Sabtu, 02 Mei 2009

Tak ada kebebasan tana batas

Tak ada kebebasan tanpa batas

Di duunia manusia tak ada kebebasan hewani, bebas berbuat seperti hewan. “Dalam hidup bermasyarakat, tidak ada yang namanya kebebasan mutlak. Yang ada hanyalah kebebasan nisbi yang bersifat terbatas dan sementara. Ini pun selama orang lain tidak terganggu. Satu-satunya jalan untuk mendapat kebebasan yang benar-benar mutlak adalah dengan pergi ke suatu tempat yang tidak dihuni oleh manusia barang seorang pun Di sinilah bisa berbat sebebasnya. Silakan ke sana” (Prof Mutawalli asySya’rawi seperti dipetik oleh Muhammad alMusnid dalama bukunya “Dulu Maksiat, Sekarang Tobat”, 1998:14).

Di dunia demokrasi tak ada kebebasan bagi komunisme, bagi anti demokrasi. Demokrasi tak dapat mentolerir komunisme dengan pemilihan yang demokratis. “Kita – kata Bertrand Russel – menyatakan mengant demokrasi, akan tetapi sekaligus kita juga berkata bahwa kita tak dapat mentolerir komunis, sebab kita khawatir akan kekacauan yang akan kita hadapi di masa depan. Sebenarnya hal ini adalah penyelewengan, tetapi hal ini bukanlah barang baru lagi “ (Khurshid Ahmad : “Islam lawan Fanatisme dan Intolerans”, 1968:5, Bab II : “Hantu Intoleransi”).

Di komunitas Yahudi-Zionis tak ada kebebasan bagi yang anti Holocoust, yang menyangkal bahwa Nazi telah membantai 6 juta orang Yahudi. Di komunitas Nasrani-Kristen tak ada kebebasan bagi yang anti Trinitas, yang menyangkal keTunanan Yezus Kristus. Di komunitas Majusi tak ada kebebasan bagi yang anti shio, yang menyangkal keTuhanan Dewa-Dewa. Di Komunitas Kristen Orthodoks tak ada akebebasan mengajak orang berganti agama (proselytisme terlarang) (Fitria : “Paradoks HAM dan Kebebasan Beragama”, dalam TARBAWI, Edisi 183, 17 Junli 2008M, Ufuqiyat, hala 38).

Di komunitas Islam tak ada kebebasan berbuat maksiat, berbuat biadab, berbuat maker, berbuat keresahan, berbuat kerusuhan, berbuat kerusakan, berbuat kekacauan IPOLEKSOSBUD. Kebebasan dalam Islam adalah kebebasan yang beradab. Bebas menyebarkan kebenaran. Dan sama sekali tak bebas untuk menyebarkan kejahatan dan kekejian. Namun sungguh tak etis (bahasa awamnya sangat kurang ajar) bila seseorang yang mengaku Muslim, tapi menghujat, menggugat Allah, Muhammad, Qur:an, Hadits, Islam, apalagi dengan mengatasnamakan kebebasn berpikir, kebebasan berpendapat (vrijdenker). Bila ingin menggugat Islam (politiknya, ekonominya, sosialnya, budayanya, hukumnya, akidahnya), silakan keluar dulu dari Islam, barulah bebas menggugat Islam itu.

(BKS0904130730)

Kebebasan beragama dan berkepercayaan

Fitria (lulusan S2 Universite Catholque de Lyon, Perancis) mengusussng jalan kompromi antara paham universalis dan paham relativis HAM tentang keberadaan Jemaat Ahmadiyah, agar pemerintah atas dasar putusan pengadilan, menetapkan Ahmadiyah sebagai ajaran ang terpisah dari agama Islam (bukan firqh, sekte Islam), dan membiarkan Amadiyah untuk tetap memeluk ajaran dan mensyiarkan ajarannya (TARBAWI, Edsi 183, Th.10, 17 Juli 2008M, hal 40, Ufuqiyat : “Paradoks HAM dan Kebebasan beragama”).

Solusi yang ditawarkan ole Fitria tetap saja tak menyelesaikan masaah. Jemaat Ahmadyah pasti menolak ditetapkan sebagai ajaran sesat, apalagi bukan sekte Islam. Membiarkan Jemaat Ahmadyah tetaap memeluk dan mensyarkan ajarannya berarti membiarkan Jemaat Ahmadyah menodai ajaran Islam. Ini pun memerlukan kesamaan, kesepakatan pengertian tentang termnolgi “menodai” yang baku, yang standar.

(BKS0904161330)



Kedamaian dan Jaminan Kebebasan dalam Islam

Islam memberikan jaminan kebebasan untuk memperthankan hak-hak dasar manusia. Namun hak memimpin, hak menghakimi bukanlah hak dasar manusia. Hak memimpin dan hak menghakimi tersebut adalah hak kesepakatan, persetujuan bersama yang bersifat temporal. Selama kesepakatan bersama itu berlaku, umat Islam berkewajiban memenuhinya. “Hai orang yang beriman, penuhilah perjnjian” (QS 5:1).

Kebebasan dalam Islm adalah kebebasan yang beradab. Bebas menyebarkan kebenaran dan kebajikan. Dan sama sekali tak memberikan kebebasan untuk menyebarkan kejahatan dan kekejian. “Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangnlah tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran” (QS 5:2).

Islam mengajarkan agar selalu konsekwen, istiqamah melaksanakan hak-hak Allah, baik secara perorangan, bermasyarkat, maupun bernegara. Namun Islam dalam mewujudkan semuanya itu tanpa memaksa. Islam sangat menghormti kebebasan, tidak memaksa kehendak.

Musuh Islam adalah syetan, thaghut dan pengikutnya, khannas, pendengki, munafiq, kafir, nafsu.

Musuh abadi Islam adalah yang bersifat ideologis, i’tikadi, seperti Judaisme, Christianisme, Capitalisme, Liberalisme, Socialisme, Comunissme, Marxisme, Leninisme, Maoisme, Soekarnoisme, Javanisme, Marhaenisme, Proletariatisme, Murbaisme, dan lain-lain.

Musuh secara ideologis, i’tikadi dihadapi Islam dengan mujadalah yang argumentatif. Sedangkan musuh secara fisikologis dihadapi Islam dengan kekuatan senjata.

Secara fisikologis tak ada musuh abadi dalam Islam. Bila musuh telah menghentikan serangan senjatanya maka Islama tak akan menyerang mereka lagi. Tapi bil musuh terus melakukan serangan bersenjata, maka Islam memerintahkan agar terus menghadapi mereka dengan serangan senjata sampai mereka berhenti (simak QS 2:190-194).

Islam sangat melrang tindakan yang melampaui batas, tindakan sewenang-wenang, tindakan penyiksaan, bahkan terhadap musuh sekalipun. Lebih dari itu Islam melarang membalas penyksaan dengan penyiksaan pula. Hukum Qishash bukan hukum balas siksaan dengan siksaan.

Dakwah Islam berupaya membentuk, membina, mewujudkan komunitas yang berakhlak paripurna, komunitas yang peduli akan sesama, komunitas yang peduli akan kesejahteraan, kemakmuran, keamaaaaanan, kesentosaan, kedamaian sesama, komunitas IMTAQ. Islam berupaya menegakkan keadilan dan kesejahteraan tanpa diskriminatif.
“Saya diutus - kata Rasulullah - untuk menyempurnakan akhlak mulia” (HR Ahmad). “Dan tiadalah Kami - kata Allah - mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam” (QS 21:107).

Islam membimbing, menuntun agar dapat meraih : selamat, rahmat, berkat. Sekaligus juga membimbing, menuntun agar aktif menyebarkan : selamat, rahmat, berkat. Amal perbuatan yang terbaik dalam Islam antara lain memberi makan dan memberi salam terhadap orang yang dikenal atau tidak dikenal (simak HR Bukhari, Muslim dari Abdullah bin Amr bin al’Ash).

Untuk memperoleh semuanya itu : selamat, rahmat, berkat aalah dengan beriman dan bertakwa. “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami - kata Allah - akan melimpahkan kepda mereka berkah dari langit dan bumi” (QS 7:96). “Aku - kata Allah - mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepadaKu agar mereka selalu berada dalam kebenaran” (QS 2:186).

Agar dapat meraih selamat, rahmat, berkat aalah dengan beriman, bertakwa, memenuhi perintah Allah.

Dalang kezhaliman dan penderitaan yang menimpa dunia adalah konspirasi, persekutuan Yahudi-Zionis Internasional dan Protestan Anglo-Sakson Amerika. “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikutimagama mereka” (QS 2:120).

Kedamaian baru akan terwujud apabila imperialisme (dari konspirasi, persekongkolan Yahudi-Zionis Internasional dan Protestan Anglo-Sakson Amerika) tidak lagi menjadi dasar kebudayaan dunia. “Sesunggunya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskn, karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan” (Mukaddimah UUD-45).

Selama masih ada imperialisme (dari konpirasi, persekongkolan Yahudi-Zionis Internasional dan Protestan Angl-Sakson Amerika), maka kedamaian tak mungkin terwujud, peperangan tak akan berakhir.

Tujuan peperangan dalam Islam hanyalah supaya ada kebebasan mendakwahkan kebenaran, kebebasan dari kesewenang-wenangan.

Peperangan alam Islam bukanlah untuk menjajah bangsa lain. Bukan untuk memaksa semua orang menganut Islam. Dalam Islam tak ada paksan dalam beragama.

Bagi orang-orang yang telah menganut Islam tak ada lagi pilihan lain. Islam adalah finish, pilihan terakhir. “Barangsiapa menerima agama selain Islam, maka ia tidak akan diterima” (QS 3:85).

(BKS0808221430)

Tidak ada komentar: