Jumat, 24 Februari 2012

Nilai selalu berubah


Nilai selalu berubah
Catatan Asrir Sutanmaradjo
Dunia berputar. Semuanya berubah, silih berganti. Tolak ukur nilai selalu berubah. Nilai baik atau buruk, benar atau salah slalu berubah, tak pernah tetap. Dalam wujud kenyataan (Das Sein) kebenaran itu semuanya adalh relative, selalu berubah. Kebenaran mutlak bersifat Das Sollen, yang diharapkan. Tugas Ulama Islamlah untuk membawa, mengembalikan kebenaran nisbi itu ke kebenaran mutlak.
Tugas iblis, setan la’natullah adaalaah untuk menggelicirkan, menyimpangkan, menyesatkan manusia kepada kebenaran nisbi, kebenaran filsafat. Iblis, setan diberi Allah kebebasan mutlak untuk menyesatkan manusia, kecuali yang benar-benar dipelihara oleh Allah swt.
Korupsi dulu dipandang sebagai perbuatan jahat, perbuatan terkutuk. Namun sekarang korupsi sudah membudaya, sudah dianggap wajar, bahkan dilakukan oleh mereka-mereka yang menyandang predikat terhormat, baik di kalangan eksekutif, legislative, yudikatif. Sekaligus hasil korupsi itu dinikmati oleh mereka-mereka yang berada di sekitar koruptor, baik keluarga, kolega, kroninya.
Masyarakat IMTAQ pasca masa Rasulullah saw (Noda-noda yang merusak masyarakat IMTAQ : Takhyul, Khurafat, Sinkretisme, Sekularisme, Hedonisme, Permissivisme)
  1. -Generasi utama pengikut Muhammad Rasulullah saw berturut – turut  adalah :
a.       Generasi shahabat
b.       Generasi tabi’in
c.       Generasi tabi’t-tabi’in
·         HR Bukhari dari ‘Abdullah bin Mas’ud (“Shahih Bukhari”, Kitab Syahadat;” Tarjamah Lukluk wal Marjan”, jilid II, hal 979, hadis 1646)
·         HR Abu Daud, Tirmidzi dari Abi Najih (“Tarjamah Riadhus Shalihin”, jilid I, hal 169, hdis 2).
Sebelumnya, manusia beradaa di zaman jahiliyah dan keburukan. Kemudian Allah mendatangkan kebaikan. Setelah itu ada keburukan. Setelah keburukanitu akan dating kebaikan, akan tetapi di dalamnya ada dakhanun, mensunnahkan bukan sunnah Rasulullah saw, member petunjuk bukan petunjuk Rasulullah saw. Setelah kebaikan itu, ada keburukan, mengajak ke pintu-pintu jahaaanam. Umat Islam haruslah senantiasa berpegang teguh pada Jama’ah Muslimin dan Imamnya. Jika tidak ada jama’ah maupun imamnya, hindarilah semua firqah itu hingga maut menjemputmu (Simak Fuad Abdul Baqi : “Tarjamah “AlLukluk wal Marjan”, oleh Salim Bahreisy, jilid II, hal 757, hadis 1211; Imam Nawawi : “Tarjamah Riadhus Shalihin”, olah Salim Bahreisy, jilid II, haaaaaaaal 211, hadis no.1)

Perubahan nilai itu berlaku sepanjang masa. Hal ini dapat disimak antara lain dari Sistem Masyarakat Islam dalam Al Qur'an & Sunnah oleh Dr. Yusuf Qardhawi seperti berikut :

Quote

Di antara hadits-hadits yang paling menarik, yang menjelaskan tentang arus kemerosotan perubahan nilai, kejahatan dan kemaksiatan (perubahan nilai) adalah hadits-hadits yang diriwayatkan Abu Umamah, marfu':
"Bagaimana kamu, jika isteri-isterimu telah berbuat zina, dan pemuda-pemudanya telah fasik, dan kamu telah meninggalkan jihad?" Sahabat bertanya, "Apakah itu akan terjadi wahai Rasulullah?" Nabi menjawab, "Ya, demi Dzat yang diriku ada ditangan-Nya' lebih dari itu akan terjadi." Sahabat bertanya, "Apa yang lebih berat dari itu wahai Rasulullah?" Nabi bersabda, "Bagaimana kamu, jika kamu tidak melaksanakan amar ma'ruf dan nahi mungkar?" Mereka bertanya, "Apakah itu akan terjadi wahai Rasulullah ?" Nabi bersabda, "Ya, demi Dzat yang diriku berada di tangan-Nya, lebih dari itu akan terjadi!" Mereka bertanya, "Apakah yang lebih dari itu wahai Rasul Allah?" Nabi bersabda, "Bagaimana kamu jika kamu melihat yang ma'ruf menjadi munkar dan yang munkar menjadi ma'ruf?" Mereka bertanya, "Apa kah itu akan terjadi wahai Rasulullah?" Nabi menjawab, "Ya, demi Dzat yang diriku berada di tangan-Nya, yang lebih dari itu akan terjadi !" Mereka bertanya, "Apa yang lebih dari itu wahai Rasulullah?" Nabi bersabda, "Bagaimana pendapatmu jika kamu memerintahkan yang mungkar dan melarang yang ma'ruf?" Mereka bertanya, "Apakah itu akan terjadi wahai Rasulullah?" Nabi menjawab, "Ya, demi Dzat yang diriku berada di tangan-Nya, lebih dari itu akan terjadi !"Allah SWT bersabda, "Aku bersumpah demi Aku, akan Aku buka untuk mereka fitnah, di mana orang yang sabar (penyantun) karena fitnah itu menjadi kebingungan." (HR. Abid Dunya -Dha'if)-
Nampaknya kebanyakan dari hal-hal yang diperingatkan oleh hadits ini sudah terjadi, sehingga yang ma'ruf menjadi munkar, dan yang munkar menjadi ma'ruf, seakan-akan dakwah kepada Islam dan syari'atnya itu suatu kesalahan atau dosa. Dan para da'i pun telah dituduh sebagai fundamentalis, ekstrim (teroris), yang posisinya selalu tertuduh.
Tetapi para da'i ilallah, orang-orang yang beramar ma'ruf nahi munkar dan para pelindung dan pembangkit agama Allah, suara mereka masih tetap kuat bersama kebenaran (yang dibawanya), meskipun suara kebatilan di kanan kirinya terus menggema.
Yang penting adalah memperkuat pelaksanaan kewajiban yang besar ini dan menghidupkannya kembali, serta menghidupkan aktifitas dakwah, yang dengannya akan sanggup melaksanakan syiar ini dalam kehidupan yang nyata. Dan para da'i dalam hal ini memiliki peran yang sangat penting dalam masyarakat Islam.
Jika sebagian manusia dewasa ini berbicara tentang pentingnya membentuk opini umum dan pengaruhnya dalam mengawasi dan memelihara prinsip-prinsip umat, akhlaq, moral dan kepentingannya serta meluruskan apa-apa yang dianggap bengkok (tidak benar) dari masalah-masalah kehidupannya, maka kewajiban beramar ma'ruf nahi munkar adalah sarana terbaik yang menjamin tercapainya tujuan tersebut untuk membentuk opini umum yang bersandar pada standar akhlak Islami, tata susila yang paling benar, paling adil, paling kekal dan paling kuat, karena standar itu diambil dari Al Haq yang 'azli dan abadi, yaitu Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
(http://media.isnet.org/islam/Qardhawi/Masyarakat/AMNM.html. Sistem Masyarakat Islam dalam Al Qur'an & Sunnah (Malaamihu Al Mujtama' Al Muslim Alladzi Nasyuduh)
oleh Dr. Yusuf Qardhawi Cetakan Pertama Januari 1997 Citra Islami Press Jl. Kol. Sutarto 88 (lama) Telp.(0271) 632990 Solo 57126)

Bekasi 1202141120
 Metoda Menumpas Kemunkaran Menurut Islam perlu disosialisasikan
Saban waktu, setiap saat kita menyaksikan kemunkaran di sekitar kita.
Islam menyuruh kita, bila menyaksikan kemunkaran segea menumpas
membasminya dengan kekuatan tangan, bila tak sanggup dengan kekuatan
lisan, bila tak sanggup juga dengan kekuatan hati.



Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud bahwa
Rasulullah mengingatkan : “Hendaklah kamu menyuruh berbuat makruf dan
hendaklah kamu mencegah berbuat munkar./ Hendaklah kamu tarik/tahan
tangan zhalim/aniaaya/sewenang-wenang, dan hendaklah hela/paksa tangan
itu kepada/menyta’ati kebenaran dengan helaan yang sungguh-sungguh.
Kalau kamu tidak mau melaksanakannnya, maka Allah akan memukulkan hati
yang setengah kamu kepada yang setengah (menjadikan hatimu saling
bermusuhan), kemudian Allah melaknat kamu semua ((Dalam “Riadhus
Sahalihin” Imaqm Nawawi, pasal : “Menganjrrrrrkan kebaikan dan
mencegah munkar”; “Tafsir AlAzhar” Prof Dr Hamka, jilid VI, hal
338-339; “Tafsir Ibnu Katsir”, jilid II, hal 85).



Bila duduk berkumpul bersama orang-orang yang suka mempermainkan ayat
Allah, maka Allah memperingatkan agar melakukan nahi munkar terhadap
mereka, mencegah, menghentikan perbuatan mereka, mengingatkan mereka
agar bertakwa kepada Allah. Jika tidak sanggup, tidak mampu, maka
Allah menyuruh agar meninggalkan tempat berkumpul tersebut (QS 4:140,
6:68-69).



Pernah di antara ormas Islam berupaya mengobrak abrik tempat-tempat
maksiat tanpa dukungan aparat penegak hukum.



Hasilnya perbuatan maksiat tak berkurang malah perbuatan munkar makin bertambah.



Dalam khazanah kepustakaan Islam, rasanya tak terdapat rujukan,
maraji’, referensi tentang contoh, model cara menumpas, membasmi
kemunkaran dengan kekuatan tangan yang dapat dijadikan sebagai jurlak
(petunjuk pelaksanaan)nya.



Majlis Ulama, Lembaga Dakwah seyogianya proaktif menginventarisir
bahan-bahan yang dapat dijadikan sebagai rujukan bagi penumpasan
kemunkaran, dan sekaligus menyiarkan petunjuk pelaksanaannya.



Dikisahkan pada masa pendudukan pasukan Tartar (Mongolia), ketika Ibnu
Taimiyah (W728) berjalan-jalan bersama para sahabatnya, mereka melihat
sebagian orang Tartar sedang minum minuman keras, mabuk-mabukan.
Sebagian sahabatIbnu Taimiyah mencela tindakan orang-orang Tartar itu
dan hendak melarangnya. Namun Ibnu Taimiyah mencegah sebagian
sahabatnya dan berkata : “Biarkan saja mereka. Sesungguhnya Allah
melarang khamar itu karena ia dapat membuat orang tidak melakukan
shalat. Tetapi orang-orang itu, dengan minum khamar, justru membuat
mereka tidak membunuh, menawan orang, dan merampok harta benda rakyat.
Jadi, biarkan saja mereka” (Abduh Zulfida Akaha : “Siapa Teroris?
Siapa Khawarij?”, 2006:15, dari A’lam (I’lam) akMuwaqqi’in an Rabb
al’Alamin” Ibnul Qayyim, jilid 2, juz 3, hlm 4-5, Maktabah alIman,
Manshurah, Mesir, cetakan pertama, 1999M-1419H, bab “Inkar alMunkar
Arba’ Darajat”).



Penumpasan kemunkaran yang disyari’atkan adalah yang menyebabkan
kemunkaran tersebut hilang dan diganti dengan yang lebih baik atau
kemunkaran tersebut berkurang, meski tidak hilang secara keseluruhan..
Namun penumpasan kemunkaran adalah haram bila kemunkaran tersebut
dapat hilang, tetapi berganti menjadi kemunkaran yang lebih besar. Dan
jadi medan ijtihad, bila kemunkaran tersebut dapat hilang, tetapi
berganti dengan kemunkaran lain yang sama tingkatannya (idem, Simak
juga “Amar Ma’ruf Nahi Munkar” Ibnu Taimiyah, terbitan atTibyan,
2005).



(BKS04098190600)





Empat tingkatan Mengingkari Kemunkaran

(Inkar alMunkar Arba’ Darajat)



Kemungkaran tersebut hilang dan digantikan dengan yang lebih baik.
Meski tidak hilang secara keseluruhan, tetapi kemngkaran tersebut berkurang.
Kemungkaran tersebut hilang, tetapi diganti dengan kemungkaran lain yang sama.
Kemungkaran tersebut hilang, tetapi berganti menjadi kemungkaran yang
lebih besar.


Dua tingkatan yang pertama ( 1 dan 2) adalah masyru’ (disyari’atkan).
Tingkatan ketiga adalah medan ijtihad. Dan, tngkatan yang keepat
adalah haram.



(Abduh Zulfida Akaha : “Siapa Teroris ? Siapa Khawarij ? “,
2006:14-15, dari Ibnul Qayyim : “I’lam alMuwaqi’in”, bab “Inkar
AlMunkar Arba’ Darajat”, jilid 2/juz 23, hlm 4-5/cetakan
1999M-1439H/Maktabah Al-Imam, Manshurah, Mesir). (“I’lam (A’lam)
Al-Muwaqiin An Rabb Al-‘alamin/Imam Ibnul Qaiyyim AlJauziyah/Maktabah
Al-Imam, Manshuran – Mesir/cetakan I/1999M-1439H/hlam 4-5).



(BKS0701121500)



Unsur ganda



Ketika manusia hendak dihadirkan di dunia ini, Malaikat bertanya
kepada Yang Maha Mencipta : “Apakah Engkau hendak menciptakan di bumi
ini yang akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih memuji dan mensucikan Engkau ?” Allah menjawab :
“Aku mengetahui yang tidak kamu ketahui”.



Allah Maha Mengetahui segala hal, yang lalu, kini dan nanti. Untuk apa
sebenarnya Allah menciptakan, menghadirkan setan, iblis, Qabil,
Namruz, Fir’aun, Abi Lahab, Nero, Mussolini, Hitler, Lenin, Bush,
Yahudi, Nasrani, Majusi, Pagan, dan lain-lain. Untuk apa Fir’aun
ddditampilkan yang membunui bayi-bayai lelaki. Untuk apa Bush
ditampilkan yang memporakporandakan Irak, Afghanistan. Untuk apa
ditampilkan yang membunuhi kelelakian, kejantanan.



Tak ada perintah untuk menumpas, membasmi, melenyapkan setan, iblis,
Fir’aun, Yahudi, Nasrani, dan laikn-lain. Yang ada hanyalah perintah
mencegah, merintangi, menghalangi berkembangnya kemunkaran, kejorokan,
kemaksiatan. Termasuk ke dalam kemunkaran, antara lain : Satanisme,
Fir’aunisme, Judaisme, Christianisme, Atheisme, Komunisme,
Pornografisme, Hedonisme, Sekularisme, Liberalisme, Pluralisme, dan
lain-lain.



Pada setiap ciptaan Allah terdapat unsure bawaan yang bersifat ganda,
yang membawa unsure kefasikan (fujur) dan sekaligus juga ketakwaan.
Semuanya termasuk ke dalam hal-hal yang tidak sia-sia (tidak batil).



(BKS1003310730)



Tidak ada komentar: