Nilai selalu berubah
Catatan Asrir
Sutanmaradjo
Dunia berputar. Semuanya berubah, silih berganti. Tolak ukur
nilai selalu berubah. Nilai baik atau buruk, benar atau salah slalu berubah,
tak pernah tetap. Dalam wujud kenyataan (Das Sein) kebenaran itu semuanya adalh
relative, selalu berubah. Kebenaran mutlak bersifat Das Sollen, yang
diharapkan. Tugas Ulama Islamlah untuk membawa, mengembalikan kebenaran nisbi
itu ke kebenaran mutlak.
Tugas iblis, setan la’natullah adaalaah untuk
menggelicirkan, menyimpangkan, menyesatkan manusia kepada kebenaran nisbi,
kebenaran filsafat. Iblis, setan diberi Allah kebebasan mutlak untuk
menyesatkan manusia, kecuali yang benar-benar dipelihara oleh Allah swt.
Korupsi dulu dipandang sebagai perbuatan jahat, perbuatan
terkutuk. Namun sekarang korupsi sudah membudaya, sudah dianggap wajar, bahkan
dilakukan oleh mereka-mereka yang menyandang predikat terhormat, baik di
kalangan eksekutif, legislative, yudikatif. Sekaligus hasil korupsi itu
dinikmati oleh mereka-mereka yang berada di sekitar koruptor, baik keluarga,
kolega, kroninya.
Masyarakat IMTAQ
pasca masa Rasulullah saw (Noda-noda yang merusak masyarakat IMTAQ : Takhyul, Khurafat, Sinkretisme, Sekularisme,
Hedonisme, Permissivisme)
- -Generasi utama pengikut Muhammad Rasulullah saw berturut – turut adalah :
a. Generasi
shahabat
b. Generasi tabi’in
c. Generasi
tabi’t-tabi’in
·
HR Bukhari dari ‘Abdullah bin Mas’ud (“Shahih
Bukhari”, Kitab Syahadat;” Tarjamah Lukluk wal Marjan”, jilid II, hal 979,
hadis 1646)
·
HR Abu Daud, Tirmidzi dari Abi Najih (“Tarjamah
Riadhus Shalihin”, jilid I, hal 169, hdis 2).
Sebelumnya, manusia beradaa di zaman jahiliyah dan
keburukan. Kemudian Allah mendatangkan kebaikan. Setelah itu ada keburukan.
Setelah keburukanitu akan dating kebaikan, akan tetapi di dalamnya ada
dakhanun, mensunnahkan bukan sunnah Rasulullah saw, member petunjuk bukan
petunjuk Rasulullah saw. Setelah kebaikan itu, ada keburukan, mengajak ke
pintu-pintu jahaaanam. Umat Islam haruslah senantiasa berpegang teguh pada
Jama’ah Muslimin dan Imamnya. Jika tidak ada jama’ah maupun imamnya, hindarilah
semua firqah itu hingga maut menjemputmu (Simak Fuad Abdul Baqi : “Tarjamah
“AlLukluk wal Marjan”, oleh Salim Bahreisy, jilid II, hal 757, hadis 1211; Imam
Nawawi : “Tarjamah Riadhus Shalihin”, olah Salim Bahreisy, jilid II, haaaaaaaal
211, hadis no.1)
Perubahan nilai itu berlaku sepanjang masa. Hal ini dapat disimak antara lain dari Sistem Masyarakat Islam dalam Al Qur'an & Sunnah oleh Dr. Yusuf Qardhawi seperti berikut :
Quote
Di antara hadits-hadits yang paling
menarik, yang menjelaskan tentang arus kemerosotan perubahan nilai, kejahatan
dan kemaksiatan (perubahan nilai) adalah hadits-hadits yang diriwayatkan Abu
Umamah, marfu':
"Bagaimana kamu, jika isteri-isterimu telah berbuat
zina, dan pemuda-pemudanya telah fasik, dan kamu telah meninggalkan
jihad?" Sahabat bertanya, "Apakah itu akan terjadi wahai
Rasulullah?" Nabi menjawab, "Ya, demi Dzat yang diriku ada
ditangan-Nya' lebih dari itu akan terjadi." Sahabat bertanya, "Apa
yang lebih berat dari itu wahai Rasulullah?" Nabi bersabda,
"Bagaimana kamu, jika kamu tidak melaksanakan amar ma'ruf dan nahi
mungkar?" Mereka bertanya, "Apakah itu akan terjadi wahai Rasulullah
?" Nabi bersabda, "Ya, demi Dzat yang diriku berada di tangan-Nya,
lebih dari itu akan terjadi!" Mereka bertanya, "Apakah yang lebih
dari itu wahai Rasul Allah?" Nabi bersabda, "Bagaimana kamu jika kamu
melihat yang ma'ruf menjadi munkar dan yang munkar menjadi ma'ruf?" Mereka
bertanya, "Apa kah itu akan terjadi wahai Rasulullah?" Nabi menjawab,
"Ya, demi Dzat yang diriku berada di tangan-Nya, yang lebih dari itu akan
terjadi !" Mereka bertanya, "Apa yang lebih dari itu wahai
Rasulullah?" Nabi bersabda, "Bagaimana pendapatmu jika kamu
memerintahkan yang mungkar dan melarang yang ma'ruf?" Mereka bertanya,
"Apakah itu akan terjadi wahai Rasulullah?" Nabi menjawab, "Ya,
demi Dzat yang diriku berada di tangan-Nya, lebih dari itu akan terjadi
!"Allah SWT bersabda, "Aku bersumpah demi Aku, akan Aku buka untuk
mereka fitnah, di mana orang yang sabar (penyantun) karena fitnah itu menjadi
kebingungan." (HR. Abid Dunya -Dha'if)-
Nampaknya kebanyakan dari hal-hal
yang diperingatkan oleh hadits ini sudah terjadi, sehingga yang ma'ruf menjadi
munkar, dan yang munkar menjadi ma'ruf, seakan-akan dakwah kepada Islam dan
syari'atnya itu suatu kesalahan atau dosa. Dan para da'i pun telah dituduh
sebagai fundamentalis, ekstrim (teroris), yang posisinya selalu tertuduh.
Tetapi para da'i ilallah,
orang-orang yang beramar ma'ruf nahi munkar dan para pelindung dan pembangkit
agama Allah, suara mereka masih tetap kuat bersama kebenaran (yang dibawanya),
meskipun suara kebatilan di kanan kirinya terus menggema.
Yang penting adalah memperkuat
pelaksanaan kewajiban yang besar ini dan menghidupkannya kembali, serta
menghidupkan aktifitas dakwah, yang dengannya akan sanggup melaksanakan syiar
ini dalam kehidupan yang nyata. Dan para da'i dalam hal ini memiliki peran yang
sangat penting dalam masyarakat Islam.
Jika sebagian manusia dewasa ini
berbicara tentang pentingnya membentuk opini umum dan pengaruhnya dalam
mengawasi dan memelihara prinsip-prinsip umat, akhlaq, moral dan kepentingannya
serta meluruskan apa-apa yang dianggap bengkok (tidak benar) dari
masalah-masalah kehidupannya, maka kewajiban beramar ma'ruf nahi munkar adalah
sarana terbaik yang menjamin tercapainya tujuan tersebut untuk membentuk opini
umum yang bersandar pada standar akhlak Islami, tata susila yang paling benar,
paling adil, paling kekal dan paling kuat, karena standar itu diambil dari Al
Haq yang 'azli dan abadi, yaitu Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
(http://media.isnet.org/islam/Qardhawi/Masyarakat/AMNM.html.
Sistem Masyarakat Islam dalam Al Qur'an & Sunnah (Malaamihu
Al Mujtama' Al Muslim Alladzi Nasyuduh)
oleh
Dr. Yusuf Qardhawi Cetakan Pertama Januari 1997 Citra Islami Press Jl. Kol.
Sutarto 88 (lama) Telp.(0271) 632990 Solo 57126)
Bekasi
1202141120
Metoda Menumpas
Kemunkaran Menurut Islam perlu disosialisasikan
Saban waktu, setiap saat kita menyaksikan kemunkaran di
sekitar kita.
Islam menyuruh kita, bila menyaksikan kemunkaran segea menumpas
membasminya dengan kekuatan tangan, bila tak sanggup dengan kekuatan
lisan, bila tak sanggup juga dengan kekuatan hati.
Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud bahwa
Rasulullah mengingatkan : “Hendaklah kamu menyuruh berbuat makruf dan
hendaklah kamu mencegah berbuat munkar./ Hendaklah kamu tarik/tahan
tangan zhalim/aniaaya/sewenang-wenang, dan hendaklah hela/paksa tangan
itu kepada/menyta’ati kebenaran dengan helaan yang sungguh-sungguh.
Kalau kamu tidak mau melaksanakannnya, maka Allah akan memukulkan hati
yang setengah kamu kepada yang setengah (menjadikan hatimu saling
bermusuhan), kemudian Allah melaknat kamu semua ((Dalam “Riadhus
Sahalihin” Imaqm Nawawi, pasal : “Menganjrrrrrkan kebaikan dan
mencegah munkar”; “Tafsir AlAzhar” Prof Dr Hamka, jilid VI, hal
338-339; “Tafsir Ibnu Katsir”, jilid II, hal 85).
Bila duduk berkumpul bersama orang-orang yang suka mempermainkan ayat
Allah, maka Allah memperingatkan agar melakukan nahi munkar terhadap
mereka, mencegah, menghentikan perbuatan mereka, mengingatkan mereka
agar bertakwa kepada Allah. Jika tidak sanggup, tidak mampu, maka
Allah menyuruh agar meninggalkan tempat berkumpul tersebut (QS 4:140,
6:68-69).
Pernah di antara ormas Islam berupaya mengobrak abrik tempat-tempat
maksiat tanpa dukungan aparat penegak hukum.
Hasilnya perbuatan maksiat tak berkurang malah perbuatan munkar makin bertambah.
Dalam khazanah kepustakaan Islam, rasanya tak terdapat rujukan,
maraji’, referensi tentang contoh, model cara menumpas, membasmi
kemunkaran dengan kekuatan tangan yang dapat dijadikan sebagai jurlak
(petunjuk pelaksanaan)nya.
Majlis Ulama, Lembaga Dakwah seyogianya proaktif menginventarisir
bahan-bahan yang dapat dijadikan sebagai rujukan bagi penumpasan
kemunkaran, dan sekaligus menyiarkan petunjuk pelaksanaannya.
Dikisahkan pada masa pendudukan pasukan Tartar (Mongolia), ketika Ibnu
Taimiyah (W728) berjalan-jalan bersama para sahabatnya, mereka melihat
sebagian orang Tartar sedang minum minuman keras, mabuk-mabukan.
Sebagian sahabatIbnu Taimiyah mencela tindakan orang-orang Tartar itu
dan hendak melarangnya. Namun Ibnu Taimiyah mencegah sebagian
sahabatnya dan berkata : “Biarkan saja mereka. Sesungguhnya Allah
melarang khamar itu karena ia dapat membuat orang tidak melakukan
shalat. Tetapi orang-orang itu, dengan minum khamar, justru membuat
mereka tidak membunuh, menawan orang, dan merampok harta benda rakyat.
Jadi, biarkan saja mereka” (Abduh Zulfida Akaha : “Siapa Teroris?
Siapa Khawarij?”, 2006:15, dari A’lam (I’lam) akMuwaqqi’in an Rabb
al’Alamin” Ibnul Qayyim, jilid 2, juz 3, hlm 4-5, Maktabah alIman,
Manshurah, Mesir, cetakan pertama, 1999M-1419H, bab “Inkar alMunkar
Arba’ Darajat”).
Penumpasan kemunkaran yang disyari’atkan adalah yang menyebabkan
kemunkaran tersebut hilang dan diganti dengan yang lebih baik atau
kemunkaran tersebut berkurang, meski tidak hilang secara keseluruhan..
Namun penumpasan kemunkaran adalah haram bila kemunkaran tersebut
dapat hilang, tetapi berganti menjadi kemunkaran yang lebih besar. Dan
jadi medan ijtihad, bila kemunkaran tersebut dapat hilang, tetapi
berganti dengan kemunkaran lain yang sama tingkatannya (idem, Simak
juga “Amar Ma’ruf Nahi Munkar” Ibnu Taimiyah, terbitan atTibyan,
2005).
(BKS04098190600)
Empat tingkatan Mengingkari Kemunkaran
(Inkar alMunkar Arba’ Darajat)
Kemungkaran tersebut hilang dan digantikan dengan yang lebih baik.
Meski tidak hilang secara keseluruhan, tetapi kemngkaran tersebut berkurang.
Kemungkaran tersebut hilang, tetapi diganti dengan kemungkaran lain yang sama.
Kemungkaran tersebut hilang, tetapi berganti menjadi kemungkaran yang
lebih besar.
Dua tingkatan yang pertama ( 1 dan 2) adalah masyru’ (disyari’atkan).
Tingkatan ketiga adalah medan ijtihad. Dan, tngkatan yang keepat
adalah haram.
(Abduh Zulfida Akaha : “Siapa Teroris ? Siapa Khawarij ? “,
2006:14-15, dari Ibnul Qayyim : “I’lam alMuwaqi’in”, bab “Inkar
AlMunkar Arba’ Darajat”, jilid 2/juz 23, hlm 4-5/cetakan
1999M-1439H/Maktabah Al-Imam, Manshurah, Mesir). (“I’lam (A’lam)
Al-Muwaqiin An Rabb Al-‘alamin/Imam Ibnul Qaiyyim AlJauziyah/Maktabah
Al-Imam, Manshuran – Mesir/cetakan I/1999M-1439H/hlam 4-5).
(BKS0701121500)
Unsur ganda
Ketika manusia hendak dihadirkan di dunia ini, Malaikat bertanya
kepada Yang Maha Mencipta : “Apakah Engkau hendak menciptakan di bumi
ini yang akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih memuji dan mensucikan Engkau ?” Allah menjawab :
“Aku mengetahui yang tidak kamu ketahui”.
Allah Maha Mengetahui segala hal, yang lalu, kini dan nanti. Untuk apa
sebenarnya Allah menciptakan, menghadirkan setan, iblis, Qabil,
Namruz, Fir’aun, Abi Lahab, Nero, Mussolini, Hitler, Lenin, Bush,
Yahudi, Nasrani, Majusi, Pagan, dan lain-lain. Untuk apa Fir’aun
ddditampilkan yang membunui bayi-bayai lelaki. Untuk apa Bush
ditampilkan yang memporakporandakan Irak, Afghanistan. Untuk apa
ditampilkan yang membunuhi kelelakian, kejantanan.
Tak ada perintah untuk menumpas, membasmi, melenyapkan setan, iblis,
Fir’aun, Yahudi, Nasrani, dan laikn-lain. Yang ada hanyalah perintah
mencegah, merintangi, menghalangi berkembangnya kemunkaran, kejorokan,
kemaksiatan. Termasuk ke dalam kemunkaran, antara lain : Satanisme,
Fir’aunisme, Judaisme, Christianisme, Atheisme, Komunisme,
Pornografisme, Hedonisme, Sekularisme, Liberalisme, Pluralisme, dan
lain-lain.
Pada setiap ciptaan Allah terdapat unsure bawaan yang bersifat ganda,
yang membawa unsure kefasikan (fujur) dan sekaligus juga ketakwaan.
Semuanya termasuk ke dalam hal-hal yang tidak sia-sia (tidak batil).
(BKS1003310730)
Islam menyuruh kita, bila menyaksikan kemunkaran segea menumpas
membasminya dengan kekuatan tangan, bila tak sanggup dengan kekuatan
lisan, bila tak sanggup juga dengan kekuatan hati.
Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud bahwa
Rasulullah mengingatkan : “Hendaklah kamu menyuruh berbuat makruf dan
hendaklah kamu mencegah berbuat munkar./ Hendaklah kamu tarik/tahan
tangan zhalim/aniaaya/sewenang-wenang, dan hendaklah hela/paksa tangan
itu kepada/menyta’ati kebenaran dengan helaan yang sungguh-sungguh.
Kalau kamu tidak mau melaksanakannnya, maka Allah akan memukulkan hati
yang setengah kamu kepada yang setengah (menjadikan hatimu saling
bermusuhan), kemudian Allah melaknat kamu semua ((Dalam “Riadhus
Sahalihin” Imaqm Nawawi, pasal : “Menganjrrrrrkan kebaikan dan
mencegah munkar”; “Tafsir AlAzhar” Prof Dr Hamka, jilid VI, hal
338-339; “Tafsir Ibnu Katsir”, jilid II, hal 85).
Bila duduk berkumpul bersama orang-orang yang suka mempermainkan ayat
Allah, maka Allah memperingatkan agar melakukan nahi munkar terhadap
mereka, mencegah, menghentikan perbuatan mereka, mengingatkan mereka
agar bertakwa kepada Allah. Jika tidak sanggup, tidak mampu, maka
Allah menyuruh agar meninggalkan tempat berkumpul tersebut (QS 4:140,
6:68-69).
Pernah di antara ormas Islam berupaya mengobrak abrik tempat-tempat
maksiat tanpa dukungan aparat penegak hukum.
Hasilnya perbuatan maksiat tak berkurang malah perbuatan munkar makin bertambah.
Dalam khazanah kepustakaan Islam, rasanya tak terdapat rujukan,
maraji’, referensi tentang contoh, model cara menumpas, membasmi
kemunkaran dengan kekuatan tangan yang dapat dijadikan sebagai jurlak
(petunjuk pelaksanaan)nya.
Majlis Ulama, Lembaga Dakwah seyogianya proaktif menginventarisir
bahan-bahan yang dapat dijadikan sebagai rujukan bagi penumpasan
kemunkaran, dan sekaligus menyiarkan petunjuk pelaksanaannya.
Dikisahkan pada masa pendudukan pasukan Tartar (Mongolia), ketika Ibnu
Taimiyah (W728) berjalan-jalan bersama para sahabatnya, mereka melihat
sebagian orang Tartar sedang minum minuman keras, mabuk-mabukan.
Sebagian sahabatIbnu Taimiyah mencela tindakan orang-orang Tartar itu
dan hendak melarangnya. Namun Ibnu Taimiyah mencegah sebagian
sahabatnya dan berkata : “Biarkan saja mereka. Sesungguhnya Allah
melarang khamar itu karena ia dapat membuat orang tidak melakukan
shalat. Tetapi orang-orang itu, dengan minum khamar, justru membuat
mereka tidak membunuh, menawan orang, dan merampok harta benda rakyat.
Jadi, biarkan saja mereka” (Abduh Zulfida Akaha : “Siapa Teroris?
Siapa Khawarij?”, 2006:15, dari A’lam (I’lam) akMuwaqqi’in an Rabb
al’Alamin” Ibnul Qayyim, jilid 2, juz 3, hlm 4-5, Maktabah alIman,
Manshurah, Mesir, cetakan pertama, 1999M-1419H, bab “Inkar alMunkar
Arba’ Darajat”).
Penumpasan kemunkaran yang disyari’atkan adalah yang menyebabkan
kemunkaran tersebut hilang dan diganti dengan yang lebih baik atau
kemunkaran tersebut berkurang, meski tidak hilang secara keseluruhan..
Namun penumpasan kemunkaran adalah haram bila kemunkaran tersebut
dapat hilang, tetapi berganti menjadi kemunkaran yang lebih besar. Dan
jadi medan ijtihad, bila kemunkaran tersebut dapat hilang, tetapi
berganti dengan kemunkaran lain yang sama tingkatannya (idem, Simak
juga “Amar Ma’ruf Nahi Munkar” Ibnu Taimiyah, terbitan atTibyan,
2005).
(BKS04098190600)
Empat tingkatan Mengingkari Kemunkaran
(Inkar alMunkar Arba’ Darajat)
Kemungkaran tersebut hilang dan digantikan dengan yang lebih baik.
Meski tidak hilang secara keseluruhan, tetapi kemngkaran tersebut berkurang.
Kemungkaran tersebut hilang, tetapi diganti dengan kemungkaran lain yang sama.
Kemungkaran tersebut hilang, tetapi berganti menjadi kemungkaran yang
lebih besar.
Dua tingkatan yang pertama ( 1 dan 2) adalah masyru’ (disyari’atkan).
Tingkatan ketiga adalah medan ijtihad. Dan, tngkatan yang keepat
adalah haram.
(Abduh Zulfida Akaha : “Siapa Teroris ? Siapa Khawarij ? “,
2006:14-15, dari Ibnul Qayyim : “I’lam alMuwaqi’in”, bab “Inkar
AlMunkar Arba’ Darajat”, jilid 2/juz 23, hlm 4-5/cetakan
1999M-1439H/Maktabah Al-Imam, Manshurah, Mesir). (“I’lam (A’lam)
Al-Muwaqiin An Rabb Al-‘alamin/Imam Ibnul Qaiyyim AlJauziyah/Maktabah
Al-Imam, Manshuran – Mesir/cetakan I/1999M-1439H/hlam 4-5).
(BKS0701121500)
Unsur ganda
Ketika manusia hendak dihadirkan di dunia ini, Malaikat bertanya
kepada Yang Maha Mencipta : “Apakah Engkau hendak menciptakan di bumi
ini yang akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih memuji dan mensucikan Engkau ?” Allah menjawab :
“Aku mengetahui yang tidak kamu ketahui”.
Allah Maha Mengetahui segala hal, yang lalu, kini dan nanti. Untuk apa
sebenarnya Allah menciptakan, menghadirkan setan, iblis, Qabil,
Namruz, Fir’aun, Abi Lahab, Nero, Mussolini, Hitler, Lenin, Bush,
Yahudi, Nasrani, Majusi, Pagan, dan lain-lain. Untuk apa Fir’aun
ddditampilkan yang membunui bayi-bayai lelaki. Untuk apa Bush
ditampilkan yang memporakporandakan Irak, Afghanistan. Untuk apa
ditampilkan yang membunuhi kelelakian, kejantanan.
Tak ada perintah untuk menumpas, membasmi, melenyapkan setan, iblis,
Fir’aun, Yahudi, Nasrani, dan laikn-lain. Yang ada hanyalah perintah
mencegah, merintangi, menghalangi berkembangnya kemunkaran, kejorokan,
kemaksiatan. Termasuk ke dalam kemunkaran, antara lain : Satanisme,
Fir’aunisme, Judaisme, Christianisme, Atheisme, Komunisme,
Pornografisme, Hedonisme, Sekularisme, Liberalisme, Pluralisme, dan
lain-lain.
Pada setiap ciptaan Allah terdapat unsure bawaan yang bersifat ganda,
yang membawa unsure kefasikan (fujur) dan sekaligus juga ketakwaan.
Semuanya termasuk ke dalam hal-hal yang tidak sia-sia (tidak batil).
(BKS1003310730)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar