Jumat, 24 Februari 2012

Kerja lembur malam hari


Catatan serbaneka asrir pasir
Kerja lembur malam hari
Islam mengharuskan menggunakan secara halal untuk mendapatkan rezki (Dr Musthafa AsSiba’I : “Sistem Masyarakat Islam”, AlHidayah”, Jakarta, 1987, hal 60). ”Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya” (QS 17:84). “Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yangluas dan rezki yang banyak” (QS 17:100).
Setelah melakukan ibadah fardhu/wajib, kaum Muslimi diperintahkan Allah untuk berusaha mencari rezki untuk hidup. “Maka bertebaranlah kami di muka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung” (QS 62:10).
“Seseorang tidak makan suatu makanan sama sekali yang lebih baik dari pada memakan dari hasil kerja sendiri (HR Bukhari dari Miqdam bin Ma’dikarib dalam Silabus “Materi Da’wah Terurai Dalam Pembangunan” Bagian I : “Kehidupan Mental Spiritual [Akhlaq], KODI, jkarta, 1986/1987, Topik : “Mandiri”, hal 115-118).
Dalam ayat QS78:9-11 disebutkan bahwa “Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat. Dan Kami jadikan malam sebagai pakaian. Dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan” .
Dalam ayat 25:47 disebutkan bahwa “Diaalah yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian, dan tdur untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha”.
Berkaitan dengan makna ayat Quran dan Hadits tersebut diatas, diharapkah kepada ulama di NU, Muhammadiyah, Persis, Irsyad, Washliyah, Tarbiyah, DDII, MUI, dll untuk mengkaji, merumuskan, menetapkan bagaimana menurut ajaran Islam “bekerja lembur pda malam hari”, baik di pesawat udara, kapal laut, kereta api, bis jarak jauh, pabrik, kilang, rumah sakit, pelabuhan, dll. Mana yang bisa dikategorikan dengan “darurat”, dan mana pula yang belum bisa dikategorikan “darurat”.
(written by sicumpaz@gmail.com at BKS1202100945)

Yesus dalam pandangan Islam


Yesusdalam pandangan Islam
Catatan Asrir Sutanmaradjo
Yesus/Isa bukanlah Tuhan, bukanlah Anak Tuhan, tidak menyandang sifat keTuhanan. Sesungguhnya AlMasih, Isa putera Mar yam itu adalah utusan/Rasul Allah, dan (yang terjadi dengan FirmanNya : “Kun Fa Yakun”) yang disampaikanNya kepada Maryam itu (dengan tiupan) roh denganNya? (QS 4:177). “Dan janganlah kamu mengatakan “Tuhan itu tiga”. “Berhentilah dari ucapan itu” (idm).
Yesus/Isa sama sekali tak mempunyai sifat keTuhanan. Yesus haanya memperlihatkan mukjizat kekuasaa Allah semata, bukan mmukjizat kebesaran dirinya. “Sesungguhnya aku telah dating kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mujjizat) dari Tuhanmu, yaaitu aku membuat untuk kami dari tanah sebagai bentuk burung, kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizing Allah, dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak, dan aku menghidupkan orang mati dengan seizing Allah, dan aku kabarkan kepadamu apa yangkamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu” (QS 3:41). Semua itu denga seizing Allah, bukan atas kemampuanna sendiri. Yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulannya).
Yesus/Isa tak pernah menyatakan bahwa dirinya dan ibunya maryam sebagai Tuhan disamping Allah. “Maha Suci Emgkau, tidaklah patut bagiku (mengatakan apa yang bukan hakku” (QS 5:116).
Yang mengaku Yesus/Isa dan ibnunya Maryam juga sebagai Tuhan berarti sudah kufur kepada Tuhan, Allah sendiri. “Sesunggunya telah kfirlah orang-orang yang berkata : “Sesungguhnya Allah itu ialah AlMasih puterqa maryam”. Semuanya itu adalah hasil pemelintian dari Saul/Paulus. “Telah dila’nati orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa Putera Maryam” (QS 5:78) (Simak juga Prof Dr A Sya’labi dalam “Perbandingan Agama : Kristen”
Bekasi 1202110800

Pluralisme, Sinkretisme, Kompromisme, Akomodatifisme


Pluralisme, Sinkretisme, Kompromisme, Akomodatifisme
Catatan Asrir Sutanmaradjo
Musuh-musuh Islam tak pernah berhenti berupaya untuk menghancurkan Islam, menghancurkan akidah Islamiyah, menghancurkan syari’at Islam, mengacaukan mu’amalah, fikrah, harakah Islam.
Cara, metoda yang mereka lakukan beragam, bervariasi. Di antaranya dengan menimbulkan tasykik, keraguan akan “Sesungguhnya agama yang diridhai Allah hanyalah Islam” (QS 3:190.
Dilansir, ditiupkan, dikumandangkan, bahwa “semua agama baik’. Anti formalisasi syari’at Islam. Paham sinkretisme (penyatuan berbagai agama) muncul di berbagai tempat, di brbagi waktu. Ciri, karakteristik yang sangat spesifik, yang menonjol dari para penganut sinkretisme, Pluralisme, Talibs, Rasionalis adalah penolakannya yang gigih terhadap formalisasi syari’at Islam, bahkan bisa anti Islam secara ideologis.
Paham Bhineka Tunggal Ika yang diajarkan Tantular delam Sutasoma adalah mengenai konsep religi Siwa-Budha, meskipun zat/wujudnya Siwa dan Budha berbeda, tetapi sesungguhnya satu pngertian/nama sebagai “Sang Hiyang Widhi” dalam bentuk Siwa-Budha, bukan bermakna persatuan, kebangsaan (E Pluribus Unum)nya Negara Amerika Serikat. Namun Budha tak mengenal Tuhan, tak mengabdi, menyembah keada Tuhan. Budha hanya mengajarkan delapan hal yang harus dihindari, dan delapan hal yang harus dikerjakan, jang dikenal dengan nama asta wedha (Simak Amanat Presiden Sukarno pada peringatan Isra’ dan Mi’raj nabi Besar Muhammad saw, pada tanggal 2 Desember 1964 di Istana Nejara Jakarta, yang diterbitkan ol3h DEPPEN RI dalam Penerbitan Khusus 348, hal 6
Pancasila bila dicermati dengan saksama tak lain tak bukan merupakan sinkretisme dari berbagai aliran filsafat seperti Nasionalisme, Demokratisme, Sosialisme, Humanisme, Monotheisme.
Bekasi 1202111700

Jangan ditanya kenapa ?


Jangan ditanya kenapa ?
Catatan Asrir Sutanmaradjo
Allah Maha Kuasa. Kuasa menghidupkan, kuasa mematikan. Kuasa membangun, kuasa menghancurkan. Kuasa menciptakan, kuasa memusnahkan. Kuasa mengamankan, kuasa mengacaukan. Kaaapan saja, di mana saja.
Allah berkuasa mutlak, berbuat sekehendaknya. Jangan pernah ditanya kenapa Dia hidupkan, Dia matikan, Dia bangun, Dia hancurkan, Dia ciptakan, Dia musnahkan. Semuanya adalah urusan Allah berdasarkan IlmuNya Allah.
Allah itu Dzur Rahmah, yang memiliki kasih saying (QS 6:133,147), Duzul ‘Iqb, yang memiliki siksa yang pedih (QS 41:43), ArRafi’, yang mengankat derajat orang yang Dia kehendaki (QS43:32), AlKhafidh, yang merendahkan derajat siapa-siapa yang Dia kehendaki (QS 9:48). Allah itu Maha Kuasa berbuat apa yang Dia kehendaki (QS 65:16). Di tangan Allah segala kebajikan (QS 3:26). “Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuatNya” (QS 21:23) (Simak antara lain Mohammad Sobari : Bukan nama sembarang nama”, AlMa’arif, Bandung, 1980.
Bekasi 1202111130

Calon Penghuni Surga


Alkisah diriwayatkan, suatu hari tatkala Nabi Muhammad SAW sedang duduk-duduk dan berbincang-bincang di mesjid bersama para sahabatnya, tiba-tiba Nabi SAW bersabda, “Sebentar lagi, seorang calon penghuni surga akan datang kemari.”

Mendengar ucapan Rasulullah SAW tersebut, semua pandangan dari para sahabat tertuju ke pintu masjid. Mereka menduga, penghuni surga itu pasti seseorang yang luar biasa.

Tidak lama kemudian, masuklah ke dalam masjid seseorang yang wajahnya masih basah dengan air wudhu, sambil menjinjing alas kaki. Apa gerangan keistimewaan orang itu, sehingga Rasulullah SAW menjamin masuk surga? Anehnya, tidak seorang pun dari sahabat Nabi SAW yang mau bertanya, walaupun sebenarnya mereka ingin mengetahui jawabannya.

Keesokan harinya, yaitu hari kedua dan hari ketiga, kejadian seperti di atas berulang kembali. Pada hari kedua dan ketiga Nabi SAW tetap bersabda bahwa orang itu adalah calon penghuni surga.

Abdullah ibnu Umar (sahabat Nabi SAW) merasa penasaran. Beliau ingin melihat langsung apa yang dilakukan oleh calon penghuni surga itu sehari-harinya. Abdullah ibnu Umar mendatangi rumah calon penghuni surga itu, dengan menyampaikan alasan-alasan tertentu, beliaupun minta izin untuk tinggal di rumah orang itu selama tiga hari tiga malam.

Selama waktu itu, Abdullah ibnu Umar memperhatikan, mengamati bahkan mengintip ibadah apa saja yang diperbuat oleh calon penghuni surga itu. Memang ibadah wajib selalu dikerjakan oleh penghuni surga itu, namun Abdullah tidak menemukan ibadah khusus yang dilakukan, seperti shalat malam atau shaum sunah dan amalan khusus lainnya. Hanya saja, kalau ia terbangun dari tidurnya terdengar ia menyebut nama Allah (zikir) di tempat tidurnya, tetapi itu hanya sejenak saja, dan tidur pun berlanjut.

Siang hari, si penghuni surga itu, seperti biasa bekerja dengan tekun. Ia ke pasar, sebagaimana halnya orang lainnya yang pergi ke pasar. “Pasti ada sesuatu yang disembunyikan atau aku tidak sempat melihatnya apa yang dilakukan penghuni surga itu. Aku harus berterus terang kepadanya.” Demikian ucapan Abdullah ibnu Umar dalam hatinya.

Akhirnya, Abdullahpun berkata terus terang tentang maksud dan tujuannya bermalam 3 hari 3 malam di rumahnya.
“Apakah yang Anda perbuat sehingga Anda mendapat jaminan surga?” tanya Abdullah.
“Apa yang Anda lihat itulah,” jawab penghuni surga.

Dengan kecewa Abdullah ibnu Umar bermaksud kembali saja ke rumahnya, tetapi tangannya tiba-tiba dipegang oleh si penghuni surga seraya berkata, “Apa yang Anda lihat itulah yang saya lakukan, ditambah sedikit lagi yaitu, saya tidak pernah merasa iri terhadap seseorang yang dianugerahi nikmat oleh Tuhan, malah saya bersyukur dan ikut merasa berbahagia. Tidak pernah pula terbersit dalam hati saya, untuk melakukan penipuan dalam segala kegiatan saya.”

Dengan menundukkan kepala, Abdullah meninggalkan si penghuni surga sambil berkata, “Rupanya, yang demikian itulah yang menjadikan Anda mendapat jaminan surga.”

Disadur dari buku Lentera Hati, karya M. Quraish Shihab

Diposkan oleh Tarbiyatun Nisaa - Jumat, 17 Desember 2010, 02:56

“Allah tertaaawa meliahat dua orang bunuh-membunuh, dan keduanya masuk surge. Seorang berjuang dalam jalan Allah (fisabilillah) maka terbunuh, kemudian yang membunuh masuk Islam dan ikut berperang jihad fisabilillah sehingga mati syahid terbunuh” (THR Bukhari, Muslim dari Abu Hurairah dalam “Riadhus Shalihin” Imaam Nawawi, pasal “Niat Ikhlas dalam semua perkatan, perbuatan amal lahir batin).

“Siapa yang ta’at padaku masuk sorga, dan yang ,a’siyat (menentang) padaku berarti menolak” (HR Bukhari dari Abu Hurairah, idem pasal”Perintah rajin menjaga sunat dan tata tertibnya”.

“Saaya dapat menjamin suatu rumah di kebun surge untuk orang yang meninggalkan perdebatan, meskpin ia benar. Dan menjamin suatu rumah di pertengahan surge bagi orang yang tidak berdusta meskipun bergurau. Dan menjamin satu rumah di bahagian yaaang tinggi dari surge bagi orang yang baik budipekertinya” (THR Abu Daud dari Abu Umamah AlBahili, idem pasalHusnul Khuluq).