Jumat, 22 Mei 2009

Kita tak pernah tahu

Kita tak pernah tahu

Manusia tidak pernah tahu-menahu mengenai kelahiran dan hakikat azalinya(?). Ia tak pernah merancang, bahkan juga tak pernah meniati ia akan lahir dan menjadi seorang anak manusia, menjadi putra dan bapaknya.

Manusia juga tak pernah – dalam arti yang sesungguhnya – memiliki dirinya sendiri serta apa pun yang lain dalam kehidupannya. Ia ada karena ada sesuatu yang memungkinkan dan mengizinkannya untuk ada. Ia “memiliki” sesuatu dalam keberadaanya itu bukan karena haq-nya adalah memiliki sesuatu, melainkan karena ada sesuatu yang meminjamkan kepadanya. Ia bisa berjalan dan menggerakkan tubuhnya bukan karena sejak semula ia merencanakan dan menentukan bahwa ia bisa berjalan dan menggerakkan badan, melainkan karena ada sesuatu yang memungkinkan dan mengidznkannya bisa berjalan dan menggerakkan badan.

(Emha Ainun Nadjib : “Surat Kepada Kanjeng Nabi”, Mizan, Bandung, 1997, hal 441)

(BKS09052231130)

Tidak ada komentar: