Penafsiran dan
Pemahaman Quran
Catatan seraneka Asrir
Sutanmaradjo (Asrir Pasir)
Disebutkan
bahwa untuk dapat menafsirkan Quran perlu terlebih dulu menguasai sejumlah
pengetahuan yang dikenal “Ulumul Quran” (seperti Mawathinin Nuzul, Qiraat,
Tajwid, Gharibil Quran, Asbabin Nuzul, I’rabil Quran, Wujuh wan Nadhaarir,
Ma’rifatil Muhkaam wal Mutasyaabih, Nasikh wal mansukh, Badaa-I’il Quran,
I’jazil Quran, Tanasubil Ayat, Aqsamilm Quran, Amtsalil Quran, Jidaalil Quran,
Adaabi tilaawatil Quran; Simak antara lain Mohammad Aly AshShabuny : “AtTibyan
: Pengantar Studi AlQuran”, 1984:218). Termasuk ke dalamnya Ilmu Lingusitik,
Ilmu Balaghah, Ilmu bayan, Ilmu Ma’ani, Ilmu Badi’ yang menjelaskan tentang
Gharib, Mu’rab, Musytarak, Muradif, Tasybih, Majaz, Isti’arah, Kinayah, Tashwir
alFanni fi lQuran, dan lain-lain
Telarang
memahami Quran dengan menggunakan perasaan, emosi, selera, hawa nafsu, ra’yu,
logika, filsafat. “Barangsiapa yang menafsirkan AlQuran berdasarkan ra’yu atau
pendapatnya maka hendaklah ia bersedia menempatkan diri di neraka” (HR Turmudzi
dari Ibnu Abbas). “Siapa yang menafsirkan AlQuran dengn ra’yunya kebetulan
tepat, niscaya ia telah melakukan kesalahan” (HR Abi Daud dari Jundab) ((Simak
Mohammad Aly AshShabuny : “AtTibyan : Pengantar Studi AlQuran”, 1984:214).
Masalahnya, apakah ra’yu itu juga berarti akal, fikiran, rasio, logika, ataukah
hanya hanya berarti perasaan, emosi, selera ? Sedangkan Tafsir itu ada Tafsir
ghairu manqul (Tafsir ra’yu, dirayah, lughawi, lafzhi, rasional; Tafsir isyari,
maknawi, emosional, irrasional), aa Tafsir manqul, ma’tsur, riwayah.
Bagaimana untuk dapat memahami
Quran bagi yang awam dengan “ulumul Quran” itu. Dibacakan akhir QS 16:43 agar
“bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan, jika kamu tidak
mengetahui”. Ke dalam “yang mempunyai pengetahuan” itu apakah termasuk ustadz,
ajengan, kiyai, ulama, muballigh, da’i ? Apakah juga termasuk : taklim, kitab
terjemah, kitab tafsir ? Apakah bagi yang awam sudah cukup memadai (bertaqlid)
dengan keterangan mereka itu ?
Quran itu terdiri dari unit-unit
terkecil yang disebut dengan raka’ (se’ain-se’ain). Barangkali Quran dapat
dipahami dari unit-unit (raka’-raka’) itu. Setiap unit Quran itu mencakup
mengandung ajaran akidah (iman) dan ibadah (amal). Ada yang tersurat (eksplisit)
dan ada pula yang tersirat (implicit). Setiap unit bisa diuraikan, dipaparkan,
dijabarkan mencakupi seluruh pesan Quran.
Disebutkan bahwa Imam Syafi’i
mengatakan “Adaikan manusia memperhatikan benar-benar isi surat (wal’ashri)
ini, niscaya cukup bagi mereka untuk mendapat petunjuk dalam semua keuntungan
dan akhirat mereka” (“Riadhus Shalihin” Imam Nawawi, Pasal “Tolong Menolong
Dalam Ta’at dan Taqwa”). “Seandainya Allah hanya menurunkan surah “Wal ‘ashr”
ini saja sebagai hujjah buat makhlukNya, tanpa hujjah lain, sungguh telah cukup
surah “Wal’ashr” ini sebagai hujjah bagi mereka”.
Disebutkan
bahwa “orang pintar” itu adalah orang yang bisa menggambarkan, melukiskan,
menjelaskan, menerangkan sesuatu keseluruhan (totalitas, kulli) hanya cukup
dengan memiliki pengetahuan ebagian kecil (parsial, juz:i) saja).
Disebutkan
bahwa di kalangan penganut Bibel tumbuh ilmu baru yang dinamakan Ilmu
Hermeneutika, yaitu Ilmu Tentang KeshahihanTafsir Bibel (Biblical criticism).
Hermeneutika didefinisikan sebagai “the study (higher criticism) of the general
principle of biblical interpretation” (studi mengenai kebenaran makna atas
makna-makna yang tersembunyi di balik teks-teks yang Nampak tidak memuaskan
atau dianggap superficial (cetek, dangkal) (Simak antarra lain AlChaidar :
“Wacana Ideologi Negara Isam”, 1997:17; Muhamman Syafi’i ElBantanie :
“Menggugat Quran Hermeneutika” dalam EUREKA IAIN Syarif Hidayatullah, “Wacana
Islam”; CA Qadir : “Filsafat dan Ilmu Pengetahuan dalam Islam”, 1991:35,37,209;
Maryam jameelah : “Islam & Moderenisme”, 1987:129).
Prof Dr
HM Rasyidi menyebutkan bahwa Louis Hoyach dalam bukunya “De Onbekende Koran”
(Quran yang tak dikenal Barat) mengatakan bahwa “Nabi Muhammad dapat dikatakan
Bapak Ilmu Biblical criticism” (“Mengapa Aku Tetap Memeluk Agama Islam”,
1980:41). Ada istilah baru “Supersionisme” yang berarti “suatu paham dan
keyakinan doctrinal-teologis bahwa agama yang dating belakaangan berfungsi
sebagai “penguji” (mushaddiqan lima baina yadaihi) agama sebelumnya”. Taurat
dan Injil hanyalah dibaca menurut ajaran (versi) Quran. Dengan kata lain Quran
berfungsi “Biblical Criticism”. Penerapan Hermeneutika terhadap Quran haruslah
dipandang sebagai Ilmu Tentang Keshahihan Terjemahan, tafsiran Quran (Quran
Interpretation Commentary Criticism). Quran itu sendiri pada dirinya “tahan
kritik” mengandung “anti virus kritik”, seperti dinyatakan dalam QS 2: 23-24. (Simak
juga VCD “Debat Kristologi : Al-Quran dan Injil” ntara Dr Zakir Naik dan Dr
William Campbell, keluaran PT MCIK).
Musuh
Islam senantiasa berupaya melancarkan serangan terror terhadap Quran dalam
berbagai macam bentuknya. Mereka itu tak akan rela ajaran Quran tersiar.
“Selama Quran masih ada di tangan umat Islam, maka Barat tak akan mampu
menaklukkan Timur”, kata Gladstone di Parlemen Inggeris (Simak antara lain QS
41:26). Bahkan mereka begitu berani melakukan “Pembakaran AlQuran di Pangkalan
Nato Afghanistan”, dan sebelumnya di Pangkalan Militer Guantanamo, dan
lain-lain.
Disebutkan bahwa untuk memahami
katakata yang berhubungan dengan Islam, yang berhubungan dengan Quran
seyogianya dengan memahami lebih dulu pesan Quran secara integral (menyeluruh,
keselururhan) dan utuh. (Dalam AlQuran terdapat kata AlHayat 145X, AlMaut 145X,
AdDunya 115X, Akhirat 115X, Malaikat 88X, AsySyaithan 88X, Alharr 4X, AlBard
4X, AlMashaib 75X, AsySykr 75X, AzZakah 32X, AlBarakat 32X, Al’ql 49X, AnNur
49X) (Dr Musthafa Mahmoud : “Rahasia AlQuran”, Media Idaman, Surabaya, 1989,
hal 140-141).
Metode pendidikan masa kini mulai
dari yang umum menuju ke yang khusus, dari yang totalitas (kulli, keseluruhan)
menuju yang parsial (juz:I, bagian). Mengikuti metode ini, maka untuk memahami
Quran keseluruhan, kemudian ke bagian utamanya (Kitab Akidah, Syahadat, Bab
Shalat, Bab Shaum, Bab Zakat, Bab Haji, dan lain-lain Bab), lanjut ke
pasal-pasalnya (Pasal Syarat, Pasal Rukun, Pasal Sah, Pasal Batal, dan
lain-lain Pasal).
Fazlur Rahman mengatakan bahwa
Quran adalah “both the word of God and the word of Mhaammad” (Firman, Kalam
Allah dan Sabda Rasul) ? Ia memakai pendekatan structural, melihat teks
keseluruhan sebagai suatu keutuhan dan bukannya terpenggal-penggal. Menangkap
makna atau arti yang tersembunyi di belakang makna yang harfiah dalam Quran.
Quran itu untuk semua orang :
lelaki, perempuan, tua, muda, orang kota, orang desa, orang pintar, orang awam.
Masing-masingnya memerlukan, membutuhkan penjelasan, baiyin, tafsiran dari
pesan-pesan Quran yang dapat dipahaminya.
Quo Vadis Syafe’i ?
Pendidikan/Kuliah yang diikuti Ahmad Syafe’i Ma’arif di University Chicago
telah mengususng disertasi “Islam as the basic of State”. Namun aktivitas
sosial politiknya cenderung menggusur “Islam as the basic of State” dan
menggantinya menjadi “Islam not as the basic of State”.
Bekasi 1202241500
Tidak ada komentar:
Posting Komentar