Jumat, 24 Februari 2012

Belajar kaya dari Nazaruddin

Belajar kaya dari Nazaruddin
Nazaruddin bersama kolega piawai berupaya mendirikan berpuluh perusahan calok/makelar/broker/pialang proyek. Grup Permai adalah holding milik Muhammad Nazaruddin dengan empat brankas di ruang kantornya. Neneng Sri Wahyuni, isteri Nazaruddin menjabat asisten personal di Grup Permai.Dengan kepiawaiannya sebagai calok proyek, Nazaruddin berhasil mendapatkan berbagai proyek pemerintah, sejak perencanaannya dibahas dengan DPR (Banggar ?). Korupsi terhaap proyek-proyek yang dibiayai APBN itu dimulai sejak masih rencana. Diantara brankas itu digunakan untuk menyimpan setoran fee/komisi/upah dari berbagai perusahaan yang berhasil meengerjakan tender karena bantuan calok proyek Grup Permai.Ada fee yang diperoleh karena tendernya dimenangkan oleh Grup Permai. Ada fee karena Grup Permai dan anak perusahannya (yang puluhan itu) memenangkan tender proyek pemerintah (Pemilik Proyek) yang dikerjakan oleh perusahaan lain (Pelaksana Proyek). Grup Permai hanya mendapat fee, uang calok. Pelaksana Proyek seperi PT DGI (PT DUTA Graha Indah) mendapatkan proyek milik pemerintah (Pemilik Proyek) tak secara fair. Anak perusahaan Grup Permai antra lain PT Anak Negeri. Fee yang diberikan ke Grup Permai dari proyek yang dikerjkan perusahan lain (Pelaksana Proyek) jumlahnya bervariasi. Tenaga marketing anak perusahaan Grup Permai berkewajiban mendapatkan proyek pemerintah lewat berbagai cara. Cara yang paling umum adalah member sejumlah uang kepada anggota DPR yang diduduk di Banggar (Badan Anggaran). Semuanya dilakukan sangat sistimatis Untuk menyamarkan identitas perusahaan, komisaris dan direski perusahaan dicomot begitu saja dari karyawan, meskipun sama sekali tak punya saham. Trik ini untuk menghindari tanggungjawab kepemilikan atas Grup Permai dan anak usahanya (Simak KOMPAS, Sabtu, 4 Februari 2012, hal 2, “Cerita dari Brankas Grup Permain”, oleh Khaerudin)

Tidak ada komentar: