Sabtu, 18 Juli 2009

Bagamana wujud surga dalam padangan pencari syahid

Bagaiman wujud surga dalam pandangan pencari syahid ?
Disebarkan paham/ajaran bahwa beribadah karea mengharapkan surga adalah ibadah ang mengacu pada sika mental dagang, bisnis, tijarah. Paha mini secara tak sadar telah melecehkan, mencemoohkan mereka-mereka yang berjuang untuk menjadi ahli surga. Surga dalam pandangan paham ini sama saja dengan kesenangan duniawi.
Apa daya pesona surga yang begitu menarik bag para pencar syahid, yang setiap sa’at sap meniggalkan dunia, siap menyerahkan jiwa raganya, syahid di jalan Allah ? Dalam AlQur:an pada beberapa ayatnya dapat ditemukan lukisan, gambaran perumpamaan surga itu, seperti dalam QS 13:35 yang menyebutkan bahwa “Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang takwa ialah (seperti taman) yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, buahnya tak henti-henti, sedangsenangannya (demikian pula)”. Daam kitab-kitab hadits juga dapat ditemukan tentang lkisan, gambaran surga dan kenikmatannya, antara lan sabda Raslllah yang disampaikan oleh Abi Hurairah bahwa : “Allah menyediakan untuk hamba-hambaNya ang saleh aitu sesuatu ang belum pernah dilihat oleh mata atau didengar oleh telinga atau tergerak dalam hati manusia” yang diriwaatkan oleh Imam Bkhari dan Muslim sehubungan dengan QS 32:17. Dalam QS 9:111 disebutkan bawa esungguhnya Allah telah membeli dari rang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untk mereka”.
Para pencari syahid, rela berjuang menyebung nyawa demi memperoleh surga yang dijanjikan Allah dalam AlQur:an dan yang dijanjikan Rasulullah saw dalam haditsnya. Dalam Ikrar ‘Aqabah pertama, dua belas orang penduduk Yatsrib siap untuk tidak menyekutukan Allah, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh ank-anak, tidak mengumpat, tidak memfitnah, tidak menolak berbuat baik, dengan imbalan bahwa mereka akan memperleh surga (Muhammad Hussen Haykal :”Sejarah Hidup Muhammd”, 1984:187-188(. Dalam Ikrar ‘Aqabah kedua (622M), tujuh puluh lima orang penduduk Yatsrib siap membela Nabi Muhammad seperti membela keluarga mereka sendiri, dengan imbalannya juga surga (idem, 1984:192). Apa yang mendorong mereka, begitu tertarik untuk memperoleh surga dengan siap bersumpah setia mengikuti komando Muhammad Rasulullah saw ? Bagaimana wujudnya surga itu dalam pandangan mereka ?
Bai’ah ‘Aqabah kedua (Janji setia antara tokoh Aus dan Khazraj da Muhammad Rasululla saw menetapkan kesepakatan “bahwa suku Aus dan Kharaj akan setia hanya berbadah kepada Allah dan tidak memperseutukanNa serta melindungi Muhammad Rasulullah saw seagaai imbalannya mereka medapat surga”(Simak Sayyid Quthub : “Tafsir Fi Zilalil Qur:an”, jilif 4, terbitan Gema Insani Press, Jakarta, 2001:76)
Para pencari syahid, pencari surga dalam dirinya bergelora semangat aqidah tauhid, akhlak karimagh. Secara bersama-sama, secara kolektif-jama’i melahirkan semangat jihad menegakkan, mendirkan peraturan dan hokum Allah dalam masyarakat. Abu Sa’id alKhuari menyampaikan wasiat Rasulullah agar bertaqwa kepada Allah, dan berhad fi sabilllah, serta membaca alQur:an (Muhammad alGhazali : “Bukan Dari Ajaran Islam”, 1982:31; Saiyid Quthub : “Petunjuk Jalan”, hal 30).
Di antara para pencari syahid fi sabilillah, pencari surga jannatun na’im adalah Umeir bin alHammam. Ketika mendengar ucapan Rasulullah di depan para tentara perang Badar “Majulah kamu sekalian menuju surga yang luasnya seperti langit dan bumi”, Umeir dari belakang berkata : “Ya Rasulullah, aku juga mau ikut serta”. Rasulllah pun bertanya kepadanya : “Apa yang telah mendorongmu untuk ikut serta berperang ?” Dengan hati ikhlas ia menjawab : “Demi Allah aku hanya mengharapkan agar aku termasuk ali surga pula”. “Yasd. Engkau termasuk ahli ssrga pula” jawab Rasulullah. Maka Umeir mengeluarkan buah kurma yang ada disakunya, kemudian memakannya dan berkata : “Kalau saya hidup hanya dengan makan kurma ini, maka dalam ssurga itlah kehidupanku dan langsng pergi berperang sambil menupas orang-orang musyrik yang mencoba melawannya. Begitulah dia berjihad melawan kebatilan, hingga akhirnya ia mat syahid di aan Allah (Abdullah Nasih Ulwan : “Membina Generasi Muda Yang Ideal”, hal 108).
Blal seorang budak siap disiksa di atas pasir di bawah terik matahari, ditindih dadanya dengan batu, memikul segala siksaan, terkena pehaka, kehilangan pekerjaan demi fanatiknya/loyalitasnyasetianya terhadap Muhammad Rasulullah sawyang menjanjikan surga bagi yang setia kepada ajaran “Laa ilaaha illallah” (“Sejarah Hidup Muhammade”, 1984:110-111).
AbuDzar alGhifari siap dikeroyok musyrikin Makkah beramai-ramai sehingga babakbelur, juga karena fanatisnya terhadap Muhammad Rasulullah saw asalkan mendapatkan surga.
Para orientalis seperti Washington Irving dan juga para pendkungnya mencemoohkan para pencari syahid, pencari suga itu : “Kiranya – kata – mereka – orang takkan dapat melukiskan suatu ajran yang lebih tepat dari ini untuk mendorong sekelompok tentara yang bodoh tidak berpengalaman itu menyerbu secara buas ke medan perang,. Mereka sudah diyakinkan, kalau hidup mendapat rampasan perang, kalau mati mendapat surga” (“Sejarah Hidup Muhammad”, 1984:693).
Kekuatan umat Islam terletak pada keyakinannya mendapatkan surga. Dan kelemahan umat Islam itu karena ketakyakinannya mendapatkan surga. Penyakit ini namanya ALWAHN, yaitu penyakit cinta hidup, takut mati, sehingga musuh, lawan tak gentar, tak ngeri. Bahkan umat ini benar-benar sudah jadi komunita buih yang tak berdaya sama sekali (KH Firdaus AN : “Detik-Detik Terakhir Kehidupan Rasulullah”, 1983:134).
(BKS0905260900)

Tidak ada komentar: