Belajar kaya dari
Nazaruddin
Nazaruddin bersama kolega piawai berupaya mendirikan
berpuluh perusahan calok/makelar/broker/pialang proyek. Grup Permai adalah holding milik Muhammad Nazaruddin dengan
empat brankas di ruang kantornya. Neneng Sri Wahyuni, isteri Nazaruddin
menjabat asisten personal di Grup Permai.Dengan kepiawaiannya sebagai calok
proyek, Nazaruddin berhasil mendapatkan berbagai proyek pemerintah, sejak
perencanaannya dibahas dengan DPR (Banggar ?). Korupsi terhaap proyek-proyek
yang dibiayai APBN itu dimulai sejak masih rencana. Diantara brankas itu
digunakan untuk menyimpan setoran fee/komisi/upah
dari berbagai perusahaan yang berhasil meengerjakan tender karena bantuan
calok proyek Grup Permai.Ada fee yang diperoleh karena tendernya dimenangkan
oleh Grup Permai. Ada fee karena Grup Permai dan anak perusahannya (yang
puluhan itu) memenangkan tender proyek pemerintah (Pemilik Proyek) yang
dikerjakan oleh perusahaan lain (Pelaksana Proyek). Grup Permai hanya mendapat
fee, uang calok. Pelaksana Proyek seperi PT DGI (PT DUTA Graha Indah)
mendapatkan proyek milik pemerintah (Pemilik Proyek) tak secara fair. Anak perusahaan Grup Permai antra
lain PT Anak Negeri. Fee yang diberikan ke Grup Permai dari proyek yang
dikerjkan perusahan lain (Pelaksana Proyek) jumlahnya bervariasi. Tenaga
marketing anak perusahaan Grup Permai berkewajiban mendapatkan proyek
pemerintah lewat berbagai cara. Cara yang paling umum adalah member sejumlah
uang kepada anggota DPR yang diduduk di Banggar (Badan Anggaran). Semuanya dilakukan
sangat sistimatis Untuk menyamarkan identitas perusahaan, komisaris dan direski
perusahaan dicomot begitu saja dari karyawan, meskipun sama sekali tak punya
saham. Trik ini untuk menghindari tanggungjawab kepemilikan atas Grup Permai
dan anak usahanya (Simak KOMPAS, Sabtu, 4 Februari 2012, hal 2, “Cerita dari
Brankas Grup Permain”, oleh Khaerudin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar