atkannya untuk kesejahteraan,
kemakmuran bersama, bukan hanya untuk kepentingan segelintir orang
saja, apalagi untuk kesejahteraan neo kolonialis imperialis.
(written by sicumpaz@gmail.com at BKS1111261230)
Masalah Tenaga Kerja dalam Islam
catatan serbaneka asrir pasir
Masalah Tenaga Kerja dalam Islam
Abul A'la almaududi menyebutkan bahwa, Islam tidak mewajibkan kepada
pemerintah/negara untuk menyediakan bagi individu-individu
warganegaranya, karena yang demikian itu tidak mungkin ("Dasar-dasar
Ekonomi Dalam Islam Dan Berbagai Sistem Masa Kini", AlMa'arif,
Bandung, 1980, hal 112).
Berbeda dengan itu, Muh Quthub menyebutkan bahwa " pemerintah/negara
berkewajiban menyediakan lapangan kerja bagi setiap orang yang mampu"
("Jawaban Terhadap Fikiran Barat Yang Keliru Tentang AlIslam",
Diponegoro, Bandung, 1981, hal 123, 120-121).
Prof Dr Syaikh Mahmoud Syaltout menyebutkan bahwa"semua manusia
dianjurkan/diwajibkan bekerja, diberi petunjuk di bidang-bidang
perdagangan, perinduterian, pertanian dan dilarang menjadi penganggur
serta meremehkan soal-soal rohaniah dalam hidup ini" (Islam Sebagai
Aqidah dan Syar'iyah", Bulan Bintang, Jakarta, 1969, hal 141;
"Al-Islam : 'Aqidah wa Syar'iyah", darul Qalam, 1966, hal 304).
Sayyid Quthub menyebutkan bahwa "Islam mendorong orang untuk menjadi
kaya dengan jalan bekerja, dan menjadikan suatu kewajiban bagi
masyarakat untuk terlebih dahulu menyediakan lapangan kerja bagi semua
individu yang memerlukannya" ("Keadilan Sosial Dalam Islam", Pustaka,
1994, hal 190).
Kewajiban menyediakan lapangan kerja bagi para fuqara ini apakah
merupakan suatu Fardhu Kifayah atas para aghniya, orang kaya ? Sampai
kini belum ditemukan pembahasan tenang itu dari para Fuqaha, para
Akademisi. Orang yang mempunyai kekeyaan lebih dari satu nisab, lebih
dari senilai 100 gram mas termasuk kriteria golongan kaya.
Pembahasan tentang tenaga akerja dalam literatur Islam lebih terfokus
pada pembahasan perlindungan hak buruh (Simak antara lain Dr Musthafa
asSiba'i : "Sistim Masyarakat Islam", AlHidaayah, Jakarta, 1987, hal
169-180).
Bekasi kembali jadi berita
catatan serbaneka asrir pasir
Bekasi kembali jadi berita
Beberapa waktu yang lalu (Agustus 2010) Bekasi membentuk KUIB (Komite
Umat Islam Bekas). KUIB dharapkan agar dapat merintis Bekasi
(Cikeuting, Mustika jaya) menjadi Pusat Gerakan Dakwah Islam. Kini
Bekasi (Kampung Sawah, Pondok Melati) disanjung sebagai Proyek
Percontohan Kerukunan. Disebutkan bahwa di sana dapat ditemukan potret
kehidupan beragama yang mengedepankan toleransi dan kebersamaan.
Suasana damai dan saling menghargai sudah berlangsung ratusan tahun di
sana. Di Sana berdiri megah Gereja Katolik Santo Servatius yang sudah
berusia 115 tahun. Sekitar berjarak 100 meter berdiri megah Masjid Fi
Sabilillah dan Gereja Protestan Pasundan. Tempat ibadah juga digunakan
untuk tempat warga berembuk membicrakan berbagai persoalan masyarakat.
Di sana berbaur secara harmonis warga dari berbagai etnik seperti
Jawa, Sunda, Betawi, Flores dan batak. Kampung Sawah dnlai sebagai
potret ideal kerukunan umat beragama di Indonesia. Apa yang berkembang
di kampung ini diharapkan oleh PUB (Paguyuban Umat Beragama) Melati
Mandiri bisa ditlarkan ke kawasan lain di seluruh Tanah Air (KORAN
JAKARTA, Senin, 21 November 2011, hal 2, "Kampung Perconytohan
Kerukunan"). Silakan simak juga kerukunan di Tapanuli, Minahasa,
Ambon. Dan bgaimna pula dengan Bali, Toraja ?
(written by sicumpaz@gmail.com at BKS1111271615)
Marxisme
catatan serbaneka asrir pasir
Marxisme
Filsafatnya merupakan Materialisme yang dibelat-belitkan dengan
ajaranajaran Hrgel, A Comte dan Feurbah. Pandangannya tentang
masyarakat terpengaruh oleh sosialisme Inggeris dan Perancis di masa
1830-1850. Teori nilai lebihnya berdasarkan teori nilai kerja Ricardo.
Pandangannya tentang masyarakat dan sejarah disebut Materialisme
historis, materialisme dialektis.
Menurutnya segala paham, pengertian, ideologi, agama, hukum, etika
dsb, merupakan bayangan semata-mata dari keadaan materil di suatu
masyarakat. Produksi diorganisasikan sesuai dengan hukum hak-milik di
dalam masyarakat. Masyarakat senantiasa berubah-rubah. Sasarannya
terwujudnya masyarakat sempurna, swargaloka. Nilai lebih adalah
selisih antara produktivitas (hasil) kerja buruh yang dinikmati oleh
penguasaha (kapitalis) dengan upah buruh yang diterima oleh buruh itu.
(Simak Drs AWJ Tupannno : "Pelajaran Ekonomi dan Koperasai", jilid I,
1981:137).
Marxisme merupakan himpunan, campuran dari atheisme dan materialisme
Feurbach, Dialetika Hegel, Evolusi Darwin, Hak Milik Proudhon, Nilai
Lebih Riardo. Ekonominya berdasar pada teori klassik Inggeris. Teori
bunga tanahnya didasarkan pada teori Ricardo. Teori pemelaratannya
dari teori upah Ricardo, Malthus. Dialektikanya berasal dari Hegel.
Politiknya berdiri diatas Revolusi Perancis : Liberte, Egalite,
Fraternite. Sosialis berasal dari Saint Simon, Fourier, Owen, Kant,
Fichte, Hegel. (Mohammad Hatta : "Ajaran Marx atau Kepintaran Sang
Murid Membeo ?", Bulan Bintang, Jakarta, 1975:25-26).
Adam Smith mengkritik Merkantilisme. karl Marx menyerang Kapitalisme.
JM Keynes menyorot doktrin "laiser faire", yang menghendaki turunnya
tingkat bunga ke suatu titik yang memungkinkan terseraapnya tenaga
kerja, terciptanya kesepatan kerja penuh dengan tingkat upah yang
mencukupi KLH (Kebutuhan Hidup Layak) (Full Employment Theory)
(Tupanno, idem).
Kapitalisme berhasil meramu sifat-sifat dasar manusia
(ego/self/ananiyah, hawa/nafsu/syahwat/keinginan/wants/needs/interest,
akal/pikiran/mind) untuk kepentingan pribadi (ego-centred human
nature). Dengan cara ini kapitalisme berhasil dikembangkan melalui
profit-driven capitalism dan pleasue (utility) driven consumers yang
menjadi basis rasionalitas kapitalisme. (Majalah SHARING, Edisi 44 Thn
IV Agustus 2010, hal 10-11, "Ekonomi Fitrah").
(written by sicumpaz@gmail.com at BKS1111280600)
Tak ada Negara Islam ?
catatan serbaneka asrir pasir
Tak ada Negara Islam ?
Sejak puluhan tahun yang lalu, dengan segenap dana, daya, upaya,
secara sistimatis-terencana, kita begitu gigih, bersemangat meyakinkan
umat ini, bahwa “Islam Yes, Partai Islam No”, bahwa “Islam Yes, Negara
Islam No”. Bahwa di dalam Qur:an dan Sunnah tidak ada perintah untuk
“mendirikan Negara Islam”. Bahwa Qur:an dan Sunnah tidak pernah
memberikan tuntunan rinci tentang struktur institusi negara, meskipun
diakui di dalamnya terdapat tuntunan etik kehidupan bernegara dan
berpemerintahan.
Kita begitu asyik menelan teori politik Ali Abdul Raziq yang dimamah
dari kelompok minoritas Najadah dari Khawarij, dan Hatim bin Al-Asim
dari Mu’tazilah. Dengan kegigihan terebut, kita dapat berbanga dan
bergembira ria bahwa kini Islam sudah terpisah (tersingkir) dari
politik/negara. Seluruh orospol menundukkan diri pada Asas Pancasila.
Bagaimanapun, setiap orang yang mengerti akan Islam, baik ia Ulama
ataupun Orientalis sekalipun, pasti tahu, bahwa Islam itu adalah
tunduk patuh akan aturan Allah. Islam itu menuntut ketundukan,
kepatuhan, keta’atan secara mutlak kepada aturan Allah, baik dalam
hidup perorangan (individual), bermasyarakat (social) maupun dalam
hidup berpemerintahan dan bernegara (politik). Islam menuntut Namruz,
Fir’aun, Abu Jahal, Abu Lahab, Abu Sufyan, agar mau diatur, ditata
dengan aturan, hukum Allah, dan bukan mau mengatur hukum Allah.
Kenapa kita begitu bersemangat bersilat kata menyatakan baha tidak
ada negara Islam itu dalam Quran dan Sunnah, bahwa di dalam Qur:an dan
Sunnah tidak ada perintah untuk mendirikan Negara Islam. Kenapa ? Ya,
kenapa ? Kenapa kita tak pernah punya semangat meyakinkan umat ini
bahwa di dalam konstitusi UUD-45 tidak ada kata Pancasila, bahwa para
perancang UUD-45 (Bada Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan)
tak pernah tertarik akan usulan Ir Soekarno yang senang dengan
simbolik angka itu untuk member nama dasar negara dengan Pancasila
berdasarkan petunjuk seorang ahli bahasa.
Bahwa di dalam UUD-45 tidak ada perintah yang mengharuskan orospol
berasaskan Pancasila, bahwa UUD-45 tidak pernah memberikan rincian
tentang apa yang disebut dengan butir-butir Pancasila itu. Kenapa kita
tak punya hujah, argumentasi dalam hal Pancasila ? Dan kenapa kita
begitu sarat hujah, argumentasi dalam hal Islam ? Bahwa tak ada negara
Islam. Kenapa ? Ya, kenapa ?
“Katakanlah : Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu
kebenaran (Al-Qur:an) dari Tuhanmu, sebab itu barangsiapa yang
mendapat petunjuk maka sesungguhnya (petunjuk itu) untuk kebaikan
dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang sesat, maka sesungguhnya
kesesatannya itu mencelakakan dirinya sendiri. Dan aku bukanlah
seorang penjaga terhadap dirimu” (QS 10:108).
“Maka karena itu serulah (mereka kepada agama Islam) dan tetaplah
sebagaimana diperintahkan kepadamu dan janganlah kamu mengikuti hawa
nafsu mereka dan katakanlah : Aku beriman kepada semua Kitab yang
diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya berlaku adil di antara
kamu. Allah-lah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Tidak ada pertengkaran
antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepadaNya
kita kembali” (QS 42:15).
Terserah pada kita. Apakah kita akan masih tetap bersikukuh
meyakinkan umat ini bahwa tidak ada perintah dalam Qur:an dan Sunnah
untuk menata, mengatur kehidupn bersama, bermasyarakat, bernegara,
berpemerintahan dengan aturan, hokum Allah ?
(written by sicumpaz@gmail.com at BKS000214900)
Langganan:
Postingan (Atom)