Jumat, 24 Februari 2012

Manusia dan alam raya

Manusia dan alam raya
Catatan serbaneka Asrir Sutanmaradjo (Asrir Pasir)
“Sesungguhnya Aku (Allah) hendak menjadikan seorang Khalifah di muka bumi” (QS 2:30). Tugas manusia di muka bumi ini sebagai Khalifah.
Dari sudut pandang Ilmu Tasauf, unsur manusia itu terdiri dari Kalbu (Haati), Roh (Spiritual), Nafsu (Instink, Akal (Fikiran) (Ashadi Ismail : “Badan Djasmani dan Anggota Rohani”.
MANUSIA (JIWA, SIKAP, MENTAL). Watak dasar manausia : bersifat lemah (QS 4:28), bersifat keluh kesah (QS 70:19, 10:12, 39:8, 39:49, 42:8), berputus asa (QS 11:9, 17:83), tidak pandai berterima kasih (QS 14:13, 17:67, 22:66, 42:48, 43:15, 100:6, 11:9), amat aniaya (zalim) (QS 33:72, 14:34), bersifat tergesa-gesa (QS 9:11), sangat kikir (QS 17:100, 70:19), paling banyak membantah (QS 18:54), amat bodoh (QS 33:72), dalam susah payah (QS 90:4) (Simak juga Ummu Yasmin : “Materi Tarbiyah : Panduan Kurikulum Bagi Da’i dan Murabbi”, Media Insani Press, Solo, April 2005, hal 117-118).
Salah satu yang mengungkung, membelenggu manusia itu adalah sifat asli manusia itu sendiri, yaitu sifat ‘halu’a" (QS 70:19). Ada yang mengartikan dengan sifat keluh kesah lagi kikir. Dan ada pula yang mengartikan dengan sifat keluh kesah lagi tamak. Gelisah, tidak sabar, khawatir itu disebabkan oleh keserakahan dalam memperoleh kekayaan material. Itulah karakter asli manusia. Namun demikian, watak serakah manusia itu, jika dituntun dengan baik, akan kreatif menaiki ma’arij, jenjang kemajuan sosial ekonomi dan ilmu pengetahuan (Afzalurrahman, "Muhammad Sebagai Seorang Pedagang", 1997, hal 195, 211-212).
Dengan watak manusia yang serakah itu, maka akan terwujud, tercipta kemajuan teknologi, ekonomi, budaya, dan lain-lain, sebagai hasil kreasi positif asalkan dituntun dengan baik. Tugas, beban, kewajiban, taklif, peran manusia di muka bumi ini adalah untuk beribadah, mencakup ibadah wajib, sunnah, mubah, mencakup amal shaleh, amal sosial, memakmurkan bumi menegakkan agama (Simak “Materi Tarbiyah”, fasal Ma’rifatul Insan, hal 120-121).
Quran sering berbicara tenang fenomena alam, di samping fenomena sosial. Dengan memahami fenomena alam tersebut, maka lahirlah, muncullah berbagai ilmu pengetahuan. Prof Dr H Mahmud Yunus dalam “Kesmpulan Isi Quran”nya, terbitan Hidakarya Agung, Jakarta, 978, mencatat sejulah ayat-ayat Quran yang berhubungan dengan Ilmu Alam dan Kimia, Ilmu Bumi dan Falak, Ilmu Hewan, Manusia, Tumbuh-tumbuhan dan Geologi, Ilmu Kesehatan, dan lain-lain. Bakhtiar Surin dalam “Tafsir Quran”nya mencatat seumlah ayat Quran yang berhubungan dengan Sains dan Teknologi, Kesehatan, Ekonomi, dan lain-lain.
Disebutkan bahwa, sebaik-baik manusia adalah yang bermanfa’at (berbuat jasa) bagi sesama. “Orang yang lebih dicintai Allah adalah orang yang berguna bagi masyarakat dan bermanfa’at bagi keentingan umum” (THR Abi AdDunya, dalam Khalid Muhammad Khalid : “Kemanusiaan Muhammad”, Pustaka Progresif, Surabaya, 1984, hal 269).
“Dialah Allah yang menjadikan segala yang ada di muka bumi untuk kamu” (TQS 2:19). Segala yang ada di bumi ini untuk dikembangkan, diolah, dimanfa’atkan, digunakan, dikelola oleh manusia.
Seringkali ditemukan dalam alQuran peringatan berupa larangan membuat, menimbulkan kerusakan di muka bumi. “Dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi” (TQS 28:77). “Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela (bersimaharajalela) di muka bumi dengan membuat kerusakan (TQS 26:183). Mafhum mukhalafahnya (pengertian sebaliknya), berbuat baiklah kepada sesama, tidak merugikan sesame dan hendaklah kamu memakmurkan bumi.
Memenuhi Kebutuhan (Pola hidup tamak)
            Manusia itu berbuat karena ada tenaga pendorong, faktor psikologik yang mendorong dan menggerakkan untuk melakukan sesuatu, yang disebut dengan motif. Motif itu mengandung keinginan,hasrat, kemauan untuk memenuhi kebutuhan.
            Motif (sebab) atau driver (dorongan, push) untk memenuhi kebutuhan itu disebut instink (nafsu). Instink (nafsu) itu merupakan motif (sebab) atau driver (dorongan) timblnya perbuatan, sikap, ucapan ntuk memenuhi kebutuhan (need). Instink merupakan tenaga pendorong untuk memenuhi kebutuhan.
            Di dunia ini manusia butuh akan hasanah, yang good, yang baik, yang baik bagi fisik (jasmani, stature, sehat), bagi psikis (rohani, wisdom, cerdas). Sehat secara holistic : fisik, mental, social, spiritual. Cerdas secara holistic : spiritual, intelegensi, emosional, visi, organisasi, kepemimpinan, social.
            Mengacu pada skema Prof Mac Dougall dan Leslie D Waterhead (“Psychologie en Leven”, page 7273), serta pandangan imam Ghazali (“Ihya ‘Ulumuddin”) Dr R Paryana Suryadipura (“Manusia dan Atomnja”, 158:197-198) menyebutkan empat nafsu pokok : Egocentros (hayawaniyah, serakah, memetingkan diri), Polemos (shabu’iyah, marah, bertarung, berjuang), Eros (erotis, sjaithaniyah, berahi, beraurat, berkelamin), Religios rububiyah, beragama). (Simak juga Imam Ghazali : “Rahasia Hati”, 1985:31,16; Abul A’la AlMaududi : “Sejarah Pembaruan dan Pembangunan Kembali Alam Pikiran Agama”, 1984:22-36).).
            Mengacu pada temperamen manusia kajian Galenus, terdapat empat kebutuhan pokok : Flegmatis (makan, kesenangan, kemewahan, teman, kecintaan, pertolongan), Chloris (kekuasaan), Melancholis (ketenangan), Sanguinis (kesucian batin) (Simak Sei H Datuk Tombak Alam : “Kunci Sukses Penerangan dan Dakwah”, 1986:76; Hari Moekti : “Generasi Cerdas dan Bertaqwa”, 2004:30-31).
            Skema hubungan antara nafsu, fisik dan psikis bias dilukiskan seperti berikut :
  1. Nafsu : a. Egocentros (hayawaniyaqh), b. Polemos (shabu’iyah), c. Eros (syaithaniyah), d. Religios (rububiyah).
  2. Kondisi fisik (metafisik) : a. Endomorphie, b. Mesomorphie, c. Ectomorphie, d. Metamorphie.
  3. Kondisi psikis : a. Vuscerotania (Flegmatis), b. Somatonia (Chloris), c. Cerebrotania (Melancolis), d. Spiritonia (Sanguinis).
  4. Tingkah/laku : a. Konatif, b. Motorik, c. Afektif, d. Kognitif.
  5. Sikap mental : a. pengemis/pengamen, b. koboi/preman, c. badut, d. relawan.
  6. Kebutuhan/kepuasan : a. lambung/usus, b. otot, c. kelamin, d. otak/hati.
(Mengacu pada Dr WElliam Sheldon dalam Dr R Paryana Suryadipura : “Manusia dan Atomnya”, 1958:203).
            Nafsu (instinkt, syahwat, keinginan) itu berbagai macam ragam. Ada nafsu untk memenhi kebutuhan agar memilki harta benda, agar dapat memperoleh makan enak lagi banyak, agar dapat menyelamatkan diri, agar dapat mempertahankan hidup, agar dapat bergaul, berteman, bersahabat, agar dapat berketurunan, agar dapat berbakti, berbuat baik, mengadakan kebaikan, berprestasi, agar dapat melanjutkan jenis,. (Simak juga Prof Dr Omar Mohammad ar-Toumy al-Syaibany : “Falasafah Pendidikan”, 1983:142).    Kebutuhan itu berbagai macam ragam. Ada kebutuhan material (fisiologik), kebutuhan akan rasa aman (keamanan dan ketenteraman), kebutuhan sosial (ketergantungan dan cinta kasih), kebutuhan ego (harga diri), kebutuhan realisasi diri (aktualisasi diri). Ada hasrat prestasi (need for achievement), hasrat afiliasi (need for affiliaton), hasrat kuasa (need for power). Kebutuhan akan keselamatan diri, nyawa; kebutuhan akan sanak famili, keluarga, karib kerabat, teman sejawat, kenalan, tetangga, kawan; kebutuhan akan kedudukan, pangkat, harga diri, status sosial-ekonomi; kebutuhan akan tempat tinggal, kampung halaman, tanah air (Simak juga QS 3:14). Semuanya itu dipersembahkan kepada Allah (Simak QS 9:111, 6:162, 9:24).
            Hawa pantang kerendahan, butuh aan yang bukan materi, kedudukan, pangkat, jabatan, kehormatan, ketenaran, kekuasaan. Nafsu pantang kekurangan, kebutuhan akan materi, harta, kekayaan, kemewahan. Hawa dan nafsu itu berwatak rakus, tak pernaha cukup, tak pernah puas.
            Dalam ekonomi Islam ada terminology rizqi, kasab, ma’isyah. Nafkah, infaq.Rizq berarti pemenuhan kebutuhan. Kasab berarti upaya, usaha memenuhi kebutuhan. Infaq, nafkah berrti mendayagunakan kebuthaqn. Ma’isyah berarti hasil pemenuhan kebutuhan.


Parade pemenuhan kebutuhan
Manusia berbuat karena ada faktor psikologik yang mendorong dan menggerakkan untuk melakukan sesuatu, yang disebut dengan motif. Motif itu mengandung keinginan, hasrat, kemauan untuk memenhi kebutuhan. Ada kebutuhan fisiologik, kebutuhan rasa aman, kebutuhan ketergantungan dan cinta kasih (kebutuhan sosial), kebutuhan harga diri (ego), kebutuhan aktualisasi diri (realisasi diri) (AH Maslow: “The Thepry pf Humanic Motivation” PSYCHOLOGICAL REVIEW, vol 50 (Mei, 1939), hal 370-396,; HC Whitheringon : “Psychology Pendidikan”, 1978:112); SUARA PEBARUAN, Jum’at, 10 September 1997, hal 22, “Pemberdayaan Remaja Dalam Menanggulangi Pengangguran”, oleh Sudibyo Setyobroto).
Dalam konsep teologis, motivasi (niat) itu ntuk memperoleh kasih sayang dari Allah serta perlindungan, pemeliharaan keamanan dari Allah, untuk memperoleh kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat.
Menurut pengamatan Emha Ainun Nadjib, masyarakat senantiasa membutuhkan “angop” (menguap). Yang merasa terlalu banyak korupsi membutuhkan angop dengan cara naik haji atau mesponsori pengajian. Yang gemar, doyan, menyukai wisata/budaya seks membutuhkan angop dengan memimpikan wisata/budaya spiritual (Simak “Surat Kepada Kanjeng Nabi”, 1997:31-33).
Kebutuhan angop itu menurut Emha Ainun Nadjib perlu dimodifikasi agar tidak terjerumus ke budaya dangkal-seks-judi-klenik.
Bangsa ini buan hanya miskin materi, tapi juga miskin mental, spiritual, nurani. Kemiskinan mental-spiritual ketiadaan harga dri mendorong kerakusan, kehausan akan pengakuan, sanjungan, aktualisasi diri.
Simaklah acara pembagian daging hewan qurban di berbagai tempat yang menelan korban, ada yang terjepit, terinjak-injak ketika berdesakan berebutan.
Simak pula maraknya panitia qurban yang mengesankan saling berebut, saling berlomba melakukan aktualisasi diri.
Panitia qurban cukup menyembelih hewan qurban dan memotongnya beberapa potong. Potong-potongan qurban tersebut langsng diantarkan oleh yang berqurban kepada tetangga/warga sekitar.
Simak pula betapa asyik-meriahnya acara dzikir-do’a berjama’ah sehabis salam penutup shalat Jum’at.
Simak pula maraknya acara malam takbiran menjelang shalat ‘id yang mengesankan saling berebut, berlomba melakukan aktualisasi diri. Bahkan sampai melakukan takbiran keliling menggunakan obor dan motor yang kadangkala menimbulkan tawuran dan gangguan keamanan. Disertai pula dengan menenggak minuman keras.
Acara malam tabiran itu apa disunnahkan oleh Rasulullah ? Jika seandainya ada sunnah Rasulullah tentang malam takbiran, apa saja yang boleh dilakukan, dan apa pula yang tak boleh dilakukan. Bahkan membaca AlQur:an dengan suara jahar/keras adakalanya disuruh dan adakalanya dilarang, tergantung pada situasi, kondisi, waktu, tempat.
Simak pula maraknya lembaga/badan bimbingan haji/umrah yang mengesankan saling berebut, saling berlomba melakukan aktualisasi diri serta mendapatkan keuntungan berupa fasilitas/dana.
Lembaga/badan bimbingan haji/umrah cukup membimbing manasik di tempat tanpa harus ikut terlibat langsung mengurus segala sesuatu pergi dan pulangnya.
Simak pula acara penggalangan dana peduli korban bencana gempa tsunami. Saling berlomba, berperan menghimpun dana dengan membawa atribut, bendera masing-masing.
Simak pula pembentukan berbagai tim untuk menjaga, memelihara memenuhi kebutuhan citra diri Presiden agar tak ternoda, tercemar noda intervensi Trias Politica.
Maslow menyebutkan bahwa puncak kebutuhan manusia adalah kebutahan realisasi diri yang bersifat non-materi. Kebutuhan akan pahala berdasarkan konsep teologis, juga berupa bentuk realisasi diri.
David McCelland memperkenalkan suatu istilah ‘need for achievement” suatu dorongan untuk berhasil, berprestasi, semangat menghasilkan prestasi kerja yang gemilang (Simak Edy Taslim : “Mencintai Pekerjaan”, dalam majalah psikologi ANDA, No.89/1984:13)
Laksanakan saja apa yang diperintahkan Allah. Tak peru sibuk memahami hikmahnya. Laksanakan saja sesuai dengan yang diperintahkan.
Bekasi 1011161330 
McClelland's Theory of Needs
 In his acquired-needs theory, David McClelland proposed that an individual's specific needs are acquired over time and are shaped by one's life experiences. Most of these needs can be classed as either achievementaffiliation, or power. A person's motivation and effectiveness in certain job functions are influenced by these three needs. McClelland's theory sometimes is referred to as the three need theory or as the learned needs theory.
Achievement
People with a high need for achievement (nAch) seek to excel and thus tend to avoid both low-risk and high-risk situations. Achievers avoid low-risk situations because the easily attained success is not a genuine achievement. In high-risk projects, achievers see the outcome as one of chance rather than one's own effort. High nAch individuals prefer work that has a moderate probability of success, ideally a 50% chance. Achievers need regular feedback in order to monitor the progress of their acheivements. They prefer either to work alone or with other high achievers.
Affiliation
Those with a high need for affiliation (nAff) need harmonious relationships with other people and need to feel accepted by other people. They tend to conform to the norms of their work group. High nAff individuals prefer work that provides significant personal interaction. They perform well in customer service and client interaction situations.
Power
A person's need for power (nPow) can be one of two types - personal and institutional. Those who need personal power want to direct others, and this need often is perceived as undesirable. Persons who need institutional power (also known as social power) want to organize the efforts of others to further the goals of the organization. Managers with a high need for institutional power tend to be more effective than those with a high need for personal power.
Thematic Apperception Test
McClelland used the Thematic Apperception Test (TAT) as a tool to measure the individual needs of different people. The TAT is a test of imagination that presents the subject with a series of ambiguous pictures, and the subject is asked to develop a spontaneous story for each picture. The assumption is that the subject will project his or her own needs into the story.
Psychologists have developed fairly reliable scoring techniques for the Thematic Apperception Test. The test determines the individual's score for each of the needs of achievement, affiliation, and power. This score can be used to suggest the types of jobs for which the person might be well suited.
Implications for Management
People with different needs are motivated differently.
  • High need for achievement - High achievers should be given challenging projects with reachable goals. They should be provided frequent feedback. While money is not an important motivator, it is an effective form of feedback.
  • High need for affiliation - Employees with a high affiliation need perform best in a cooperative environment.
  • High need for power - Management should provide power seekers the opportunity to manage others.
Note that McClelland's theory allows for the shaping of a person's needs; training programs can be used to modify one's need profile.






Dasar-dasar ilmu sosial
Dalam Majalah Tiga Bulanan RUHAMA, terbitan LDK PP Muhammadiyah Jakarta, No.2/Th.I/1993, dalam rubrik "Wawasan" di bawah judul Rekonstruksi pemikiran dalam mengemban Ilmu Amaliah dan Amal Ilmiah (oleh Dr Ahmad Muflih Saefuddin), antara lain terbaca :
KESENANGAN HIDUP. Bumi diuntukkan Allah bagi semua manusia (QS 2:36, 7:24-25). Kehancuran dan kemajuan dalam pembangunan, perdagangan, perusahaan tampak menonjol di kalangan orang jahat-jahat (QS 3:196-197).
RAHMAT, BERKAT, KEMAKMURAN. Allah menetapkan rahmat bagi orang baik-baik (QS 7:156). Allah menetapkan kemakmuran, keselamatan, kebahagiaan bagi generasi baik-baik (yang beriman dan berbuat baik) (QS 7:96, 5:66). Kemakmuran, kehidupan duniawi tampak terkesan dari : lahan pertanian yang subur, cukup melimpah pangan, sandang, berkembangbiaknya ternak (peternakan), menjamurnya bangunan yang indah, megah, mewah, penuh hiasan asesori, pembangunan yang merata (QS 10:24), gemah ripah loh jinawi, tata tentrem kerta reharja, jer besuki meo beo, padi masak, jaguen maupieh, bapak kayo mande batuah, moyang duduek jo sukatan, nagari aman kampueng santoso, nan dimukasuik lakeh sampai, nan dijapuik lakeh tabao, nan dijuluek lakeh rareh, nan dimintak lakeh bulieh (kandak bulieh, pintak balaku).
PEREKONOMIAN. Prof Dr Hamka dalam "Tafsir Al-Azhar", juzuk XI, hlm 32-34 menyalinkan Konsepsi pokok-pokok perbaikan mengenai soal harta benda dalam Islam yang ditulis Sayid Rasyid Ridha di dalam Tafsirnya, juzuk 11, hlm 30, keluaran ALMANAR, 1953.
Prof Dr M Hasbi ash-Shiddieqy dalam bukunya "Al-Islam", jilid II, hlm 269-272 menguraikan tentang Dasar-dasar mu’amalah dalam Islam.
Z A Ahmad dalam bukunya "Dasar-dasar Ekonomi dalam Islam" hlm 93-131 menguraikan tentang pokok Dasar dan Tujuan Ekonomi menurut Islam, mengacu pada QS 28:77-83.
Abul A’la al-Maududi dalam bukunya "khilafah dan Kerajaan", hlm 45-110 menghimpun ajaran-ajaran al-Qur:an di bidang Politik dan Dasar-Dasar Pemerintahan Dalam Islam.
Prof Syekh Thanthawi Jauhari menghimpun ayat-ayat al-Qur:an mengenai Ilmu Pengetahuan Modern dalam bukunya "Al-Qur:an dan Ilmu Pengetahuan Modern".
Prof Dr Omar Mohammad al-Tousy al-Syaibany dalam bukunya "Falsafah Pendidikan Islam", hlm 55-396, menguraikan tentang Prinsip-prinsip yang menjadi dasar pandangan Islam terhadap jagat raya, manusia, masyarakat, dan prinsip-prinsip yang menjadi dasar teori pengetahuan pada pemikiran Islam serta Falsafah Akhlak dalam Islam dengan mengacu pada al-Qur;an, hadis dan riwayat salafus saleh.
KEMEWAHAN, KONGLOMERAT (Qarun). Kemewahan, kemakmuran adalah pangkal kedurhakaan (QS 56:41-45, 16:112). "Jangan membuat timbunan kekayaan (investasi, deposito) yang akan menyebabkan kamu cinta dunia" (HR Tirmizi dari Abdullah bin Mas’ud) (Terjemah Riadhus Shalihin, jilid I, hlm 411, hadis 23).
KERUSAKAN PEREKONOMIAN. Sistem kerusakan perekonomian dunia disebabkan oleh : kerakusan para rabbi dan rahib memperkosa hak milik manusia dengan cara memperkedok nama agama dan nama Tuhan (Universil-feodalisme), kerakusan kaum kapitalis (rentenir, ribawan) memperkuat dan memperkokoh kekuasaan atas hak milik (menumpuk harta kekayaan), dengan mengesampingkan sama sekali peri kemanusiaan dan peri ketuhanan (individualistis-kapitalisme) (ZA Ahmad : "Dasar-dasr Ekonomi dalam Islam", hlm 27, tentang tafsiran QS 9:34).
HUKUM SOSIAL. Ketetapan Allah (baik dalam masalah kealaman, mapun dalam masalah sosial) berlaku langgeng, lestari, abadi, universil (tanpa tergantung dari tempat dan waktu), berlaku umum (QS 17:77, 35:43, 33:62, 48:23).
SUKSESI, PEWARISAN. Bumi diuntukkan Allah bagi orang baik-baik (QS 31:105). Kebaikan itu bagi orang takwa (QS 7:128).
DESA, KOTA, NEGERI. Allah membinasakan suatu generasi bilamana : telah melampaui batas (kufur, musrif) (QS 34:17, 21:9), telah berbuat aniaya (zalim) (QS 18:59, 10:13, 22:45, 22:48, 28:59, 6:47, 8:54), telah berbuat dosa (jarim, zunub) (QS 10:13, 44|:37, 77:16-18, 17:17, 6:6, 8:54), telah mendustakan ayat Allah (kazib) (QS 8:54, 7:96), telah mengingkari nikmat Allah (QS 16:112), Telah mendustakan Rasul Allah (QS 26:139, 10:13), telah melakukan kedurhakaan (fasiq) (QS 17:16, 46:35). Allah tidak akan membinasakan generasi yang tetap beriman (QS 21:6, 11:117).
KAUM, UMMAT, BANGSA, GENERASI< REGIM. Sa’at munculnya generasi baru dan musnahnya generasi lama 9usang) telah ditetapkan Allah (QS 10:49, 7:34, 15:14, 23:43, 18:59).
WALI, PELINDUNG, PEMIMPIN, PEMBESAR, PENGUAS. Orang jahat-jahat akan mengangkat pelindungnya dari setan (thagut) (QS 2:257, 7:27, 7:30). Perlawanan, permusuhan terhadap dakwah Rasulullah digerakkan oleh para pembesar, penguasa negeri (mala:I) (QS 7:60, 7:66, 7:75, 7:88, 7:90, 7:109, 7:128), dan para konglomerat (mutraf) (QS 34:34, 43:23).
HUKUM, SYARI’AT. JUSTISI. Syari’at Islam itu sempurna, menyeluruh, meliputi, mencakup segala peraturan yang dibutuhkan oleh segenap lapangan kehidupan manusia, baik secara individuail maupun secara kelompok, masyarakat ataupun negara (komunal).
Apakah yang berorientasi masa depan (ukhrawi, pahala, immateri) ataukah yang berorientasi masa kini (duniawi, materi) ?
Dan mana pula ajaran Islam yang perlu digunakan, dipakai, diterapkan oleh orang-orang yang hidup pada masyarakat neo-feodalisme (yang lebih paternalistik dari patrimonial, yang lebih menonjolkan bapak angkat dari anak angkat, yang lebih menonjolkan siapa (person, figur) dari apa (problem, thema) ?
PENDIDIKAN, PENGAJARAN. Mengenai objek, materi, metode, dasar, tujuan, media Pendidikan (baik untuk orang dewasa, orang terpelajar, anak-anak, nara pidana) dapat disimak dari Kisah Luqman (QS 31:13-19), Kisah Musa dan Khaidir (QS 18:65-82), Kisah Yusuf dan narapidana (napi) (QS 12:37-42), Kisah Ibrahim dengan bapaknya Azar (QS 26:70-74, 21:52-53, 6:74, 19:41-48), Kisah Yahya (QS 19:12-15), dan (QS 17:31, 67:23, 46:16, 23:78, 32:9, 16:78) mengenai pemahaman, penglihatan dan pendengaran (Dr Musthafa Assiba’i : "Al—Hadits Sebagai Sumber Hukum", 1982, hlm48-49).
Sumber Daya Insani
Sesungguhnya umat Islam itu – tanpa mengabaikan segala cacat dan segi-segi kelemahannya – masih tetap memendam jiwa (semangat) yang melimpah dan siap siaga, berupa keimanan dan ketakwaan, kerelaan dan pengorbanan, ketaatan dan kepatuhan, kecintaan serta ketulusan yang takkan dapat dijumpai pada ummat materalist (hubbun dunya) manapun di bawah kolong langit ini.
Sesungguhnya ummat Islam itu, walaupun dalam kebodohan yang amat disesalkan dan kemunduran yang memilukan, merupakan bahan-bahan istimewa dari kemanusiaan (sumber daya insani) yang dari padanya dapat dibentuk model manusia yang ideal (manusia seutuhnya, insan kamil, ideal persosn), kaliber tertinggi dari makhluk insani. Kekuatannya yang paling besar terletak dalam keimanan dan kejujuran, kesederhanaan dan keperwiraan.
Tetapi kekuatan iman dari ummat telah mulai tercekik di bawah pengaruh modernisasi dan westernisasi, hingga ummat ini telah dijalari oleh kanker mental yang taka dapat disembuhkan oleh obat dan perawatan manapun juga (Abul Hasan Ali Al-Husni An-Nadwi : "Pertarungan antara alam pikiran Islam dengan alam pikiran Barat di Negara-negara Islam", al-Ma’arif, Bandung, 1983 (cetakan kedua), hlm 213-214).
Dunia Islam membutuhkan pahlawan ulung dalam barisan penuh dan para pemimpin. Pahlawan ulung yang mampu memungut motif-motif terbaik dari agama (Islam) serta mampu menampung sarana dan alat-alat yang kuat dan berlimpah dari peradaban Barat.
Pahlawan ulung yang mampu mengambil manfa’at yang banyak dari Barat, terutama dalam bidang ilmu dan teknologi. Mengambil-alih buah pikiran dan cara-cara ilmiah (sains dan teknologi), bukanlah merupakan penjiplakan. Ilmu itu bukanlah kepunyaan Barat maupun Timur. Semua usaha-usaha ilmiah adalah hak berserikat di antara seluruh ummat manusia. Setiap sarjana membina ilmunya di atas dasar yang telah dirintis oleh orang-orang terdahulu, baik dari kalangan bangsawan sendiri maupun dari bangsa lain. (Pertarungan, hlm 203-208).
Ummat Islam perlu mengutip manfa’at dari Barat di lapangan ilmu pengetahuan, perindusterian dan penyelidikan-penyelidikan ilmiah (riset) serta teknologi (IPTEK) yang berdiri hanyalah di atas dasar percobaan-percobaan praktis dan fakta-fakta ilmiah dan jerih payah manusia semata untuk melayani tujuan-tujuan luhur yang diberikan oleh nubuwat terakhir dan Kitab Suci Terakhir (Pertarungan, hlm 215).
Ummat Islam haruslah berpikir untuk menyesuaikan pengajaran yang diambilnya dengan akidah yang dianutnya (selektif).
Ummat Islam haruslah berpikir untuk mengusahakan agar sarana-sarana pendidikan itu tunduk ke pada risalat samawi dan akidahnya yang pasti, serta ilmu pengetahuan yang terpelihara dari kesalahan dan kesesatan (Pertarungan, hlm 171-172).
Ummat Islam haruslah selektif memilah materi Ilmu pengetahuan, kesusasteraan, filsafat, sejarah, ilmu-ilmu sosial seperti ilmu ekonomi dan politik. Secara kritis memisahkan bagian yang berguna dari yang berbahaya, mengambil yang bersih dan meninggalkan yang bernoda (Pertarungan, hlm 158).
Sistem pengajaran itu hendaklah diatur sesuai dengan akidah dan tuntutan tempat serta perkembangan masa modern dan pengetahuan mutaakhir. Generasi muda hendaklah dibina dengan keimanan, watak, akhlak, keteguhan hati, kepercayaan diri sendiri, keyakinan beragama, keperwiraan dalam membela dan mempertahankan agama. Jiwa mereka dibangkitkan agar tumbuh hasrat menyelidik dan kebebasan berpikir, kebesaran pribadi dan kemampuan menghadapi Barat secara berani dan bijaksan. Jiwa rakyat dihidupkan dengan keimanan dan keagamaan yang tangguh, rasa kesusilaan dari ajaran Islam. Susunan dan tatacara hidup hendaklah diperbaiki. Dari Barat dikutp mana yang baik dan berfaedah (halalan-thaiyiba) dan sesuai dengan akidah Islam, sertaa yang mempunyai nilai positif yang akan memperkuat potensi ummat serta menguntungkan mereka dalam perjuangan hidup dan tercapainya kejayaan.
"Dunia dan negeri-negeri Islam memerlukan suatu masyarakat Islam yang maju dan adil, sehingga kehidupan menurut Islam dapat terwujud dalam praktek dn kebudayaan" (Pertarungan, hlm 37).
Ummat Islam haruslah selektif memilah konsep-konsep Barat yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.
Dalam budaya Barat, ke pada anak-anak sejak dini diperkenalkan segala sesuatu tentang sex (perkelaminan), baik tentang unsur (organ), perkembangan, maupun cara pemakaiannya, yang diintrodusir dengan nama Pendidikan Sex (Sex Education). (Ingat buku "Adik Baru").
Sebaliknya dalam Islam, sampai batas waktu tertentu (sampai batas usia baligh/dewasa), anak-anak dijauhkan dari hal-hal cenderung ke pada mengenali tentang sex, yang barangkali lebih pantas disebut Pendidikan Berkeluarga (Berumah tangga).
Mulai usia tertentu, anak-anak tidak lagi bebas keluar masuk kamar orang-tuanya. Intinya agar anak-anak tidak mengenali aurat orang-tuanya. Anak-anak lelaki dipisahkan kamar tidurnya dari anak-anak perempuan. Islam tidak menyukai apa yang disebut dengan Pendidikan (Pelajaran ?) Sex.
"Setiap makhluk semenjak lahirnya telah diberi oleh Allah kemampuan cara bagaimana ia memenuhi nafsunya tanpa belajar lebih dahulu. Untuk memenuhi nafsu makan, maka setiap makhlku tanapa belajar telah tahu di mana harus mencari makan, dan bagaaimana cara memperolehnya. Semua nafsu disertai dengan instinct sendiri-sendiri" (Kunci Sukses Penerangan dan Dakwah, hlm 61).
Dalam bioteknologi, ummat Islam haruslah meninggalkan konsep "generatio spontanea". Semua ini dirancang dan diciptakanlah mengikuti proses yang ditetapkanNya, bukanlah terjadi secara kebetulan.
Terpesona dengan kemajuan bioteknologi, Prof Dr Sutan Takdir Alisyahbana mengungkapkan "Suatu kali siapa tahu nanti sperma buaya bisa dikawinkan dengan sperma manusia dan lahir makhluk baru". Demikian terlintas dalam benak sang professor bahwa otak-otik sperma akan menghasilkan makhluk baru (JURNAL ULUMUL QUR:AN, Jakarta, No.1, Vol.1, April-Juni 1989, hlm 49, Masa depan : "Paham Islam yang menghambat kemajuan").
Dalam bidang kependudukan, Islam memberikan tuntunan : "Katakanlah : Dia yang menjadikan kamu di muka bumi dan ke padaNya kamu akan dihimpunkan" (Tarjamah QS Mulk 67:24). "Dia yang menjadikan kamu di bumi dan ke padaNya kamu dihimpunkan" (Tarjamah QS Mukminuun 23:79).
Dalam bidang ekonomi, Islam membedakan antara :
# usaha memperoleh harta kekayaan dengan cara yang sahih, benar, baik, boleh, seperti jual beli (lembaga niaga).
# usaha memperoleh harta kekayaan dengan cara yang batil, salah, buruk, terlarang, seperti riba, maisir (judi, lembaga spekulasi).
"Janganlah seagian kamu memakan harta orang lain dengan yang batil (tiada hak) dan (jangan) kamu bawa ke pada hakim, supaya dapat kamu memakan sebagian dari harta orang dengan berdosa, sedang kamu mengetahui" (Tarjamah Qs Baqarah 2:188). "Allah menghalalkan berjual beli dan mengharamkan riba" (Tarjamah QS Baqarah 2:275).
Apakah dapat diciptakan undang-undang untuk menetralisir (menghilangkan) dosa (itsmun) (2:219) sehingga status hukum khamar dan maisir bisa berubah dari haram ke halal, kembali kepada hasil pemikiran (ijtihad) para ahli fikih yang wara’. Demikian juga apakah dapat diciptakan undang-undang untuk menetralisir (menghilangkan) bunga-berbunga (adh’afan mudha’afah) (3:130) sehingga status hukum riba dapat berubah dari haram ke halal, juga kembali kepada hasil pemikiran (ijtihad) para ahli fikih yang wara’".
Riba dewasa ini dikenal dengan sebutan rente, bunga dan terdapat di kalangan Bank (lembaga riba).
Iqbal menyeb utkan bahwa : Bank-bank besar ini tiada lain dari hasil kelicikan Yahudi yang licik (Pertarungan, hlm 90).
Prof Dr Hamka memperingatkan bahwa : "Memang Masyarakat Modern tidak akan dapat dihadapi, kalau tidak ada pinjam-meminjam, atau tidak ada Bank untuk mengedarkan uang. Tetapi wajiblah orang mengingat bahwa masyarakat memakai Bank itu baru ada dalam Dunia Islam setelah ekonomi, politik dan sosial dipengaruhi atau dijajah oleh bangsa Barat dengan sistim kapitalis yang berpusat pada Bank". (Bukitting Sumatera Barat baru pertama kali mengenal Bank kira-kira tahun tigapuluhan dengan didirikannya Bank Nasional tahun 1930).
"Orang yang beriman janganlah berputus asa di dalam hendak menegakkan masyarakat Islam yang berdasarkan iman dan beramal shaleh, sembahyang dan mengeluarkan zakat, karena terpesona oleh kehidupan kapitalisme yang sekarang tengah mencengkeran di atas diri kita".
"Di zaman sekarang kita terpaksa meniru sistim ekonomi yang bersandar ke pada Bank, sebab orang Yahudi menternakkan uang dengan Bank, untuk meminjami orang luar dari Yahudi. Orang Islam tidaklah menyerahkan ke pada susunan ini. Kita masih menuju lagi ke pada tujuan yang lebih jauh, yaitu kemerdekaan ekonomi kita secara Islam, dengan dasar hidup beriman ke pada Allah. Kita wajib meyakini konsepsi ekonomi Islam, dan tetap bercita-cita mempraktyekkannya di dunia ini" (Prof Dr Hamka : "Tafsir Al-Azhar", juzuk II, hlm 71, 77-78).
"Abul A’la Maududi berucap : Kami akan tetap berusaha menciptakan masyarakat Islam, betapa pun andainya anda tidak melihat adanya kebobrokan-kebobrokan ini di depan mata kita" (Abul A’la al-Maududi : "Kemerosotan Ummat Islam", hlm 3).
Dalam mengutip ilmu-ilmu Barat, ummat Islam hendaknya jangan sampai termakan ajaran-ajaran orientalis yang menyesatkan. Para orientalis berupaya menimbulkan keraguan dan kebingungan terhadap Islam, sehingga mengakui bahwa Islam itu tidak cocok dengan alam kehidupan modern, serta tidak mampu untuk menjawab tantangan dan melayani kebutuhan jaman" (pertarungan, hlm 180).
Para orientalis berupaya mempropagandakan bahwa : al-Qur:an itu adalah gubahan manusia, pemisahan agama dari politik, bahwa Islam itu adalah agama dan bukan negara. Dan berupaya menyerukan, menyuarakan : seruan kepada sekularisme, kebimbangan dalam nilai ilmiah hadits, seruan akan persamaan wanita dan lelaki, seruan menanggalakan jilbab, seruan bahwa fikih Islam itu dikutip dari undang-undang Romawi (Pertarungan, hlm 116).
Sungguh, ajaran-ajaran Islam cukup sempurna dan jadi jaminan untuk dapat memperbaiki tatanan sosial, tetapi sayang ummatnya lemah, dalam keadaan tiada berdaya, hingga datanglah peradaban materialistis yang secara keterlaluan menganjurkan persamaan dan kemerdekaan yang meliwati batas, serta mengganti tradisi-tradisi lama bagaimanapun juga corak bentuknya, hingga akhirnya meledaklah kebencian dan pemberontakan terhadap tradisi dan tatanan yang berlaku (Pertarungan, hl 34).
Dalam menyusun Fikih Islam secara baru, tidaklah perlu menemukan undang-undang baru yang membutuhkan disusunnya prinsip-prinsip baru (kaidah usul fikih), atau menciptakan sesuatu yang belum terwujud menjadi berwujud. Yang perlu sekarang ini hanyalah menarik maslah-masalah cabang dari pokok atau garis-garis besar fikih Islam yang bersumber ke pada al-Qur:an dan Sunnah. Ini diperlukan untuk menjawab tantangan kehidupan modern yang senantiasa berobah-robah, dan guna menyodorkan pemecahan bagi kemusykilan-kemusykilan baru (Pertarungan, hlm 189).
Walau dengan artinya yang luas sekali pun, kedatangan syari’at tak akan dapat memecahkan semua kesulitan yang ditemui di masa kini seperti masalah asuransi, perdagangan internasional, undang-undang hukum lautan, undang-undang pemerintahan modern. Tetapi syari’at itu mengandudng prinsip-prinsip utama yang dapat dipakai sebagai dasar untuk menyelesaikan masalah-masalah itu, sebagaimana juga ia memuat cara-cara praktis untuk menggali dan mendapatkan pemecahan baru (Ahmad Zaki Yamani MCJ.LLM :"Syari’at Islam Yang Abadi Menjawab Tantangan Masa Kini", al-Ma’arif, Bandung, 1986 (cetakan ke-3), hlm 35).
Susmber daya insani berpangkal pada : mengimani Islam (berdimensi iman0), mengilmui Islam (IPTEK, Sains & teknologi), mengamalkan Islam (etos kerja, amal shalih, ihsan), menda’wahkan Islam (manajemen), shabar dalam Islam (ALMUSLIMUN, Bangil, No.191, hlm 72).
Agar sukses (tidak merugi) dengan meningkatkan sumber daya insani, dengan membekali hidup dengan : iman (mental-spirituil), IPTEK (sains & teknologi), amal shaleh (etos kerja), da’wah (manajemen), sbar (optimis, dinamis).
 Bekasi 9509251400
 Menyoal pola hidup tamak
Tamak adalah sifat untuk memiliki sesuatu secara berlebihan-lebihan tanpa ada puas-puasnya. Dalam bahasa canggihnya, tamak adalah orientasi hidup yang berlebihan pada materialisme. Bisa saja tamak akan harta, kekayaan, pangkat, jabatan, kedudukan, kekuasaan.
"Ketamakan (avarice, emangnya lu gua pikirin) melekat pada watak, pembawaan ekonomi pasar (ekonomi kapitalis). Pembawaan dan dampak ekonomi kapitalis, pertumbuhan dan kemajuan besar, sekaligus juga kesenjangan´(KOMPAS, Kamis, 16 Januari 1997, hal 4, Tajuk Rencana). Ketimpangan sosial-ekonomi, antara rural-agraris-tradisional dan urban-industrial-modern. Terjadi seleksi rekayasa : struggle for existence, survival of the fittest, adoptability. Rakyat lemah tersingkir ke pinggir. Pemerintah ikut berperan sebagai agen, fasilitator, broker untuk kepentingan pemilik modal.
Ketamakan akan harta, kekayaan melahirkan industrialisasi. Disamping berhasil memacu pertumbuhan ekonomi dan modernisasi, industrialisasi juga telah merusak hubungan-hubungan sosial tradisional dan memunculkan perpecahan-perpecahan dan konflik-konflik baru dalam struktur sosial masyarakat. Proses industrialisasi telah merombak secara total hampir setiap sendi kehidupan masyarakat, baik kebudayaan mapun kepribadian. Akibat lanjutannya adalah munculnya gejala ketidak-seimbangan dan guncangan mental dalam kehidupan masyarakat. Pada saat yang bersamaan rasa tidak aman, tidak berharga, putus asa, mengalami ketegangan melanda relung kehidupan masyarakat. Pada gilirannya, norma-norma sosial masyarakat menjadi lemah atau tidak ada sama sekali.
Ketamakan akan pangkat, jabatan, kedudukan, kekuasaan, ketenaran dapat tercermin, terpanctul dalam ambisi memenuhi kebutuhan yang berlebihan. Kebutuhan untuk dapat berusaha mengontrol kepentingan kelompok subordinasi (miskin). Kebutuhan untuk dapat berusaha membenarkan (mempertahankan legitimasi kelanggengan dominasinya. Kebutuhan akan kerelaan berkorban dari pihak yang tersubordinasi, kerelaan masyarakat untuk menerima serta mendukung struktur kekuasaan. Kebutuhan agar sistem yang berjalan tetap bertahan. Pendukung struktur yang berkuasa (ketamakan akan kekuasaan) dan pemilik modal (ketamakan akan kekayaan) berkoalisi, berkolusi berusaha memperkuat dominasinya dengan memangkas, memasung kebebasan manusia. Demikian disimak dari analisa Tadjuddin Noer Effendi (KOMPAS, Rabu, 29 Januari 1997, hal4, "Pahami Kerusuhan dan Gejolak Sosial").
Dari ayat 34 surah Taubah (QS 9:34) dipahami bahwa bencana akan menimpa perekonomian dunia oleh karena dua hal. Pertama disebabkan dari kaum agama (pendeta) yang memperkosa hak milik manusia dengan cara yang salah, dengan memperkedok agama dan Tuhan (lahir pada zaman Universal-Feodalisme). Kedua disebabkan dari kaum kapitalis yang sangat memperkuat dan memperhebat kekuasaan hak milik, dengan mengesampingkan sama sekali akan rasa Ke-Tuhanan dan rasa kemanusiaan (lahir pada zaman Individualistis-Kapitalisme). Inilah yang mengundang datangnya azab, siksaan Allah yang sangat pedih, yang menimbulkan bencana kesengsaraan manusia seluruh dunia. Demikian disimak dari analisa Z.A Ahmad tentang "Kebobrokan Ekonomi Dunia" (Dasar-Dasar Ekonomi dalam Islam, 1952, hal 27, 31).
Tamak biangnya ketimpangan, kesenjangan, keretakan, keresahan, kerusuhan, keonaran, kekacauan. Namun demikian, tamak terkendali (nafsu muthmainnah) perlu. Tanpa tamak takkan berhasil. Salah satu wujud tamak adalah tidak alergi untuk berutang. Dalam berbisnis harus berani berutang. Itu, kalau takut berutang, tak akan bisa berbisnis. Kalau mau kaya, makin banyak untung, makin nyenyak tidur. Demikian resep untuk jadi kaya yang dianjurkan oleh Ketua Umum ISEI (Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia) Marzuki Uman (KOMPAS, Jum’at, 23 Mei 1997, hal 15).
Dalam dunia industri, manusia dipandang tidak lebih dari robot-robot untuk mengoperasikan mesin-mesin industri. Manusia industri menghabiskan hidupnya dalam lingkungan yang bercorak pabrik yang senantiasa berhubungan dengan mesin. Dibesarkan dan dididik dalam pendidikan bersuasana, bergaya pabrik. Sekolah merupakan pendidikan massal yang menekankan kedisiplinan terhadap waktu (time is money), kepatuhan dan rutinitas kerja. Pekerja harus datang tepat waktu, melaksanakan perintah tanpa bertanya-tanya (oke boss), melakukan pekerjaan secara rutin. Aktivitas produk sekolah tak lebih dari robot-robot (manusia robot). Demikian disimak antara lain dari "Keluarga Islam Menyongsong Abad 21", oleh Ibnu Musthafa.
Dalam dunia industri yang digalakkan, tenaga manusia adalah robot, pelayan dari mesin pabrik, abdi, hamba dari mesin. Timbul rasa kesedihan, bila jam kerja lembur dihapuskan. Maunya bekerja lebih dari tujuh atau delapan jam sehari. Memang demikianlah mental pabrik, mental pelayan, mental abdi, mental hamba, mental mengacu ke-atas. Pada industri, para pekerja (buruh) secara berkala tenaganya disedot pada malam hari, sebagai budak industri. Padahal malam itu diciptakan Allah untuk bisa beristirahat (QS Yunus 10:67).

Mental budak, mental inlander, mental anak jajahan tercermin dari sikap yang mempercayai tenaga ahli asing dari pada mempercayai tenaga ahli bangsa sendiri. Suatu perusahaan diyakini akan menjadi baik kinerjanya kalau pimpinannya orang asing, meskipun yang bekerja semuanya orang Indonesia. Mental demikian meyakini bahwa mustahil bisa berprestasi besar tanpa pengawasan orang asing. Demikian disimak dari analisa Kwik Kian Gie (KOMPAS, Senin, 3 Februari 1997, hal 15).
Kemitraan (koalisi, kolusi, persekongkolan) antar pendukung ketamakan akan kekuasaan (yang berkuasa) dan ketamakan akan kekayaan (pemilik modal) menghasilkan krisis, gejolak. Apa yang akan terjadi bila industri, keuangan, pemerintahan ditangani, dipimpin oleh kiai yang teknokrat-konglomerat ?
Amat disayangkan, tak ada upaya sama sekali untuk mengeliminir, meredusir, membatasi dampat negatif dari industrialisasi, mekanisasi, otomatisasi, investasi, kerja lebur. Bahkan malah pemerintah hanya berperan sebagai agen, fasilisator, broker, makelar, tengkulak untuk kepentingan pemilik modal (PMA, PMDN). Dan rakyat banyak jadi buruh, kuli dari pada investor (asing dan domestik).
Memang sistem yang dikendalikan oleh MNC (Multi National Corporation) dan lembaga-lembaga internasional seperti IMF dan World Bank memonopoli keputusan-keputusan global, dan pengaruhnya berdampak pada milyaran penduduk bumi. Di Indonesia hal ini dapat dilihat misalnya dengan musnahnya usaha-usaha industri rumah tangga, seperti limun, yang ketika dekade 70-an tumbuh menjamur di desa-desa. Tapi kini Coca Cola dan sejenis telah meluluh lantakkan mereka, nyaris tanpa sisa (GERAKAN KELUARGA SEJAHTERA Muhammadiyah, No.11, April-Juni 1994, hal 8).
Bekasi 9702091415
Menyoal Orientasi Kepentingan
Dalam acara dua jam saja TVRI, Senin, 21 Agustus 2000, 07.00, Menteri Investasi dan BUMN, Rozy Munir menegaskan bahwa kebijakan Investasi dan BUMN itu berpangkal pada profit oriented.
Kebijakan penyelenggara negara yang berorientasi pada profit ini sungguh amat menyimpang dari amanat pasal 33-34 UUD-45 yang berorientasi sosial, untuk sebesar-besar kesejahteraan, kemakmuran rakyat banyak.
Bila kebijakan yang berorientasi profit ini yang harus diterapkan, maka terlebih dulu perlulah merubah pasal 33-34 UUD-45 itu, sehingga untuk sebesar-besar kesejaahteraan, kemakmuran pemodal.
Dalam penyusunan resyafel komposisi formasi personalia kabinet mendatang, oleh berbagai kalangan diminta agar berorientasi pada profesi. Orang-orang yang akan didudukkan dalam kabinet itu haruslah orang-orang profesional, bukan orang partisan, bukan orang partai.
Pola pikir yang berorientasi pada prefesi ini sungguh amat bertentangan dengan tata bernegara yang berorientasi pada partai. Presiden, pemegang hak prerogatif penyusunan kabinet itu diberi mandat, wewenang oleh MPR, yang sebagian besarnya adalah orang-orang partai (DPR).
Bilamana orang-orang eksekutif haruslah orang-orang profesional, maka perlulah UU pemilu dirubah, sehingga orang-orang legislatif itu semuanya adalah orang-orang profesional (yang diangkat dan yang ditunjuk oleh kalangan profesional).
Menyoal profit-oriented
Setiap kalangan merasa bahwa kalangan merekalah yang paling berperan. Pebisnis merasa bahwa yang menggerakkan roda perekonomian ini adalah kalangan mereka, para pelaku ekonomi. Karena itu yang paling pantas duduk dalam pemerintahan haruslah dari kalangan mereka, para pelaku ekonomi, pebisnis agar roda ekonomi berjalan lancar.
Namun kalangan lain memandang sebaliknya. Watak investor, pebisnis, pelaku ekonomi itu adalah avarice (emangnya lu gua pikirin), berorientasi pada profit (untuk kepentingan sendiri), dan sama sekali bukan berorientasi sosial (untuk kepentingan bersama). Dalam pandangan investor, pebisnis, pelaku ekonomi itu tenaga kerja hanyalah alat, sarana untuk menggandakan profit.
Berbeda dengan investor, pebisnis, pelaku ekonomi, maka penyelenggara negara (menteri dan aparatnya) itu haruslah berorientasi sosial. Sesuai pasal 33-34 UUD-45, maka profit bagi negara adalah untuk sebesar-besar kesejahteraan, kemakmuran rakyat banyak. Bila yang dikehendaki adalah sebesar-besar kesejahteraan, kemakmuran pemodal, maka haruslah dirubah pasal 33-34 UUD-45 tersebut.
Bekasi 0008171430
Menyoal industrialisasi
Industrialisasi dipelopori oleh Revolusi Industri yang pertama kali terjadi di negeri Inggeris yang berlansung sejak 1750 dengan puncak perkembangannya pada sekitar 1850. Inti dari pengertian Revolusi Industri adalah penggantian tenaga manusia dengan tenaga uap sebagai tenaga penggerak. Revolusi industri didahului oleh Gerakan Intelektualisme (Renaissance dan Humanisme sekitar 1300-1500) yang mencapai puncaknya pada Revolusi Perancis 1789. Indonesia sendiri dalam sejarah perekonomiannya belum pernah mengalami Revolusi Industri seperti di negara-negara industri.
Industrialisasi membutuhkan daerah produsen (penghasil bahan mentah dan bahan baku bagi industri), daerah konsumen (pemakai/pembeli barang jadi hasil produksi industri), daerah investasi (untuk menanamkan modal lebih dari konglomerat). Industrialisasi berwatak tamak (imperialisme), punya nafsu serakah untuk merampas dan menguasai daerah atau negeri lain. Industrialisasi menimbulkan urbanisasi, gejolak sosial (keresahan dan kerusuhan). Industrialisasi menghasilkan kuli, buruh pabrik yang bernasib buruk, dan konglomerat yang menumpuk kekayaan triliunan. Industrialisasi tak pernah mendatangkan kemakmuran bagi kuli, buruh pabrik industri. Buruh tak pernah berhenti berjuang menuntut upah, jam kerja dan jaminan yang sangat layak. Besarnya upah buruh yang layak dapat dikalkulasikan dari besarnya kerugian yang diderita oleh konglomerat pada saat aksi mogok kerja yang dilakukan oleh buruh. Kegigihan perjuangannyalah yang dapat mengangkat standard/tingkat hidupnya (memakmurkannya). "Adalah suatu kemustahilan, kondisi golongan miskin itu akan berubah tanpa suatu kekuasaan. Dan suatu kekuasaan tidak akan lahir tanpa diperjuangkan" (TOPIK, No.6, 14 Februari 1984, hlm 6).
Bekasi 9712291445
Menyoal PMA
Konglomerat Barat (juga Timur dan Domestik) menanamkan modalnya di tanah air Indonesia ini pada sektor industri dan niaga. Industri dan niaga ini langsung di bawah kontrol dari pimpinan konglomerat sendiri. Bagi konglomerat (juga bagi kompeni dulu), rakyat merupakan tambang emas. Mereka dipekerjakan sebagai buruh pabrik untuk melayani mesin produksi. Tenaganya diperas dan dikuras dengan upah yang sangat minim. Tak heran bila mereka berjuang berkepanjangan menuntut upah yang paling layak. Juga rakyat itu merupakan objek pasar, pembeli, konsumen barang produksi industri konglomerat. Rakyat digunakan konglomerat untuk menggandakan kekayaan konglomerat. Pertama dari upah buruh yang sangat tak layak (di bawah standard umum) dan dari keuntungan penjualan barang produksi kepada rakayat konsumen. Jutaan, milyaran, triliunan rupiah mengalir ke pos-kekayaan konglomerat. Rakyat tetap sebagai kuli, buruh dengan standard/tingkat hidup yang jauh di bawah layak.
Dimaklumi bahwa salah satu akibat dari penanaman modal Barat (juga Timur dan Domestik) yang berkelebihan adalah semakin melebarnya kesenjangan sosial ekonomi di tengah masyarakat (bergrafik tangensial). Yang sebagian besar hanya punya penghasilan dalam ribuan rupiah, sedangkan yang sebagian kecil lainnya punya penghasilan dalam jutaan rupiah, bahakan ada yang dalam milyaran dan triliyunan rupiah. Rakyat tetap saja kuli, buruh kilang pabrik konglomerat. Industrialisasi dan pabrik-pabrik telah menghasilkan kuli, buruh pabrik yang bernasib sangat buruk, dan konglomerat yang menumpuk kekayaan triliyunan. Industrialisasi tidaklah mendatangkan kemakmuran rakyat, kecuali bagi konglomerat.
Sistim pendidikan (link & match) juga mempersiapkan rakyat (anak didik) untuk melayani kebutuhan konglomerat yang menguasai industri. Sekolah itu diproyeksikan untuk mengabdi pada pembinaan SDM yang diperlukan bagi industri, untuk memberikan yang terbaik pada para pelaku ekonomi. Tegasnya sekolah harus mengabdi pada industri. Dalam bahasa pasaran "pendidikan harus mengabdi pada konglomerat". Perbudakan modern.
Sampai di mana, sistim industri, sistim pendidikan, sistim ketenagakerjaan, sistim pengupahan mengangkat standard/tingkat hidup rakyat (memakmurkan rakyat) ? Di Cikarang, Jawa Barat, misalnya, tersedia lahan kawasan industri bagi lebih tiga-ratusan investor. Berapa jumlah kekayaan rakyat setempat yang tergusur/tersedot ? Seberapa jauh tingkat kesejahteraan rakyat sekitar kawasan industri dapat diharapkan naik dengan keberadaan industri ? Seberapa jauh sumbangan industri terhadap pembinaan SDM rakyat sekitar ? Apakah rakyat hanya harus bekarja keras (berkorban) dalam rangka memberikan saham bagi kepentingan konglomerat ? (Bks 27-12-1997)

Entri Blog











setstats1


Tidak ada komentar: