Selasa, 31 Januari 2012

Butir-butir pelajaran dari Surat Yasin

Catatan serbaneka asrir pasir Butir-butir pelajaran dari Surat Yasin Ayat-ayat KeMahaan Allah (Fenomena alam) : Terjadinya hujan, suburnya tanah gersang, tumbuhnya tanaman, siap sajinya santapan, memancarnya mata air (QS 36:33-35), berpasang-pasangannya makhluk hidup, ciptaan baru (QS 36:36), silih bergantinya malam dan siang, beredarnya matahari, bulan pada garis edarnya masing-masing (QS 36:37-40), berlayarnya bahtera di lautan, terciptanya berbagai maam alat transportasi (QS 36:41-42), terjadinya, berkembangbiaknya binatang ternak (QS 36:71), patuh tunduknya binatang-binatang pada kemauan manusia (QS 36:72), diperolehnya makanan, minuman, pakaian, kendaraan bagi manusia (QS 36:72-73), terjadinya manusia (36:77-78,81), terjadinya nyala api (QS 36:80), terjadinya langit dan bumi (QS 36:81), panjang umurnya manusia menimbulkan kepikunan (QS 36:68), terjadinya kelahiran dan kematian (QS 36:12). Proses kejadian egala sesuatu tunduk pada program, rancangan, ketentuan, ketetapan, disain, takdir, sunnah Allah (QS 36:82). Watak manusia itu suka menolak, menyangkal, menyanggah ayat-ayat, peringatan-peringatan Allah (QS 36:46). Rahmat, nikmat Allah itu sungguh tak terkira pada manusia (QS 36:44). Seruan Allah kepada manuia adalah agara bertakwa kepada Allah (QS 36:45), membelanjakan sebagian rezki untuk kepentingan bersama (QS 36:47), hanya menyembah Allah saja, tiak menyembah setan (QS 36:60-61). Setan itu adalah musuh manusia, selal berupaya menyesatkan sebagian besar manusia (QS 36:62). Sungguh tak pantas menyembah yang selain Allah. Tak pantas mempersekutukan Allah. Hanyalah Allah saja yang berhak diibadahi (QS 36:22-23). Yang selain Allah tak memiliki kekuatan, kemampuan apapun, tak dapat dimintakan bantuan, pertolongannya untuk menyelamatkan diri dari siksa, azab Allah (QS 36:23). Hanyalah Allah saja yang memiliki kemampuan menolong menyelamatkan manusia (QS 36:43). Rekaman amal perbuatan masing-masing manusia tersimpan dalam File Induk (QS 36:12). Muhammad itu pesuruh, rasul Allah, pembawa risalah (QS 36:3), bukan penyair, penyajak, novelis, pemusik, penyanyi (QS 36:69). Rasul-rasul Allah dalam menyampaiakan risalah Ilahi tak pernah mengharapkan, meminta imbalan (QS 36:21). Keyakinan kerasulan itu disadari para Rasul (QS 36:16). Rasul itu beriman akan firman Allah. Kewajiban Rasul itu menyampaikan, membacakan ayat-ayat, peringatan-peringatan Allah (QS 36:17), tak pernah menyembunyikan. Quran itu diturunkan oleh Allah (QS 36:5), mengandung hikmah (QS 36:2), hudan (petunjuk) bagi orang takwa, pedoman hidup (way of life), nudzur (peringatan) bagi yang lalai (yang lupa akan ayat-ayat, peringatan-peringatan Allah, agar sadar, ingat kembali (QS 36:6), dzikir (pelajaran), tibyan (penerang) (QS 36:69). Peringatan Quran itu berguna bagi nuraninya, pendengarannya, penglihatannya terbuka, bebas, tak antipasti terhadap kebenaran, yang mau berpikir, yang takut kepada Allah (QS 36:11). Ingatlah, hati-hatilah, waspadalah dalam hidup. Semua amal perbuatan dalam hidup terekam, tercatat, tersimpan dalam File Induk (Master File) (QS 36:12). Semua yang hidup pasti mati, yang mati tak pernah kembali ke dunia (QS 36:31). Semua kita ini akan digiring, dikumpulkan Allah nanti pada Hari Perhitungan (QS 36:32). Imbalan iman itu mendapat ampunan Allah, hapusnya dosa, menerima pahala, surganya Allah (QS 36:11). Persepsi kufur menolak manusia sebagai Rasul Allah (QS 36:15), memandang manusia Rasul Allah itu sebagai membawa kesialan (QS 36:18), menolak membelanjakan sebagian rezkinya untuk kepentingan bersama, memandang bahwa : “Jika Allah menghendaki tentulah Dia akan memberi makan orang melarat (QS 36:47). Kesialan kufur itu adalah karena kesalahan persepsi (QS 36:19). Perbuatan kufur, syirik itu adalah perbuatan sesat (QS 36:24). Sikap kufur itu menyembah yang selain Allah, minta pertolongan keselamatan kepada yang selain Allah (QS 36:74-75), menolak, menyangkal, menyanggah adanya Hari Perhitungan (QS 36:78). Risiko kufur itu tk mau beriman kepada ayat-ayat Allah, nurani, pendengarannya, penglihatannya tertutup, terbelenggu (QS 36:8-9), tak menemukan kebenaran, menolak kebenaran, keras kepala, cuek terhadap peringatan Allah (QS 36:10), tak mau menerima kebenaran, hidup dalam penyesalan (QS 36:30). Suasana kiamat : sangkakala berbunyi (QS 36:51-53), bumi bergoncang, mengeluarkan isinya, manusia keluar dari kuburnya (QS 36:51), manusia bertanya-tanya apa yang terjadi (QS 36:52), suasana keadilan hari pembalasan (QS 36:54). Penghuni srga hidup dalam kenikmatan yang tak pernah terbayangkan ketika di dunia (QS 36:55-59). Suasana neraka : anggota tubuh penghuninya memberikan kesaksian atas amal perbuatan yang dilaksanakannya di dunia (QS 36:65). Penghuni neraka adalah yang kufur, menola, menyangkal, menyanggah ayat-ayat, peingatan-peringatan Allah (QS 36:63-64). (Simak antara lain : - “Terjemah Yasin dalam bahasa Indonesia, Inggeris, Belanda”, oleh Fajar Shadiq. - - “Tafsir Surat Yasin” oleh H Zainal Abidin Ahmad, terbitan Bulan Bintang, Jakarta, 1978. - “Tafsir Surat Yasin” oleh AsySyaikh Hamaami Zaadah, terbitan Toko Kitab Mesir, Cirebon. (written by sicumpaz@gmail.com at BKS0505240615)

Munculnya paham aliran yang menyimpang dalam Islam

Munculnya paham aliran yang menyimpang dalam Islam Terdapat hadis yang menyatakan bahwa umat Islam tidak akan pernah tersesat selama ia berpegang teguh kepada Kitabullah dan Sunnah Nabi (1). Terdapat hadis yang menyatakan bahwa umat Islam akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan, hanya satu golongan yang selamat (2). Hadis ini masih diperselisihkan tentang kesahihannya, jadi bersifat zhanni (nisbi), bukan qath’I (mutlak) (3). Sejak dari timbul fitnah (kisruh) di akhir masa pemerintahan ‘Utsman bin ‘Affan ra, umat Islam pecah menjadi berbagai firqah, kelompok, golongan. Golongan Syi’ah sebagai pendukung ‘Ali bin Abi Thalib. Golongan Khawarij sebagai penantang ‘Ali dan Mu’awiyah. Golongan Jumhur (Sunni ?) sebagai pendukung pengasa. Timbullah pemalsuan hadits karena berbagai alasan, motif. Antara lain karena alasan politik (siasah), karena anti Islam yang terpendam (zanadaqah), karena fanatik (‘ashabiyah), karena gemar mendongeng (qushshah), karena perbedaan penapat/pandangan, karena kesalahan pendapat/pandangan (logika yang keliru), karena menjilat penguasa (M Hasbi AshShidieqy : “Sejarah dan Pengantr Ilmu Hadits, Bulan Bintang, Djakarta, 1953). Timbulnya perpecahan, fiqah, kelompok, golongan, aliran paham sesat dalam Islam semata-mta karena tak sepenuhnya berpegang pada Quran dan Hadits. Bisa karena sudah dicemari oleh paham Yahudi, Nasrani, Majusi, Yunani, Hindu, Cina, dan lain-lain. Karena talbis, sinkretisme. Paham ini bisa masuk, menyelundup ke dalam Islam melalui kaum Munafik, yaitu kaum kafir (Yahudi, Nasrani, Majusi) yang tampil sebagai orang Islam. Bisa pula dipungut secara aktif oleh orang Islam sendiri dari filsafat Yunani, Hindu, Cina, dan lain.lain. Perpecahan, perbedaan paham bisa direduksi diminimalisir dengan membuang seluruh paham yang telah mencemari ajaran Quran dan Hadits. Di dalam politik, pemerintahan, kenegaraan, kepemimpinan, yang mula-mula muncul adalah paham Khawarij, kemudian muncul paham Syi’ah. Khawarij lebih dulu memberontak kepada Khalifah Ali bin Abi Thalib, kemudian baru berusaha mencari alsan begi pembenaran pemberontakannya. Sedangkan Syi’ah, pahamnya yang lebih dulu terbentuk, kemudian baru mulai mengadakan pemberontakan (4). Jadi Khawarij, lebih dulu melancarkan aksi pemberontakannya, kemudian baru menyusun teori bagi pembenaran aksinya. Menurut teorinya, kepemimpinan seorang imam, amir, khalifah batal, kalau kebijakannya mengacu kepada ijtihad, pendapat orang, bukan langsung mengacu pada Qur:an. Sedaangkan Syi’ah lebih dulu menyusun teori imamahnya, barulah kemudian melakukan aksi sesuai teori imamahnya. Menurut teori imamahnya, yang berhak memegang kendali pemerintahan setelah Rasulullah wafat adalah Ali bin Abi Thalib. Baik Khawarij, maupun Syi’ah menyusun teori, pahamnya berdasarkan interpretasinya masing-masing terhadap Qur:an. Di dalam akidah, kepercayaan muncul paham Qadariah, Jabariah, Asy’ariah, Maturidiah, dan lain-lain. Masing-masingnya menyusun teorinya berdasar pemahaman, interpretasinya pada Qur:an dan Hadis (5). Di dalam ibadah, fikih muncul paham Hanafiah, Malikiah, Syafi’iah, Hanabilah, Zhahiriah, dan lain-lain. Masing-masing juga menyusun teori, paham, mazdhab dan metodenya berdasar interpretasinya pada Qur:an dan Hadis. Di dalam tasauf juga muncul berbagai macam paham, seperti Naqsyqabandiah, Qadiriah, Samaniah, Syatariah, Tijaniah yang menurut Mohammad Natsir lebih bertolak pada rasa dan intuisi katimbang interpretasi, pemahaman akan Kitabullah dan Sunnah Rasul (6). Interpretasinya lebih cenderung pada signal, isyarat. Ibnu Khaldun dalam “Muqaddamah”-nya menyebutkan bahwa ketika orang-orang sudah mulai cenderung dan terlena dengan urusan duniawi pada abd ke dua hijrah dan sesudahnya, maka muncullah sebagian orang yang khusus beribadah saja yang dikenal dengan nama sufi (Abdul Qadir Isa : “Hakekat Tasawwuf”, Qisthi Press, Jakarta, 2005, hal 10). Haji Khalifah dalam “Kasyf azh-Zhannun” menyebutkan bahwa orang yang pertama kali dikenal dengan sufi adalah Abu hasyim ash-Shufi (w150) (Idem, hal 11). Doktor Kamil Musthafa dalam kitabnya “Ash-Shilah baina at-Tashawuf wat Tasyri” (Kaitan anytara Tasawul dan Aliran Syi’ah) bahwa orang yang pertama dijuluki dengan sebutah shufi di dalam Islam adalah Jabin bin Hayyan (ahli filsafat dan kimia), Abu Hasyim al Kufi (pembangun padepokan shufiyah di Ramlah) dan Abduk as-Shufi (campuran syi’ah dan shufiyah). Dalam khazanah sufi terdapat terminolgi Hulul, Ittihad, Wihdatul Wujud. Hulul adalaha paham yang beri’tiqad, meyakini bahwa Allah, berada, bersemayam di setiap bagian bumi, di lautan, di pegununga, di bukit, di pepohonan, pada manusai, pada hwan. Ittihad adalah paaham yang beri’tiqad, meyakini bahwa Khaliq (Allah) bersatu (manunggal) dengan makhluq (manusia). Sihdatul Wujud adalah paham yang beri’tiqad bahwa wujud (ada) hanyalah satu, tidak berbilang. Tak ada yang wujud (ada) kecuali Allah swt. Sedangkan yang maujud (yang diadakan) boleh berbilang.Adanya (maujud) alam adalah karena adanya wujud (ada) yang wajib berdiri sendiri. (Dalam “Madarijus Salikin” Ibnu Qayyim terdapat pembahasan “Wujud” tanpa “Wihdatul”). Pimpinan Yayasan Al-Qalam, Pasar Rumput, Jakarta Selatan (M Amin Djamaluddin ?) menyebutkan bahwa inti sari ajaran Ibnu Arabi (tokoh Tasawwuf Falsafi) didasarkan atas teori/paham Wihdatul Wujud yang menghasilkan teori/paham Wihdatul Adyan (Kesatuan Agama) sebagai hasil dari gabungan teori/paham Al-Ittihad (Manunggal) dan mengadakan Al-Ittishal (Emanasi, nyambung, tasalsul ath-thuruq ?) (“Siapa Ibnu Arabi ? Tanggapan atas pernyataan Dr Nurcholish Madjid”). ‘Abdul Qadir Isa dalam bukunya “Hakekat Tasawuf” menyatakan bahwa sebutan/predikat Hulul dan Ittihad itu adalah tuduhan bohong yang dilontarkan oleh orang-orang yang menentang kaum sufi bahwa kaum susfi meyakini Hulul dan Ittihad. Kaum sufi bebas dari tuduhan bohong itu. Tidak mungkin kaum sufi yang mengamalkan islam, iman dan ihsan akan terjerumus pada paham sesat tersebut. SA al-Hamdany memandang, bahwa Tasawuf itu adalah merupakan campuran dari ajaran-ajaran Brahma, Budha, falsafah Yunani, kepadrian kaum Nasrani dan ajaran baru Plato. Karenanya Tashawuf bukanlah dari Islam dan islam sendiri suci/bersih daripadanya” (“Sanggahan terhadap Tashawuf & Ahli Sufi”, Al-Ma’arif, Bandung, 1986, hal 15, 33) (Aqidah/keimanan, Ibadah/keislaman, Akhlaq/keihsanan Sufi menyimpang dari Aqidah/keimanan, Ibadah/keislaman, Akhlaq/keihsanan Islam ?). Hulul, Itihad dan Wihdatul Wujud tidak terdapat dalam Islam (idem, hal 17). Abdul Qadir Isa dalam bukunya “Hakekat Tasawuf” mengemukkan bahwa dari data historis dapat disimpulkan bahwa Tasawuf bukanlah sesuatu yang baru dalm Islam. Dasar dari ajran Tasawuf diserap dari sejarah dan peri kehidupan Rasulullah dan para shahabatnya. Mengacu pada hadits yang menjelaskan Rukun Iman, Rukun Islam dan Rukun Ihsan. Abul A’la al-Maududi menyebutkan bahwa ia adalah penantang tasawwuf yang selalu digembar-gemborkan oleh mereka yang hatinya berselubung tasawwuf yang menampakkan salah satu cermin/maqam “ihsan”, Pemakaian symbol/lambing tasawuf dan istilah/terminology, pemilihan ungkapan bahsa dan uslubnya serta penetapan metoda/kaifiat thariqat sufi perlu untuk dihindari (“Sejarah Pembaruan dan Pembangunan Kembali Alam Pikiran Agama”, Bina Ilmu, Surabaya, 1984, hal 111). Madzhab shufiyah dan madzhaf syi’ah dipandang sebagai saudara sepupu yang berasal/muncul dari sumber yang sama dan yang saling berdekatan dan memiliki tujuan yang mirip sama. Dua kelompok ini bersekutu, mirip dalam akidah secara umum dan juga mirip dalam syari’at yang diterapkan. Syahrastani (479-584H) mengarang “AlMilal wan Nihal” yang menerangkan berbagai paham agama dan aliran-aliran kepercayaan samapai masa hidupnya (7). Syahrastani menyebut empat golonga besar, yaitu Qadariah, Shifatiah, Khawarij dan Syi’ah (8). Berdasar dalal zhanni, bukan dalil qath’I, Ibnul Jauzi (wafat 597H) melihat ada enam golongan pokok yang masing-masing terpecah menjadi dua belas golongan, sehingga seluruhnya berjumlah tujuh puluh dua golongan. Keenam golongan pokok itu ialah : Haruriah, Qadariah, Jahmiah, Murjiah, Rafidhah, Jabariah (9). Muhammad Ahmad Abu Zahrah dalam bukunya “Al-Madzahib al-Islamiyah” (Madzhab-madzhab dalam Islam) membicarakan aliran-aliran politik dan aliran-aliran kepercayaan dalam Islam, antara lain : Syi’ah, Khawarij, Murjiah, Mu’tazilah, Asy’ariyah, maturidiyah, Salafiyah, Bahaiyah, Qadianiyah. Dalam Sahih Bukhari pada “Kitab alFitan” terdapat hadis-hadis tentang tanda-tanda hari kiamat (10) dan sifat-sifat dajjal (11). Dalam Sahih Bukhari pada “Kitab alIman” terdapat hadis tentang testing, pengujian untuk membedakan antara Nabi dan yang bukan, menurut versi Heraklius (Herkules ?). MUI Pusat merinci sepuluh kriteria untuk membedakan paham aliran yang sesat dan yang bukan sesat (12). Di Indonesia kini marak muncul paham aliran baru. Masing-masing menyusun teori berdasar interpretasinya terhadap Qur:an untuk pembenaran pahamnya. HM Amin Djamaluddin, Hartono Ahmad Jaiz dengan LPPInya (Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam) aktif menyoroti, mengkaji, menggugat paham aliran sesat. Ahmadiah, alQadiyah menggunakan hadis tentang turunnya Nabi Isa, turunnya Imam Mahdi, dan ayat Qur:an tentang naaiknya Nabi Isa (QS 3:55) menurut interpretasinya dalam menyusun teorinya, bahwa kedatangan alMasuh alMau’ud itu sudah disebutkan dalam Kitab Suci terdahulu, dan dialah alMasih alMau’ud itu (al masih adDajjal). Syi’ah menggunakan hadis tentaang turunnya Imam Mahdi, serta mengarang-ngarang tentang kesuperan Ali bin Abi Thalib dalam mengembangkan teori imamahnya. Inkarus Sunnah, alQur:an Suci menggunakan interpretasinya terhadap Qur:an dalam menyusun teori, pahamnya. Hidup Dibalik Hidup (HDH) mengingkari bahwa Nabi Muhammad saw dikurniai Allah wewenang untuk mengajukan syafa’at bagi ummatnya nanti pada hari Hisab. Islam Jama’ah juga menggunakan interpretasinya terhadap Qur:an dan Hadis dalam menyusun teori, paham manqulnya. Mahaesa Kurung alMukarramah juga menggunakan interpretasinya terhadap Qur:an dan Hadis dalam menyusun, mendukung teori, paham spiritualnya. Ia punya website, situs sendiri. Wahidiah juga menyusun teori, paham spiritualnya menggunakan interpretasinya terhadap Qur:an dan Hadis. Menurut teorinya, olah batin (spiritual) itu mengacu dan mengikuti ungkapan, slogan, semboyan “Lillah-Billah, LirRasul-BirRasul, LilGhauts-BilGhauts”. Tunduk, patuh, setia pada alGhauts, karena ia punya wewenang memberikan syafa’at (13). Wahidiah juga punya situs sendiri. Simak antara lain dalam : 1. “Muwaththa’” Imam Malik. 2. “Manhaj alFirqah an Najiah” oleh Muhammad bin Jamil Zinu. 3. PANJI MASYARAKAT, No.498, 21 Maret 1986, “Tentang sabda Nabi saw : Umatku akan pecah 73 golongan” oleh Muhammad Baqir. 4. “Sejarah dan Kebudayaan Islam” oleh Prof Dr A Syalabi, jilid II, 1982:308. 5. “Pedoman Pokok dalam Kehidupan Keagamaan Berdasarkan Ahlus Sunnah wal Jama’ah” oleh KH Tb M Amin Abdullah alBantani, 1984. 6. “Sanggahan terhadap Tasauf dan Ahli Sufi” oleh SA alHamdany, 1982. 7. “Ulama Syafi’I” oleh KH Sirajuddin Abbas, 1975:157-162. 8. “AlMilal wan Nihal” oleh Syahrastani. 9. “Godaan Sytan” oleh Md Ali alHamidy, 1984:128-136. 10. “Jalan Menuju Iman” oleh Abdul Madjid azZaidan. 11. “Tafsir alAzhar” oleh Prof Dr Hamka, juzuk IX, 1982:191-197, re ayat QS 7:187. 12. RAKYAT MERDEKA, Rabu, 7 November, 2007. 13. “Pedoman Pembinaan Wanita Wahidiyah” oleh Penyiaran Shalawat Wahidiyah Kedunglo, Kediri, Jatim. 14. “Sanggahan terhadap Tasauf”, 1982:20-23. catatan serbaneka asrir pasir Pegang eratlah Islam Khalifah Abubakar Siddiq ra pernah memperingatkan umat Islam bahwa suatu masa nanti umat Islam akan berada di persimpangan jalan (maghraqi mahajjah), dibawah penguasa kejam (tiran), umat terpecah-belah, darah mudah tertumpah. Pada masa itu umat Islam hatruslah kembali menjadikan masjid sebagai pusat aktivitas jama’ah, kembali menjadikan Quran sebagai sumper petunjuk, melakukan konsolidasi (Simak M Natsir : “Fiqud dakwah”, amadhani, Semarang, 1984, hal 88-89; Risalah Da’wah AL-MUNAWWARAH, Tanah Abang, Djakrta, “Masjid, Quran dan Disiplin”, oleh Mohd Natsir; Usman Abd Kadir Mukarram : Fungsi Masjid Sebagai Pembinaan Ummat”, AL-MUSLIMUN, Bangil, No.202, Thn.XVII(33), Januari 1987, hal 27-28). Rasulullah saw memperingatkan bahwa suatu masa nanti umat Islam akan mengalami situasi dimana umat Islam tidak diperintah sesuai dengan sunnah Rasulullah saw. Pada masa itu umat Islam haruslah kembali berada dalamjama’ah kaum Muslimin beserta pimpinannya. Jika tak ada ada jama’ah kaum Muslimin beserta pimpinannya, maka bersabarlah. Lakukanlah dan tunaikanlah kewajiban dan mohonlah hak yang menjadi bagian kepada Allah (Simak HR Bukhari, Muslim dalam “Al-Lukluk wal-Marjan”, pasal “Anjuran Supaya Tetap Dalam Jama’ah Kaum Muslimin”, Anjuran Sabar Ketika Menghadapi Pemerintah Zhalim”, “Wajib Taat Kepada Pimpinan Selama Bukan Maksiat”; “Riadhus Shalihin”, pasal ‘Perintah Menunaikan Amanah”, “Wajib Ta’at Pada Pemerintah Dalam Hal Yang Bukan Ma’shiyat”, “Menganjurkan Kebaikan Dan Mencegah Mungkar”). Menurut formula ilmu politik, bahwa pemimpin itu menurut keadaan rakyatnya (Dr Imaduddin Abdurrahim pada tayangan Hikmah Fajar RCTI tanggal 21 Juni 2001). Sikap pemimpin itu adalah produk terbalik dari sikap mental rakyat. Bila rakyat bermental bebek, maka penguasa bermental serigala. Bila rakyat bermental domba, penguasa bermental serigala. “Demikianlah Kami angkat sebagian orang-orang yang zhalim menjadi pemimpin sebagian yang mereka lakukan” (QS 6:129). (written by sicumpaz@gmail.com at BKS1108261100)

Senin, 30 Januari 2012

Belajar mengenal Ulama Hadits (Muhadditsin)

Catatan serbaneka asrir pasir Belajar mengenal Ulama Hadits (Muhadditsin) Ulama hadits di abad kedua hijrah, antara lain Imam Malik (93-1`74H), Imam asySyafi’I (150-204H), ‘Abdur Razaq, Syu’bah (82-160H), Sufyaan (107-190H),AlLaits (94-175H), AlAuza’I (88-157H), AlHumaidi (--219H). Ulama hadits di abad ketiga, antara lain AlBukhari (194-256H), Muslim (4-261H). AnNasai (225-303H), Abi Daud (202-275H), AtTurmudzi (260-340H), Ibnu Majah (207-273H), Imam Ahmad (164-241H), AdDarimi (181-255H), Ibnul Jaarud (--307H), Abu Ya’la (207-307H), AlHumaidi (--219H), Ali AlMadaaini (161-234H), AlBazzar (--290H), Baqy Ibn Makhlad (231-271H0, Ibnu Rawaih. Ulama hadits di bad keempat, antara lain : AthThabrani (260-310H), AlHakim (321-405H), Ibnu Khuzaimah (223-311H), Abu ‘Awanah (--316H), Ibnu Hibban (--354H), Ibnu Sakaan (--353H), AdDaraquthni (306-385H), AthThahawi (239-321H), Inu Nashar (--301H0. Sejak dari timbul fitnah (kisruh) di akhir masa pemerintahan ‘Utsman bin ‘Affan ra, umat Islam pecah menjadi berbagai firqah, kelompok, golongan. Golongan Syi’ah sebagai pendukung ‘Ali bin Abi Thalib. Golongan Khawarij sebagai penantang ‘Ali dan Mu’awiyah. Golongan Jumhur (Sunni ?) sebagai pendukung pengasa. Tilbullah pemalsuan hadits karena berbagai alas an, motif. Antaralain karena alas an politik (siasah), karena anti Islam yang terpendanm (zanadaqah), karena fanatic (‘ashabiyah), karena gemar mendongeng (qushshah), karena perbedaan penapat/pandangan, karena kesalahan pendapat/pandangan (logka yang keliru), karena menjilat penguasa (M Hasbi AshShidieqy : “Sejarah dan Pengantr Ilmu Hadits, Bulan Bintang, Djakarta, 1953). Timbulnya perpecahan, fiqah, kelompok, golongan, aliran pahm sesat dalam Islam semata-mta karena tak sepenuhnya berpegang pada Quran dan Hadits. Bisa karena sudah dicemari oleh paham Yahudi, Nasrani, Majusi, Yunani, Hindu, Cina, dan lain-lain. Karena talbis, sinkretisme. Perpecahan, perbedaan paham bisa direduksi diminimalisir dengan membuang seluruh paham yang telah mencemari ajran Quran dan Hadits. (written by sicumpaz@gmail.com at BKS1201310500)

Antara citra diri dan kepentingan rakyat

Antara citra diri dan kepentingan rakyat Bangsa Indonesia, sungguh sangat berbahagia punya Kepala Negara yang sangat teguh menjaga citra dirinya. Menjaga jarak dengan semua pihak dalam kasus perseteruan antara cicak dan buaya. Agar citraa dirinya bersih, tak tercemar dengan noda intervensi. Dalam kondisi cicak sudah terdesak, barangkali pencitraan diri dapat dikorbankan untuk kepentingan rakyat. Rasanya tak perlu berlepas tangan, apalagi cuci tangan. Alangkah baiknya jika Kepala Negara mengorbankan citra dirinya dengan bersikap otoriter mengambil alih jabatan Kapolri dan Kejagung. Tim8 tak akan menghasilkan apa-apa selama apencitraan diri lebih dominan dari pada kepentingan rakyat. Setelah rekomendasi diterima, mau diapakan ? Rekomendasi apapun tak akan ada artinya selama masih suka berlepas taangan, apalagi cuci tangan demi citra dirinya. Tim8 hanya sekedar pelindung citra diri agar tak ternoda dengan dengan stigma otoriter. Keadilan di pengadilan. Keadilan seharusnya (das Sollen) dapat diperoleh dari keputusan pengadilan. Namun dalam kenyataannya (das Sein) keadilan itu tak sesuai dengan kebenaran dan hati nurani. Yang diperoleh hanyalah keadilan yang berpihak kepada kebenaran semu (samar, rekayasa, artificial). Evaluasi menyeluruh Diperlukan evaluasi kebijakan secaramenyeluruh dari Manipol, GBHN, mana yang sudah berhasil, dan mana yang masih harus dituntaskan di bidang pertanian, industry,pertambangan,energy, pariwisata, perdagangan, koperasi, tenaga kerja, transmigrasi, lingkungan hidup, agama, pendidikan, kebudayaan, iptek, riset, kesehatan,kependudukan, perumahan, hokum,penerangan, keamanan, dan lain-lain. Sistem Hukum Tatanegara Presiden SBY pernah melontarkan wacana untuk mengupayakan melakukan kaji ulang atas amandemen UUD-45. Bahkan rasanya perlu melakukan kaji ulang atas sistem ketatanegaraan Indnesia secsara menyeluruh. Apakah bentuk Negara kesatuan ataukah bentuk Negara federasi yang lebih sesuai dengan Indonesa sekarang ? Apakah sistem presidensial ataukan sistem parlementer yang lebih sesuai untuk Indonesia masa kini ? Apakah lembaga legsilatf terdiri atas DPR dan MPR ataukah cukup DPR atau MPR saja ? Apakah Presiden yang sedang berkuasa dapat dipilh kembali dalam pemilu ataukah tidak ? Apakah Presiden ataukah MPR yang sebaiknya membat program pembangunan ? Human Rights (Ganti UUD-45 dengan UUDS-50) Kasus pelanggaran HAM di negeri ini tak pernah diusut tuntas. Bagi negeri ini yang mengakui demokrasi, dalam UUD-45 tak tterdapat rincian HAM. Hanya tiga pasal yang menjamin HAM (pasal 27,28,29). Sedangkan UUDS-50 memuat HAM secara rinci seperti dalam Deklarasi HAM PBB (pasal 7 sampai 43). (Mr Muhaqmmad Yamin : “Proklamasi dan Konstitusi RI”, 1952:90-92). Kembalikan GBHN National Submit tak perlu. Kembali saja kepada GBHN mengikuti UUD-45. GBHN diupdate sekali 5 tahun setiap 28 Oktober. Wakil Menteri juga tak perlu. Kenaikan gaji Menteri/Pejabat/Pegawai ditetapkan setelah kenaikan biaya Air minum, Gas, Listrik, Tilpon, Transportasi ditetapkan. Total Take Home Pay Kepala Negara maksimal sepuluh kali Total Take Home Pay Pegawai terendah. Kubu Demokrat, Nasionalis dan Islam Aburizal Bakri dari Golkar bersama SBY dari Demokrat mencoba merealisir kubu, koalisi Demokrat-Religius. Tanpa rekayasa, PDIP dan Hanura menuju brgabung ke dalam kubu, koalisi Nasionalis-Religius. Surya Paloh dari Golkar mencoba merealisir kubu, koalisi Nasionalis-Demokrat. KH Firdaus AN mengusung gagasan dua kubu, koalisi. Satu kubu, koalisi Islam, dan satu lagi kubu, koalisi Pancasila (“Dosa-Dosa Politik Orla dan Orba”, 1999:186). Dulu, Soekarno menggagas tiga kubu, koalisi : Sosio-Nasionalisme, Sosio-Demokrasi dan Ketuhanan, yang bermuara pada koalisi besar Nasakom, Nasamarx, Marhaenisme (Soegiarso Soerojo : “Siapa Menabur Angin Akan Menuai Badai”, 1988:107). Kembali ke Sistem Parlementer Dengan terlembaganya Sekber Koalisi Parpol Pendkung Demokrat, dengan Ketua umumnya Aburizal Bakri, suda sa’atnya meninggalkan Sistm Presidensial dan kembali ke Sistim Parlementer. Aburizal Bakr sealigus memegang jabatan Perdana Menteri, sebagai pati Gajahmadanya Susilo Bambang Yudhoono. Namun, Aburizal Bakri harus loyal, setia kepada rakyat, harus memperhatikan nasib para korban lumpur lapindo, harus memperhatikan nasib rakyat bayak, seerti ang pernah dilakukan oleh Burhanuddin Harahap pada masa Orla, atau seperti yang pernah dilakkan ole Mahmud Yunus di Bangladesh. Hamdi Muluk bicara kepemimpinan Bagaimana bisa memberantas KKN kalau pemimpinnya sendiri mencontokan KKN. Bagaimana mau disiplin, kalau pemimpinnya sendiri melangggar. Bagaimana mau menanamkan visi pada arakyat, kalau pemimpinnya sendiri mempertontonkan inkonsistensi.Bagaimana mungkin menyuruh rakyat berskap democrat, sementara pemimpinnya sendiri memperihatkan sikap otoriter. Yang dibutuhkan negeri ini pemimpin yang mapu memberikan teladan. Kepemimpinan itu adalah keteladanan. Pemimpin itu menyuruh melakukan sesuatu yang dia sendiri telah melakukan (GATRA, No.35, 21 Juli 2001, halaman 47). Tugas Pejabat Negara Setiap pejabat Negara bak di eksekutif, legislative, yudikatif mengemban tugas, tanggungjawab untuk mencerdaskan dan mensejahterakan rakyat. Pembukaan UUD-1945 mengamanatan agar pemerintah memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini merupakan tanggungjawab seluru pejabat Negara. Setiap hari, pejabat Negara seharusnya memkirkan, merumuskan, mewujudkan kesejahteraan rakyat secara terpadu, terntegral, karena satu samalain saling terkait. Sosok teladan paripurna selalu sibuk memeikirkan keseahteraan umat di dunia dan d akirat. Siang malam beliau memikirkan urusan-urusan manusia dan masyaraat dan berupaya menyelesaikan masalah mereka dengan cara saksama dan bijaksana. Beliau berkata : “Lebh baik sekiranya saya beralan membantu kepentingan seorang saudara dan lebih menyenangkan hatinya daripada saya beriktikaf dalam masjidku ini selama sebulan” (Simak antara lain Khald Muammad Khalid : “Insaniyah Muhammad”, pasal “Musykiluhun naas ‘ibadatuhu”). Pembisik Setiap Kepala Negara, Kepala Pemerintahan, Kepala Kepolisian, Kepala Pengadilan dan Kepala-Kepala lain senantiasa dikelilingi oleh pembisik-pembisik. Ada pembisik yang baik-baik dan ada pula pembisik-pembisik yang jahat sekaligus penjilat. Kini pembisik itu bisa sebagai staf ahli, pembantu ahli, staf khusus, pembantu khusus. Imam Bukhari meriwayatkan dari Abi Sa’id dan Abi Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda “Allah tiada mengutus seorang Nabi atau mengangkat seorang Khalifah, melainkan dua orang kepercayaan pribadi, seorang yang menganjurkan kebaikan dan seorang yang menganjurkan kejahatan. Sedang orang yang selamat ialah yang dipelihara oleh Allah” (Dalam “Riadhus Shalihin” Imam Nawawi, pasal “Anjuran Kepada Raja Memilih Menteri Yang Saleh. The right man on the right place Meskipun ini adalah produk, hasil pilihan rakyat (pemilu) sendiri, namun kini bisa saja rakyat bertanya-tana, melakukan self koreksi terhadap hasil pilihannya itu. Apakah sosok semacam Taufik Kiemas, Marzuki Ali, Suryadarma Ali, Muhaimin Iskandar, Saleh AlJufri, Syarif Hasan, Agung Laksono, Hatta Radjasa, dan lain-lain sudah berada pada posisi yang tepat ? Bahkan termasuk juga Boediono dan Susilo Bambang Yuoyono ? Juga yang semacam Nurdin Halid ? Mencari ketua KPK Ketua KPK cukuplah orang yang benar-benar jujur, yang zuhud, qana’ah, wara’, syaja’ah, yang cakap dan mampu memimpin dengan pengetahuan hokum yang memadai. Kita tak pernah jadi diri kita Saban waktu kita senantiasa larut dalam situasi, kondisi, lingkungan. Kita dicelupi oleh situasi, kondisi, lingkungan. Kita tak pernah jadi diri kita. Kita ini berwajah setriliun. Kita ini akomodatif. Kita tak pernah mengungkapkan siapa diri kita. Di lingkungan democrat, kita jadi democrat. D lingkungan nasionalis, kita jadi nasionalis. Di lingkungan Islam, kita jadi Islam. Di lingkungan komunis, kita jadi komunis. Di lingkungan muqallid, kita jadi muqallid. Di lingkungan yasinan, kita jadi peserta yasinan.

Belajar mengenal Ulama Hadits (Muhadditsin)

Catatan serbaneka asrir pasir Belajar mengenal Ulama Hadits (Muhadditsin) Ulama hadits di abad kedua hijrah, antara lain Imam Malik (93-1`74H), Imam asySyafi’I (150-204H), ‘Abdur Razaq, Syu’bah (82-160H), Sufyaan (107-190H),AlLaits (94-175H), AlAuza’I (88-157H), AlHumaidi (--219H). Ulama hadits di abad ketiga, antara lain AlBukhari (194-256H), Muslim (4-261H). AnNasai (225-303H), Abi Daud (202-275H), AtTurmudzi (260-340H), Ibnu Majah (207-273H), Imam Ahmad (164-241H), AdDarimi (181-255H), Ibnul Jaarud (--307H), Abu Ya’la (207-307H), AlHumaidi (--219H), Ali AlMadaaini (161-234H), AlBazzar (--290H), Baqy Ibn Makhlad (231-271H0, Ibnu Rawaih. Ulama hadits di bad keempat, antara lain : AthThabrani (260-310H), AlHakim (321-405H), Ibnu Khuzaimah (223-311H), Abu ‘Awanah (--316H), Ibnu Hibban (--354H), Ibnu Sakaan (--353H), AdDaraquthni (306-385H), AthThahawi (239-321H), Inu Nashar (--301H0. Sejak dari timbul fitnah (kisruh) di akhir masa pemerintahan ‘Utsman bin ‘Affan ra, umat Islam pecah menjadi berbagai firqah, kelompok, golongan. Golongan Syi’ah sebagai pendukung ‘Ali bin Abi Thalib. Golongan Khawarij sebagai penantang ‘Ali dan Mu’awiyah. Golongan Jumhur (Sunni ?) sebagai pendukung pengasa. Tilbullah pemalsuan hadits karena berbagai alas an, motif. Antaralain karena alas an politik (siasah), karena anti Islam yang terpendanm (zanadaqah), karena fanatic (‘ashabiyah), karena gemar mendongeng (qushshah), karena perbedaan penapat/pandangan, karena kesalahan pendapat/pandangan (logka yang keliru), karena menjilat penguasa (M Hasbi AshShidieqy : “Sejarah dan Pengantr Ilmu Hadits, Bulan Bintang, Djakarta, 1953). Timbulnya perpecahan, fiqah, kelompok, golongan, aliran pahm sesat dalam Islam semata-mta karena tak sepenuhnya berpegang pada Quran dan Hadits. Bisa karena sudah dicemari oleh paham Yahudi, Nasrani, Majusi, Yunani, Hindu, Cina, dan lain-lain. Karena talbis, sinkretisme. Perpecahan, perbedaan paham bisa direduksi diminimalisir dengan membuang seluruh paham yang telah mencemari ajran Quran dan Hadits. (written by sicumpaz@gmail.com at BKS1201310500)

Amandemen kembali UUD-45

Catatan serbaneka asrir pasir Amandemen kembali UUD-45 - Amandemen kembali UUD-45. - Kembalikan fungsi MPR menyusun GBHN, memilih Presiden dan Wakil Presiden. - Kembali saja kepada GBHN mengikuti UUD-45. GBHN diperbaharui/diupdate sekali lima tahun setiap 28 Oktober. Wakil Menteri tak perlu. Kenaikan gaji Menteri /Pejabat /Pegawai ditetapkan setelah kenaikan biaya air minum, gas, listrik, tilpon, transportasi ditetapkan. Total Take Home Pay Kepala Negara maksimal sepuluh kali Total Take Home Pay Pegawai terendah. - Sebelum penyusunan APBN, hendaklah lebih dulu menetapkan harga BBM, bahan bangunan, sembako, tariff listrik, tlpon, gas air minum, tol, harga tiket pesawat udara, kapal laut, kereta api, bis antar kota, bis dalam kota, angkot, dan lain-lain. Korupsi dan Pemilu langsung (Dilematika MPR dan Presiden) Seorang Presiden di era Orde Baru bisa berkuasa lebih dari tiga puluh tahun. Ini bisa terjadi karena keahlian dan kelihaian Sang Presiden bersama-sama kroni-kroninya (kawan, teman, konco, simpatisan) memanipulasi UUD-1945, terutama pasal pasal 7 yang berbunyi “Presiden dan wakil Presiden memegang djabatannja selama masa lima tahun, dan sesudahnja dapat dipilih kembali” “sekarang harus tunai, besok boleh utang”. Semangat dari pasal 7 ini adalah bahwa seseorang hanya boleh menjabat Presiden selama dua periode secara berturut-turut. Namun oleh Sang Presiden dan kroninya diinterpretasikan, ditafsirkan bahwa pasal 7 tersebut sama sekali tak membatasi periode jabatan Presiden, sehingga Presiden tak mengenal batas jabatan. Orde Reformasi mencoba mengoreksi, meluruskan interpretasi, tafsiran Orde Baru yang keliru itu dengan mengamandemen UUD-1945. Antara lain dengan membatasi periode jabatan Presiden hanya dua periode berturut-turut saja. Pemilihan Presiden dilakukan dalam Pemilu langsung dan bukan lagi oleh siding MPR. Hak dan wewenang MPR dalam hal ini dipreteli, dicabut. MPR dikebri. MPR jadi mandul. Posisi MPR menjadi dilematis. Dibubarkan saja atau hak dan wewenangnya dikembalikan, dipulihkan. Pemilu Presiden secara langsung tak dapat tidak memaksa Capres untuk menyediakan dana kampanye dalam jumlah besar agar ia bisa terpilih. Capres bersama kroninya (kawan, teman, konco, kolega, keluarga, simpatisan, tim sukses) berdaya upaya mengumpulkan, menghimpun dana kampanye yang jumlahnya bisa mencapai milyaran rupiah. Donatur, penyumbang mengharapkan dana sumbangan itu bisa menjadi seagai dana investasi yang dapat meningkatkan penghasilannya pada masa Capres terpilih sudah duduk dalam posisi Presiden. Sedangkan Presiden terpilih selama jabatannya akan selalu merasa berutang (budi dan materi) kepada para donator, penyumbang. Adalah mustahil Presiden terpilih akan mencegah tindak korupsi yang dilakukan oleh donator, penyumbang dana kampanyenya. Pemilu langsung menjadi sumber terbuka lebarnya tindak korupsi. Inilah dilematis pemilu Presiden. Menerima Pemilu Presiden secara langsung berarti membiarkan korupsi terus berlanjut meraja lela. Kembali menyerahkan pemilihan Presiden kepada MPR, menimbulkan trauma akanmasa Orde Baru. Namun bagaimana pun sebaiknya Presiden diserahkan kepada wakil rakyat saja. Kalau MPR harus dibubarkan, maka diserahkan saja kepada DPR. BKS1105190615

Quo Vadis PKS ?

Catatan serbaneka asrir pasir Quo Vadis PKS ? PKS adalah Partai Keadilan Sejahtera. Dari namanya, PKS membawa misi keadilan dan kesejahteraan rakyat, memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia. Namun dalam praktek perilaku politiknya, PKS sama sekali tak pernah berupaya memperjuangkan, menciptakan keadilan dan kesejahteraan rakyat. Hari Jum’at, 27 Januari 2012, Buruh se Bekasi melakukan aksi menuntut keadilan dan kesejahteraan di sepanjang jalan tol antara Cibitung dan Cikarang, PKS sama sekali tak ikut berupaya meenegakkan keadilan dan kesejahteraan bagi para buruh. Tampaknya PKS menutup mata dan tak peduli akan nasib para buruh. (written by sicumpaz@gmail.com, at BKS12011700) Catatan serbaneka asrir pasir Keadilan PKS Apa saja yang telah diperjuangkan/disumbangkan PKS untuk KEADILAN dan KESEJAHTERAAN rakyat, baik melalui eksekutif, mapun legislatif dan yudikatif ? Silakan anda jelaskan rinciannya, apa yang telah diperjuangkan PKS untuk KEADILAN dan KESEJAHTERAAN untuk pengunjuk rasa di gedung MPR/DPR/DPD yang memperjuangkan urusan hidup mati, untuk buruh pengunjuk rasa di Cikarang, untuk pengunjuk rasa di Bima, untuk pengunjuk rasa di sejumlah tempat lain yang menyampaikan pesan : jangan kami dibiarkan menyelesaikan persoalan kami sendiri atau persoalan selesai dengan sendirinya, yang memperjuangkan KEADILAN dan KESEJAHTERAAN ? Keadilan dalam kisruh GKI Yasmin atau kasus Syiah atau dalam kasus lain yang rawan kekerasan (ketakadilan), termasuk permasalahan perizinan tanah ataupun perizinan tambang. Keadilan antara kepentinan rakyat dengan kepentingan asing (investor). (written by sicumpaz@gmail.com at BKS1201280800)

Menyakiti Allah dan RasulNya

Catatan serbaneka asrir pasir Menyakiti Allah dan RasulNya Alquran adalah kalamullah, bukan bahasa manusia. Logika Alquran taklah sama dengan logika manusia. Dalam QS 33:56 disebutkan bahwa Allah dan malaikat-malaikatNya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang berman, bershalawat pulalah kamu untuknya dan salam kepadanya yang sebenar salam. Dalam bahasa manusia, shalawat dari Allah adalah rahmat, dari Malaikat adalah do’a. Mengucapkan shalawat dan salam kepada Nabi di dalam tasyahud yang akhir dalam shalat, sesudah takbir yang kedua ketika shalat jenazah, ketika berkhutbah Jum’at, ketika ziarah ke kuburan Nabi, ketika berdo’a dan di mana saja ada peluang dan kesempatan. Dalam ayat selanjutnya QS 33:57 disebutkan bahwa : “Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan RasulNya, dikutuklah mereka oleh Allah di dunia dan di akhirat, dan Dia sediakan untuk mereka azab yang membuat hina. Dalam bahasa manusia, menyakiti bisa bermakna mencela, mencaci, memaki, membangkang, menantang.Predikat, sebutan orang-orang yang menyakiti Allah dan RasulNya bisa Kafir, Zhalim, Fasiq. Menurut Prof Dr Hamka, menyakiti Allah artinya ialah dengan sengaja mengolok-olokkan perintahNya atau menyesali takdirNya, mengomel dan merasa kecewa atas ketentuan yang telah Dia tetapkan. Menyakiti Rasul ialah mencela, menghina, menjelekkan Rasul. Dilaknat, dikutuk bisa bermakna disumpahi. Diazab bisa bermakna disiksa (Simak “Tafsir AlAzhar”, juzuk XXII, Panjimas, Jakarta, 2006, hal 84-91, tentang tafsir ayat QS 33:56-57; hal 253-254 tentang pengertian Zhalim). Antara yang dilaknat, yang dikutuk dan yang dirahmati, yang diberkati apa ada perbedaan hidupnya, baik status sosial ekonominya, maupun status sosial budayanya ? Begitu juga antara yang kafir dengan yang Islam di dunia ini, apa ada perbedaan kehidupan, baik status sosial ekonominya, maupun status sosial budayanya ? (written by sicumpaz@gmail.com at BKS1201270815

Tinggalkan semua selain Quran dan Hadits

Catatan serbaneka asrir pasir Tinggalkan semua selain Quran dan Hadits Dalam matan AlBukhari (Edisi AsSundi), terbitan Alharamain, Singapura, Juzuk IV, hal 255 terdapat judul “Kitab alI’tisham bil Kitab was sunnah” (Bab tentnn Berpegang pada Kitab dan Sunnah). Pernah disebutkan bahwa ada hadits yang bermakna : “Aku tinggalkan kepada kamu sekalian dua hal (panduan hidup). Kamu sekalian tak akan tersesat bilamana kamu sekalian berpegang kepada keduanya, yaitu Kitabullah dan Sunnah RasulNya”. (HR Bukhari, Muslim dan beberapa Ulama Hasits yang lain ? Prof Dr Hamka : “Tafsir AlAzhar”, juzuk V, Panjimas, 1984, hal 147, re tafsir ayat QS 4:64). (Namun gagal, tak berhasil menemukan teks (redaksi, matan) yang bermakna seperti itu. Yang saya temukan hanyalah hadits yang menyebutkan bahwa yang ditinggalkan oleh Rasulullah saw itu adalah Kitabullah dan Ahlul Bait, dalam “Mustadrak” AlHakim dari Zaid bin Arqam, pada kitab Makrifah Shahabat, hadits no.4577. Seangkan hadtis sebelumnya, hadits no.4576 menggunakan lafal “tsaqalain”, dan bukan “amrain”). Dalam matan AlBukhari, juzuk IV, hal 270 terdapat Bab tentang sabda Rasulullah saw yang melarang bertanya kepada Ahli Kitab tentant sesuatu hal. Larangan tersebut bisa bermakna larangan belajar, berguru kepaa Ahli Kitab, larangan membaca, membahas, merujuk, mengacu kepada karya tulis Ahli Kitab. Terhadap hujah, alas an, argumentasi, dalil, postulat yang dikemukakan oleh Ahli Kitab dan orang-orang non-Islam, cukuplah menjawabnya dengan mengucapkan bahwa kami beriman kepada Allah dan kepada yang diturunkan, difirmankan Allah saja. Ini bermakna bahwa cukuplah Quran sebagai rujukan, acuan, panduan, pedoman, bahkan sebagai konstitusi, tidak campur aduk dengan yang lain. Tinggalkanlah merujuk kepada ulama-ulama yang mengacu, merujuk kepada filosof-filosof, pemikir-pemikir Yunani dan lain-lain di abad ke empat/lima hijriyah dan sesudahnya. Pernah suatu ketika Umar bin Khatthab memegang suatu lembaran di tangannya. Ketka dilihat Rasulullah saw, beliau menanyakan kepada Umar lembaran apa itu ? Umar menjawab bahwa itu adalah lembaran yang memuat ayat-ayat Taurat. Rasulullah saw tampak marah. Rasulullah saw mengatakan, seandainya Musa hidup masa kini, maka ia haruslah mengikuti Quran. (Ingat pula ketika Rasulullah saw menegur Umar bin Khattab ketika dia memegang lembaran Taurat.Pandangan Rasulullah saw. pun tertuju pada yang dipegang Umar. “Apa yang kau pegang, Umar?” tanya Rasulullah saw. Dengan ringan, Umar r.a. pun menjawab, “Taurat, Ya Rasulullah!”. “Wahai Umar, andai yang diturunkan Taurat itu masih hidup, tentu, ia akan merujuk kepada Al-Quran dan meninggalkan Taurat !” ucap Rasulullah saw. begitu menggugah hati Umar. Saat itu juga, Umar pun melepas lembaran Taurat. Siapapun (muslim) pasti tidak akan meragukan aqidah Umar bin Khattab, tapi toh ditegor juga oleh Rasulullah walaupun hanya kepergok membawa-bawa lembaran Taurat. Artinya apa ? Rasulullah saw mencontohkan kepada kita untuk memegang aqidah dengan kuat. (Kata Rasulullah saw menjelang wafatnya : "Aku wariskan kepada umatku Kitabullah dan Sunnahku, peganglah erat-erat dengan gigi geraham-mu") dari “groups.yahoo.com/group/baiturraman-vni/message/340). M Amin Damaluddin pernah menanggapi (menggugat, mengkritik) Gagasan Prof Dr Harun Nasution “Soal Penggalakan Kuliah Falsafah, Ilmu Kalam dan Sejarah Kebudayaan Islam”. Dipaparkan “Pandangan Ahli Filsafat Islam terhadap Kebenaran Agama”. Disebutkan nama AlKindi, AlFarabi, Ibnu Rusyd, ArRazi, Ibnu Rawani, Ibnu Sina, dan lain-lain sebagai “Ahli Filsafat Islam” (Simak tulisan berseri/bersambunnya dalam Harian PELITA menanggapi Pidato rector IAIN Jakarta Prof Dr Harun Nasution yang dimuat dalam Harian PELITA tanggal 3 Agustus 1983). Sayid Quthub dalam bukunya “Keadilan Sosial dalam Islam”, menggugat, mengkritik nama-nama yang disebut sebagai Ahli Filsafat Islam itu. Filsafat Islam hanya mengacu pada Quran. Sedangkan nama-nama yang disebut sebagai Ahli Filsaat Islam itu juga merujuk, mengacu Filsafat Yunani dan lainnya. Dalam bukunya “Pembebas Dari Kesesatan” (AlMunqidz minad Dhalaal) menggugat, mengkritik Filsafat (Matematika, Logika, Fisika, Teologi, Sosiologi, Etika) (Simak Prof Dr Hamka : “Tafsir AlAzhar”, juzuk XI, Panjimas, hal 134). (written by sicumpaz@gmail.com at BKS1105190830)

Senin, 23 Januari 2012

Melaporkan kekayaan

Catatan aerbaneka asrir pasir Melaporkan kekayaan Setiap warganegara berumur 17 tahun keatas hendaknya diwajibkan melalui undang-undang untuk melaporkan kekayaannya setiap tahun, sumbrnya, jumlahnya, mutasi/transaksinya, kepada petugas Negara yang diberi wewenang oleh undang-undang. Dengan demikian, Negara apat secara langsung memantau, memonitor kekayaan warganya. Pasal 26 1y1t 3 UUDS-1950 menyebutkan bahwa Hak milik itu adalah suatu fungksi social. Dengan demikian Negara berhak memantau, memonitor hak milik warganya. Dan dengan demikian pun Negara berhak, dengan mengindahkan aturan-aturan yang ditetapkan dengan undang-undang untuk mengeluarkan kebijakan agar warga Negara berkewajiban melaporkan kekayaan setiap tahun, baik sumbernya, maupun jumlahnya, dan mutasi/transaksinya. Pasal 23 ayat 2 UUD-45 menyebutkan bahwa segala pajak untuk keperluan Negara berdasarkan dengan undang-undang. Untuk perhitungan pajak diperlukan laporan kekayaan warg. Dengan demikian maka setiap waganegra diwajibkan melaporkan kekayaannya berdasarkan undang-undang kepda petugas Negara yang diberi wewenang oleh undang-undang. (written by sicumpaz@gmail.com at BKS1201241030)

Minggu, 22 Januari 2012

Kita tak punya pakar kemakmuran

Kita tak punya pakar kemakmuran Kita tak punya pakar kemakmuran Dari penjajahan Belanda, Orde Lama, Orde Baru dan Era Reformasi, nasig rakyat ama saja (KORAN PAKOLES, Edisi %3, Minggu ke-I, Maret 2004). Senandung Minang berlarat-larat berbunyi : "Mendaki gunung Merapi, Menurun ke Tabekpatah, Singgah di Suruasa. Sudah tiga kali zaman brganti, Sudah bangsa kita yang memerintah, Nasib rakyat sama saja". "Pikiran politik hanya ingin merebut negara ini dan menggantikan kedudukan penjajah. Kebijakan politiknya - tegas WS Rendra - dalam kenyataan sama saja dengan penjajah. Sebagai ilustrasi, di Indonsia hukum possitif hanya merupakan arisan Hindia Belanda. Soekarno saja hanya menemukan reformasi yang dilakukan penjajah. Caranya membangun seperti penanaman modal asing dan lain-lain itu hanya mewariskan gaya politikus Gubernur Jenderal zaman Belanda" (idem, hal 4, "Intrik politik Tetap Ada"). Indonesia tak pernah punya pakar, tokoh pemikir yang memikirkan bagaimana caranya memakmurkan rakyat, baik sebelum, selama, maupun sesudah penjajahan Belanda. Bahkan Indonesia tak pernah punya pakar, tokoh, pemikir yang memikirkan bagaimana caranya mengatasi masalah sosial. "Kepustakaan Djawa" Prof Dr R M Ng Poerbatjaraka, dan "Sedjarah Melaju" Abdullah tak menyiratkan adanya tokoh-tokoh pemikir, baik di klangan jawa, maupun di kalangan Melayu. Hitler, Lenin, Ibnu Saud, Musthafa Kemal, John Reed, Sun Yat Sen, Ernest Renan, Otto Bauer, A Baars, Jean Jaures adalah sebagian dari acuan, referensi Soekarno. Namun Soekarno tak pernah setara, selvel, setaraf dengan acuannya, referensinya tersebut. Indonesia tak pernah punya pakar, tokoh semacam, selevel, sekaliber, setaraf Locke, Montesquieu, Rousseau, Voltaire. Tjindarbumi dalam karangannya "Mentjari verhouding", mengemukakan bahwa "Didalam wetenschap (sains) banjak fasal (hal) jang tidak mudah akan menimbulkan orang bangsa kita seperti Lorentz (didalam ilmu natuurwetenschap-Fisika), J H van't Hof (scheikundige-Kimia), seorang J Moleschott (populisator didalam ilmu natuurwetenschappelijk materialisme dan medicus-Kedokteran) dan seterusnja ("Polemik Kebudayaan", 1948:58). Indonesia tak pernah punya pakar, tokoh semacam, selevel, sekaliber, setaraf Saint Simon, Comte, Vico, Spencer, von Steine, Marx, Le Play, Fouille,Durkheim, Hildebrand, Tolstoi, Le Bon, De Greef, Tonnies, Simmel, von Wiese, Vierkadt, Oppenheimer, Weber, Spann, Freyer, Sombart, Mannheim yang dikenali sebagai sosok pemikir masalah masyarakat. Indonesia tak punya pakar, tokoh semacam, selevel, sekaliber, setaraf Kant, Fichte, Hegel, Eucker, Ratheun, Keyserling, Bruno, Spinoza, Mach, Nietsche, Kierkegaard, Peierce, Whitehead, Schelling, James Dewey, Russel, Wittgeinstein. Croce, Bergson, Satre, Santayana, dan lain-lain yang dikenali dalam "The Age Of Ideology" dan "The Age of Analysis". (Barat setiap abad kaya dengan ilmuwan. The 17th Century Philosopher [“The Age of Reason”, by Stuart Hamphire, A Mentor Book, USA] : Galileo, Bacon, Descarte, Hobbes, Pascal, Spinoza, Leibnitz. The 18th Century Philosofhers [“The Age of Enligtment”, by Isiah Berlin, A Mentor Book, USA] : John Lock [1632-1704], Berkeley, David Hume [1711-1776], Voltaire [1694-1778], Reid, Condillac. Aaaaaaathe 19th Century Philosopher [“The Age of Ideology”, by Henry D Aiken, A Mentor Book, USA, 1957] : Immanuel kant [1724-1804], Johann Gottlieb Fichte [1762-1814], George Wilhelm Friedrich Hegel [1770-1831], Arthur Schopenhower [1788-1860], August Comte [1798-1857], John Stuart Mill [1806-1873], Herbert Spencer [1820-1903], Karl Marx [1818-1883], Friedrick Nietsche [1844-1900], Soren Kierkegaard [1813-1855), Ernest Mach [1838-1916]. The 20th Century Philosopers [“The Age of Analysis”, by Morton White, A Mentor Book, USA, 1956] : GE Moore [1873- ], Benedetto Croce [1866-1952], George Santayaana [1863-1952], Henri Bergson [1859-1941], Alfred Nort Whitehead [1861-1947], Edmund Husserl [1859-193], Jean-Paul Sartre [1905- ], Charles Sanders Pierce [1839-1914], William James [1842-1910], John Dewey [1859-1952], Betrand Russel [1872- ], Rudolf Carnap [1892- ], Ludwig Wittgenstein [1889-1951].) Di abad ke-20 Indonsia punya Tjipto, Ahmad Dahlan, Samanhudi, Tjokroaminoto, Agus Salim, Semaun, Muso, Husni Thamrin, Supratman, Soekarno, Jamin, Tan Malaka, Sjahrir, Hatta yang dikenali sebagai pahlawan. Juga punya Soemitro, Widjojo, Emil Salim, Ali Wardhana, Frans Seda, Sumarlin, Radius, Rizal Ramli, Kwik Kian Gie, Dorodjatun, Amien Rais, Akbar Tanjung, Adi Sasono, Wiranto, Susilo, Gus Dur dan lain-lain. Namun semuanya bukanlah tokoh pemikir yang memikirkan kemakmuran, kesejahteraan rakyat banyak. Dan juga punya Takdir, Sanusi, Poerbatjaraka, Sutomo, Tjindarbumi, Adinegoro, Amir, Dewantara yang dikenali sebagai buayawan. Di abad ke-21 Indonesia punya Ali Masykur Musa ( eks kader, pemuda Golkar di PKB), Jakob Tobing, Cahyo Kumulo, Arifin Panigoro, Pramono Anum (eks kader Golkar di PDI-P), Bambang Kesowo (orang kepercayaan Soeharto dan Moerdiono di di Mensesneg), Tutut, Hartono (orang Cendana di PKPB), Fadel Muhammad (orang Golkar), Megawati (yang melupakan peristiwa 27 Juli), Hamzah Haz (yang tak jelas dari mana gelar Doktornya), Faisal Tamin, dan lain - lain ( KORAN PAKOLES, edisi 53 hal 2 : " Kerjanya Panwaslu Hanya Tukang Catat ", wawancara dengan Prof Budiyatna). Semuanya bukanlah tokoh pemikir yang memikirkan kemakmuran, kesejahteraan rakyat banyak. Tetap saja "Dari penjajahan Belanda, Orde Lama, Orde Baru, dan Era Reformasi, nasib rakyat sama saja ", tak berubah.

Antara orientasi pengabdian dan orientasi kekuasaan

Antara orientasi pengabdian dan orientasi kekuasaan Ada yang berorientasi pengabdian dan ada pula yang berorientasi kekuasaan. Bagi yang berorientasi pengabdian, di mana pun bisa berperan mengabdikan, memanfa’atkan yang dimiliki untuk kepentingan bersama. Petani, pedagang, pengusaha, pendidik, dokter, arsitek, tekisi, buruh, karyawan, pegawai, militer, nelayan, dan lainnya bisa mengabdikan, memanfa’atkan yang dimilikinya untuk kepentingan bangsa, negara. Salah satu contoh yang berorientasi pengabdian adalah Muhammad Yunus dari Bangladesh, peraih Nobel Perdamaian. Harmoko menyebut Muhammad Yunus sebagai pejuang dan pekerja gigih dalam mengentaskan kemiskinan di Bangladesh. Melalui Grameen Bank Prakalpa (semacam proyek Bank Pedesaan) Muhammad Yunus memberikan kredit kepada penduduk miskin. Hasilnya dapat dirasakan oleh penduduk Bangladesh. Muhammad Yunus memerangi kemiskinan melalui kredit bank yang dipimpinnya. Muhammad Yunus bukanlah aktivis dari Lembaga Swadaya Masyarakat, bukan pula seorang politisi, namun tetap menyatu dengan penderitaan rakyat. Muhammad Yunus bisa dijadikan teladan bagi pengentasan kemiskinan (POSKOTA, Senin, 30 Oktober 2006, hal 10, Kopi Pagi : “M Yunus dan Si Miskin” oleh Harmoko. Simak juga SUARA ‘AISYIYAH, No.1, Th ke-84, Januari 2007, hal 31, “Kesrempet”. “Dokter ekonomi yang malas blamana tak mampu mengangkat derajat hidup warga melarat”). Barrack Obama membuktikan politik pengabdian. Ia cari lowongan untuk penganggur, mendirikan pusat pendidikan remaja, memaksa gubernur membongkar asbestos karena bahan bangunan itu sumber kanker, memperluas anti kenakalan remaja, membuat sistem manajemen pembuangan sampah, serta memperbaiki jalan rusak dan selokan yang tersumbat (KOMPAS, Sabtu, 5 Januari 2008, hal 13, “Sebuah Tuntutan Perubahan”, oleh Budiarto Shambazy). Romomangun menata perkampungan kumuh sepanjang Kalicode Yogyakarta dan penghuninya menjadi lokasi yang asri berwawasan arsitektur dengan penghuninya yang terangkat harkat-martabatnya. Bagi yang berorientasi kekuasaan, maka “pengabdian” hanyalah kemasan untuk memoles kehausannya akan kekuasaan. Yang berorientasi kekuasaan, hanya berupaya memenuhi kerakusannya akan kekuasaan. Ia tak pernah menyatu dengan penderitaan raykat, tak pernah merasakan penderitaan rakyat. Bagaimanapun banyak perusahaannya, bagaimanapun berlimpah kekayaannya, ia tak pernah memikirkan untuk memanfa’atkan kekayaannya itu untuk mengurangi pengangguran, untuk mengurangi kemiskinan, penderitaan rakyat, untuk menanggulangi bencana. Dalam benaknya hanyalah untuk memanfa’atkan kekayaanya untuk mendapatkan kekuasaan. Dengan kekuasaan, ia dapat menguasai, mengendalikan semuanya. Segala jalan bisa ditempuh untuk mendapatkan kekuasaan. Pemimpin yang berorientasi kekuasaan, kebijakannya tak pernah berpihak kepada rakyat. Seluruh kebijakannya hanya untuk kepetingan diri. Acuannya adalah ajaran Machiavelli. sedangkan yang berorientasi pengabdian, kebijakannya berpihak kepada rakyat. Di kalangan Islam, acuanya adalah Muhammad Rasulullah saw, Umar bin Khaththab, Umar bin Abdul Aziz. Di kalangan Kristen, acuannya adalah Yesus Kristus. Di kalangan Hindu, acuannya bisa Mahatma Ghandi. Sedikit di kalangan penguasa adalah mereka yang dikenal dengan despot yang arif. Sejarah mencatat adanya penguasa yang punya rasa pengabdian yang disebut dengan despot yang arif, yang bijak, yang cerdas seperti yang ditampilan oleh Peter yang Agung 1689-1725) dan Katharina II (162-1796) dari Rusia, Friedrich II Agng (1740-1786), Joseph II (1765-1790) dari Prusiaa (Jerman). Secara umum, raja-raja Jawa sejak Mpu Sindok (sebelumnya Sanjaya) tampil sebagai despot yang arif, yang bijak, yang cerdas (Anwar Sanusi : “Sejarah Indonesia untuk Sekolah Menengah”, I, 1954:22,28). Prof Dr A Syalabi dalam bukuna “ Negara dan Pemerintahan dalam Islam” (hal 38) menls bahwa kewajban yang utama dari pemerintah Islam ialah bekerja untuk kebahagiaan rakyat. Pemerintah Islam harus berusaha agar rakyat senang. Pemerintah haruslah berjaga-jaga agar rakyat dapat tidur dengan aman dan tenteram. Islam membawa prinsip-prinsip yang lebih murni dari pada yang dicita-citakan setiap orang. Prinsip-pirnsip itu dapat disimpulkan dalam beberapa patah kata saja. Pertama, keadilan. Kedua, Kepala Negara yang miskin. Islam menyerukan persamaan di waktu sistem hidup berkasta-kasta telah berurat berakar di seluruh penjuru alam. Islam menyerukan keadilan di kala keadilan itu dipandang suatu kelemahan dan kehinaan. Islam menyeru agar seorang Kepala Negara bekerja untuk kebahagiaan rakyat, bukan untuk kebahagiaan dirinya sendiri. Islam menciptakan Kepala Negara model baru yaitu Kepala Negara yang miskin. Kepala Negara yang harta kekayaannya habis dibelanjakannya pada jalan Allah, untuk kepentingan umat. Kepala Negara yang hidupnya sangat sederhana, sandang, pangan, papan yang dipakainya sama dengan yang dipakai orang-orang miskin (“Sejarah Kebudayaan Islam”, jilid I, hal 338-329). (BKS0612040630)

Rekonsiliasi dalam Islam

Rekonsiliasi dalam Islam Rasulullah adalah pemimpin yang matang, bijaksana dan berpandangan jauh. Beliau amat peka terhadap masalah umat. Beliau tidak betah diam berpangku tangan membiarkan umat menderita, bersengketa. Memikirkan masalah umat dan berusaha menyelesaikannya dengan saksama dan bijaksana, bagi Rasulullah termasuk ke dalam ibadah utama dan usaha bertaqarrub mendekatkan diri kepada Allah. Amal kebajikan yang membawa manfa’at bagi hidup dan kehidupan manusia merupakan pendekatan yang suci kepada Allah. Beliau benar-benar pemimpin yang merakyat. Derita manusia adalah kebaktian ibadat beliau. Beliau pernah berkata "lebih baik sekiranaya saya berjalan membantu kepentingan seorang saudara dan lebih menyenangkan hatinya dari pada saya beri’tikaf dalam masjidku ini selama sebulan". Rasulullah seorang penyantun dan penyayang. Antara diriku dan kalian – kata Rasulullah – ibarat seorang yang menyalakan api, kemudian dikerumuni anai-anai, belalang dan kupu-kupu, orang-orang saling menghalau, tetapi aku membendung, menggenggam dalam tanganku agar tidak terjilat oleh lidah api, namun kalian melepaskan diri dari tanganku. Rasulullah – tidak seperti Yesus yang mengorbankan dirinya disalib untuk menebus dosa manusia – berupaya menyelamatkan manusia dari jilatan lidah api neraka. (Khalid Muhammad Khalid : Kemanusiaan Muhammad). Rasulullah tidak membiarkan silang sengketa tumbuh berkembang. Beliau segera merukunkan, mendamaikan yang bersengketa (QS 49:10). Sekali pernah merebak isu yang hampir dapat menyulut perselisihan, perpecahan, disintegrasi di kalangan umat. Isu tersebut dihembus-hembuskan, ditiup-tiup, dikipas-kipas menyala memanas, dimanfa’atkan oleh provokator (biang kerok) Abdullah bin Ubay (musuh dalam selimut umat) secara intensif membuat suasana kacau (anarkis). Rasulullah segera turun tangan menyelamatkan umat dengan meredam, membatasi isu tersebut agar tak sampai berkembang meluas. Isu yang dapat menimbulkan opini publik yang negatip (perpecahan umat) segera diantisipasi dengan kontra isu yang dapat menimbulkan opini publik yang positip (persatuan umat) (Hamka : Tafsir Al-Azhar tentang QS 63:5-7). Kelompok-kelompok yang berselisih, bersengketa harus ditundukkan, dirukunkan, didamaikan secara adil berdasarkan petunjuk tuntunan Allah dan Rasul-Nya (QS 4:59, 49:9), dan bukan berdasarkan hukum jahiliyah, hukum sekuler, hukum homo homini lupus, hukum the ends justify the means (QS 5:50). Bahwa realitas perbedaan etnis dan status sosial-ekonomi adalah untuk saling melengkapi antara yang satu dengan yang lain (QS 49:13, 43:32). (Bks 7-5-2000)

Kepedulian akan kesejahteraan sesama

Kepedulian akan kesejahteraan sesama Saya tak pernah kenal dengan yang bernama Adam Smith (1723-1790), William Thomson (1785-1833), dan yang sepaham dengan mereka. Namun dari judul karya tulisnya, saya mendapat ksan, mereka itu sangat peduli dengan kesejahteraan bersama. Karya tuli Adam Smith dengan judul “An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nation” (1776). Karya tulis Williom Thopson dengan judul “An Inquiry into the Principles of the Distribution of Wealth most conductive to human happiness” (1824). Kata “wealth” berarti kesejahteraan bersama (welfare). Adam Smith disebutkan sebagai Pelopor mazhab klassik (Liberal), sedangkan William Thompson sebagai sosialis ilmiah. Pelanjut Adam Smith, meskipun berb eda sudut pandangnya 9tinjauannya), namun masih punya semangat peduli akan kesejahteraan sesama . Di antaranya karl Marx (1818-1883) dengan karya tulisnya “Das Kapital” (AlAmwal); John Maynard Keynes (1883-1941) dengan karya tulisnya “The General Theory of Employment, Interest and Money” (1936). ` Ke dalam sosialis utopia tercatat nama Robert Owen (1771-1858) dengan karya tulisnya “ A new view of society”. Robert Owen salah seorang pengusaha kaya, raja pabrik tenun di Inggeris. Meskipun selalu menghadapi kegagalan, namun Robert Owen masih saja berlang kali mengadakan percoban baru dalam ekonomi untuk membangun suatu masyarakat baru dari kaum buruh dalam wujud keluarga besar “New Harmoy” pada tahun 1825 di Illinois, Amerika Serikat, dan kemudian dilanjutkannya di Tytherly tahun 1841 dngan nama “Harmony Hall. Robert Owen merupakan sosok yang peduli akan kesejahteran bersama secara teori dan praktek. Sosialis ilmiah marxis meninggalkan teori nilai lebih, teori pemusatan (konsentrasi), teori penumpukan (akumulasi), teori pemiskinan, teori krisis. Kaum sosialis utopis mengimpikan terciptanya satu Negara yang serba indah, adil dan makmur. Thomas Moore (1478-1535) dengan “Utopia”nya. Plato dengan “Republik”nya. Francois Bacon dengan “New Atlantis”nya. Harrington dengan “Commenwealth of Ocean”nya. AlFarabi dengan “AlMadnah AlFadhilah”nya. Sejarah mencatat, di antara penguasa mutlak/absolute/despotis terdapat pula yang memiliki kepedulian terhadap rakyat yang disebut dengan “despot cerdas/arif/bijak”. Di antaranya Frederick II Agung (1740-1786) dari Prusia, Katharina II Ang (1762-1796) dari Rusia, Jozef II (1765-1790) dari Austria, Aranda dari Spanyol, Pombal dari Portugal, Peter Yang Agng (1689-1725). Secara umum, raja-raja Jawa sejak Mpu Sindok tampil sebagai despot yang arif, yang bijak, yang cerdas. Sebelumnya Sanjaya. Pada masa kini, sosok-sosok yang termasuk ke dalam yang peduli akan kesejahteraan sesama Bill Gates (1955- ) orang terkaya di dunia yang memiliki kekayaan 37,3 milyar poundsterling. Tahun 2001 merencanakan untuk menumbangkan 95 persen dari kekayaannya untuk peningkatan pendidikan. Osma bin ladin mewarisi kekayaan 300 juta dollar AS dan memberi bantuan pada Taliban 3 juta dollar AS. Henry Ford (1863-1947) raja mobil meninggalkan Ford Foundation bagi kesejahteraan umat manusia. Mahmud Yunus di Bangladesh sibuk mengurusi kemiskinan. Romo Mangun pernah menata perkampungan kumuh sepanjang Kali Code (yang kini hancur berantakan diterjang lahar dingin Merapi Yogyakarta). Warven Buffet (1930- ) mewariskan milyaran kekyaannya untuk masyarakat melalui suatu Yayasan Amal Sosial. (Simak antara lain : - Nusbar : “Pelajaran Ekonomi untuk SLA”, jilid 2, 1977:36, 44-45. - Drs AWJ Tupanno : “Pelajaran Ekonomi dan Koperasi untuk SMA”, jilid 1, Depdikbud, Jakarta, 1981:131,136,137. - ZA Ahmad : “Dasar-Dasar Ekonomi Dalam Islam”, Pustaka Antara, Djakarta, 1952:67-69,72-73. - Maryam Jaameelah : “Islam versus Barat”, AlHidayah, Jakarta, 1981:21. - D Mutiara : “Kamus Mutiara”, Bintang Indonesia, Djkarta, 1955:149. - Prof Dr HM Rasyidi : “Menapa Aku Tetap Memeluk Agama Islam”, Bulan Bintang, 1980:50-51. - Prof Dr Omar Mohammad atToumy alSyaibany : “Falsafah Pendidikan Islam”, halaman 51. - Ilyas St Pamenan : “Sejarah Dunia”, Pustaka Timur, Djakarta, 1950:110-111. - Anwar Sanusi : “Sejarah Umum untuk Sekolah Menengah”, jilid II, Pustaka Pakuan, Bandung, 1954:62-63) - Harmoko : “M Yunus dan Si Miskin”, POS KOTA, Senin, 30 Oktober 2006, hal 10, “Kopi Pagi”. - Andi Surupi : “Rindu Rakyat pada Keadilan”, KOMPAS, Sabtu, 14 Agustus 2010, hal 15. - “Doktor ekonomi yang malu bila tak mampu mengangkat derajat hidup warga melarat”, SUARA ‘AISYIAH, No.1, Th ke-84, Januari 2007, hal 31. - MetroTV, Jum’at, 14 November 2008, 1330, “Biogra[hy”. (written by sicupaz@gmail.com in sicumpas.wordpress.com as Asrir at BKS11-1170500)

Kesejahteraan dan kecerdasan bangsa

Kesejahteraan dan kecerdasan bangsa Posted by Pondok Pesantren Madrasah Diniyah Pasir IV Angkat Bukittinggi Sumatera Barat in Islampedia on February 5, 2011 Kesejahteraan dan kecerdasan bangsa Alhamdulillah, amanat pembukaan UUD-1945 menyebutkan, bahwa Pemerintah Indonesia berkewajiban untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa. Rinciannya Bab XIII-XIV (Pasal 31-34) menyebutkan bahwa Pemerntah Indonesia berkewajiban mengatur dan menyelenggarakan pengajaran nasional, memajukan kebudayaan nasional, menggunakan kekaaan Negara-bangsa 9sosial-ekonomi-alam) untuk kemakmuran rakyat, untuk mengentaskan kemiskinan. Pelopor teoritikus kemakmuran rakyat Adam Smith (1733-1790) menghendaki kemakmuran seluruh umat, kemakmuran bangsa dan umat manusia, kemakmuran golongan buruh, tertib batin, tertib lahir, tertib moral, tertib ekonomi (Simak Mr J Bierens de Haan : “Sociologie”, 1952:23,29). Pelopor teoritus kecerdasan rakyat Condorcet (1743-1794) berkeyakinan bahwa kebahagiaan rakyat akan diperoleh sebanyak-banyaknya dengan kemajuan kecerdasan rkyat. Menurutnya lmu pengetahuan digunakan untuk memajukan kebahagiaan rakyat banyak. Dengan pertolongan ilmu pengetahuan, maka kesenjangan di antara manusia dikurangi. Kesenjangan dalam kekayaan dikurangi dengan mengadakan undang-undang pajak. Kesenjangan dalam pengajaran dikurangi dengan mengadakan pengajaran umum bagi rakyat. Kesenjangan dalam keadaan sosial dikurangi dengan asuransi sosial (idem, 1952:32). Di Indonesia tak seorang pakar pun yang membaca, membahas, mengupas, menganaalisa teori kemakmuran Adam Smith Karl Marx, Maynard Keyneys, Forbes harrod serta kemudian merumuskan, menyusun teori kemakmuran bagi Indonesia. (written by sicumpaz@gmail.com in sicumpas.wordpress.com as Asrir at BKS0607291000)

Kali Terakhir Bertemu saat Mengantar Nasi

Kali Terakhir Bertemu saat Mengantar Nasi Oleh : Agung P Iskandar Yusmanidar terlihat lunglai saat keluar dari gedung Bareskrim Mabess Polei kwmEIN (12/1). Perempuan 50 tahun itu tidak terlalu antusias saat melayani wawancara. Dia lebih banyak diam. Sesekali menghela napas panjang. “Ibu masih trauma” kata direktur LBH Padang Vino Oktavia yang mendampingi Yusmanidar. Yusmanidar mendatang Bareskrim untuk membuat laporan tentang kematian misterius dua anaknya. Faisal Akbar (14) dan Budri M Zen (17). Setelah sejumlah pengacara dari LBH Padang, dia ditemani si sulung Didi Firdaus. Lelaki 27 tahun tersebut ikut mendampingi ibunya yang tidak bias berbahasa Indonsia. Karena itu, Vino dan Didi terkadang harus menjadi penerjemah agar komunikasi lanar. Yusmanidar memiliki empat anak. Selain Faisal dan Budri, ada Didi Firdaus dan Rilpai Madaaud, 20. Setelah kematian dua putranya, Yusmanidar lebih banyak diam. Perempuan single parent yang bekerja sebagai buruh tani itu belum bias melupakan dua anak lelakinya tersebut. Apalagi si bungsi Faisal yang masih bocah dan sangat dekat dengan dirinya. Yusmanidar menuturkan, Faisal adalah bocah lugu. Ke mana pun pergi, dia selalu pamit. Dia tak pernah membantah apa ang dikatakan ibunya. Bahkan sehari-hari dia lebih sering membantu ibunya memasak di dapur. Perempuan berjilbab tersebut msih ingat kebersamaan dirinya dengan Fisal. Dia sering menyuruh anaknya itu membeli bahan-bahan untuk memasak. Dia juga masih ingat ketika beberapa kali harus memandikan Faisal. “Saaaya selalu bilang kepada mereka agar tidak mengambil baaang yang bukan miliknya”, katanya. Yusmanidar kadang tidak percaya dua anaknya itu sudah meninggal. Apalagi dengan cara yang tidak masuk akal seperti yang diungkapkan petugas dari Polsek Sijunjung. Yakni dengan mengggantung diri di kamar mandi tahanan. “Itu tiddak mungkin”, ujarnya dengan mata berkaca-kaca. “Ibu ingin terus mencari kebenaran tentang bagaimana anaknya bias meninggal. Tapi itu justru membuat dia semakin sedih. Kadang-kadang saat kami sedang membahas kasus itini, dia suka menyendiri dan melamun”, tutur Vino. Faisal mengalami nahas saat bermain ke Desa Nagari Pamatang Panjang pada 21 Desember lalu (2011). Dia tidak mengetahui bahwa warga di kampong tersebut sudah dua kali kemalingan kotak amal. Faisal ditangkap warga dengan tuduhan mencuri kotak amal. Selanjutnya, ai diserahkan ke wali nagari sebelum kemudian dibawa ke kantor polisi. Lain lagi kasus yang menjerat Budri. Didi menuturkan, Budri awalnya bekerja di sebuah tambang emas di Solok. Namun, melihat banyaknya kecelakaan di tambang, dia merasa khawatir. Suatu ketika Budri curhat kepada Yusmanidar. Dia khawatir mengalami celaka seperti yang sudah banyak terjadi pada teman-temannya. Akhirnya Budri pamit kepda ibunya untuk ganti pekerjaan. “Dia ganti pekerjaan jadi penjual rambutan di Padang. Katanya lebih nyaman dan aman. Dia juga biasa selalu pulang setiap minggu”, kata Didi. Siapa sangka, bekerja sebagai penjual rambutan itu menjadi pekerjaan terakhir Budri. Hanya sebulan sebelum bekerja, dia ditangkap oleh petugas Polsek Sijunjung pada 26 Desember 2011. Dia dituduh terlibat berbagai kasus curanmor. Kaka-adik itu pernah dibesuk oleh Yusmanidar pada 22 Desember. “Waktu ambo menganta nasi, sesudahnya ditangkok, Faisal mengaku kanai tangan dek polisi (waktu saya mengantar nasi, setelah dia ditangkap, Faisal mengaku dipukul polisi, Red)”, ucap Yusmanidar. “Lah pai amak dari siko aden kanai tangan like mak (setelah ibu pergi dari sini, saya akan dipukul lagi, Red)”. Itu adalah pertemuan terakhir Yusmanidar dengan dua anaknya. Pada 28 Desember malam ia dikabari bahwa dua anknya tewas. Polisi mengklaim bahwa mereka bunuh diri dengan menggantung diri di kamar mandi. Keanehan terus bermunculan setelah meinggalnya Faisal dan Buri. Dalam kantong mayat Budri ditulis keterangan myat bernama “Gepeng”. Padahal, Gepeng bukan nama Budri. Selama ini Gepeng dikenal sebagai salah seoaaang pemimpin sindikat pencurian kendaraan bermotor di kawasan Sijunjung. Karena itu para pengacar yang mendampingi Yusmanidar menduga bahwa Budri aalah korban salah tangkap. Keanehan lainnya adalah kondisi jenazah Faisal dan Budri. Ditemukan banyak lebam di sekujur tubuh. Juga, leher patah, rahaang patah, gigi rontok, tangan patah, paha kanan patah, pinggul membiru, dan dua jempol kaki pecah. Setelah mereka dikubur pada 30 Desember 2011, sejumlah polisi, rupanya, berniat “membereskan” perkara tersebut. Caranya memberikan sejumlah uang kepada Yusmanidar.Mereka mendatangi mamak dan ninik (sebutan untuk pemuka adat di Padang) dan memberikan uang Rp.1.5 juta agar diserahkan kepada Yusmanidar. Uang itu, kata polii tersebut merubapakn uang dukacita. “Kalau masih butuh duit lagi, nanti akan ditambah”, ucapnya. Yusmanidar mengungkapkan, uang itu tak cukup untuk menghapus kesedihannya. Uang trsebut juga tidak bias membuat dua aaknya kembali hidup. Karena itu, dia memutuskan untuk terusberupaya membongkar kebenaran penyebab kematian anaknya. Hasil otopsi dari Rumah Sakit M Djamil, Padang, pada 4 Januari lalu menyatakan bahwa penyebab kematian Faisal dn Budri bukan bunuh diri. “Mereka meningga karena lemas. Istilahnya disiksa”. Kata Didi. Didi menuturkan, semasa hidup keduanya merupakan orang aik-baik. Mereka tidak pernah memiliki catatan criminal. Bahkan, mereka rukun dengan siapa pun. Mereka juga bukan orang yang deprei hingga ingin mengakhiri hidup. Didi mengungkapkan, Budri sejk muda sudah ingin mandiri. Dia tidak ingin menyusahkan orang tua. Karena itu, begitu udah bernjak remaja, dia memutuskan untuk bekerj di tambang emas di Solok. Ang yang dia dapat memang tidak seberapa. Namun, yang penting, dia bisa menyimpan untuk dirinya dan memberikan kepada ibunya. Budri tak pernah mau berterus terang soal honor yang dia dapatkan dari bekerja taambang. Budri tak ingin keluarganya ikut bersedih lanyaran harus bekerja keras di pertambangan untuk honor yang tiak seberapa. “Dia memang cenderung pendiam”, katanya. Didi mengharapkan keadilan akan didapatkan keluarganya. Dia ingin kebenaran penyebab kematian dua adiknya terungkap. Jika memang mereka meninggal karena penyiksaan saat dinterogasi oleh polisi, dia berharap supaua para pembunuh itu mendapat ganjaran setimpal. “Kami berharap agar semuanya diusust tuntas. Kalau memang polisi yang bersalah, semoga mereka dipecat dan dihukum sewajarnya”, tuturnya (RADAR BEKASI, Sabtu, 14 Januari 2012. Hal 1 dan 7). Di dunia tak ada kebenaran dan keadilan, apalagi di negeri yang tak punya Pemimpin yang tegas dan berani, dan dengan aparat yang tak mengenal norma agama, yang tak punya moral.

Kita tak punya pemimpin

Catatan serbaneka asrir pasir Kita tak punya pemimpin Kita tak punya pemimpin yang tegas dan berani, yang kepemimpinannnya efektif, bukan yang berposisi sebagai pengamat atau penasehat. Rakyat sangat berharap, mendambakan hadirnya pemimpin yang tegas dan berani (KOMPAS, Sabtu, 21 Januari 2012, hal 6, Opini : "Menanti Pemimpon Tegas dan Berani", oleh Daniel Johan). Kita tak punya pemimpin yang merakyat, yang peduli akan nasib rakyat, yang sivuk memikirkan kesejahteraan rakyat. Sibuk memikirkan agar rakyat dpat pendidikan yang layak, agar kas Negara digunakan untuk membangun gedung dan perabotan sekolah yang layak. Pemimpin yang berorientasi pengabdian, bukan berorientasi kekuasaan. Pemimpin yang berani, tegas, yang mampu menjawab ketidakadilan dengan kepastian dan ketegasan hokum yaaaang berkeadilan. Tidak menyerahkan hal-hal yang mendasar yang menyangkut kesejahteraan rakyat kepada asing dan pasar. Pemimpin yang punya rasa kewajiban menjamin hak kesejahteraan rakyat. Pemimpin semacam inilah yang saat ini dinantikan oleh segenap rakyat. Pemimpin yaaang mampu menghadirkan pemerintah dan Negara di dalam menjawab rasa keadilan, kesejahteraan dan kedaulatan bangsa. Kepemim[inan yang tegas dan berani seperti itulah yang ditunggu rakyat (idem). "Siang dan malam bagi Rasulullah saw digunakan untuk memikirkan urusan-urusan manusia dan masyarakat dan berusaha menyelesaikan dengan seksama dan bijaksana, yang demikian itu aalah ibadat yang utama dan usaha untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan amal kebajikan yang membawa manfa'at bagi hidup ddan kehidupan manusia dan masyarakat sebagai pendekatan yang suci (taqarrub ilallah ?). Rasuluulah saw dalam hal ini berkata : "Lebih baik sekiranya saya berjalan membantu kepentingan seorang saudara dan lebih menyenangkan hatinya dari pada saya beri'tikaf dalam masjidku ini selama sebulan" (Khalid Muhammad Khalid : "Kmanusiaan Muhammad", Progressif, Surabaya, 1984, hal 268). (written by sicumpaz@gmail.com at BKS1201221730)

Menunggu datangnya Da'i Modern (Imam Mahdi ?)

Catatan serbaneka asrir pasir Menunggu datangnya Da'i Modern (Imam Mahdi ?) George Bernard Shaw said : "If any releigion has the chance of rulling over England, nay, Europe, withisn the next hundred years, it can only be Islam. "I havee always held the religion of Muhammad in high estimation because of its wonderful vitality. It is the only religion which appears to me to possess the assimilating capability to the changing phase of existence, which can make its appeal to every age. I believe that if a man like Muhammad were to accume the dicatatorship of the modern world he would succeed in solving its prolem in a way that would bring in much needed peace and happiness" (Muhammad Amin : "Muhammad and Teaching of Quran", hal 135, "Opinion of Great Man"; O Hashem : "Menaklukkan Dunia Islam", hal 45-46; Syaik Ali Ahmad AlJarjawi : "Hikmah Syari'at Islam", hal 44,54). George Bernard Shaw (filosof Inggeris) mengatakan : "Apabila ada agama yang mendapatkan kesempatan untuk memerintah Negeri Inggris, bahkan, malahan Eropa, pada seratus tahun yang akan datang, maka agama itu tidak lain adalah Islam. "Saya selalu menempatkan agama Muhammad ini pada penghargaan karena vitalitetnya yang mengagungkan. Agama itu adalah satu–satunya agama yang menurut saya mempunyai kapasitet asimilasi terhadap perubahan–perubahan dari existensi ini. yang dapat memberikan daya tariknya pada tiap–tiap masa. Saya percaya bahwa kalau orang semacam Muhammad itu harus memegang kediktatoran dari dunia modern ini maka ia akan berhasil dalam menyelesaikan persoalan–persoalan dunia ini dengan cara yang membawa kepada perdamaian dan kebahagiaan yang sangat diperlukan.(Prof KHR Muhammad Adnan : "Tuntunan Iman dan Islam", Djajamurni, Djakarta, 1970, hal 49, dari Dr A Mukti Ali : "Diktat Pemberantasan Kemaksatan dari segi Agama Islam"; Syaik Ali Ahmad AlJarjawi : "Hikmah Syari'at Islam", hal 44,54; O Hashem : "Menaklukkan Dunia Isla", AlKhairaat, Bekasi, hal 45-46; Muhammad Amin : "Muhammad and Teaching of Quran", hal 135, "Opinion Of Great Man") Abul A`la al Maududi : mengkritisi, kegagalan Umar bin Abdul Aziz, Imam yang berempat , Al Ghazali, Ibnu Taimiyah, Syekh Ahmad As Sirhindy, Imam WaliyiAllah Ad Dahtawari, Sayid Ahmad Al Barbalawi, Syekh Ismail, mereka gagal menegakkan Islam secara menyeluruh "Sejarah Pembaruan dan Pembangunan Kembali Alam Pikiran Agama"(Tajdiid Ad Diin Wa Ihyaa hi" Bina Ilmu, Surabaya, 1984)". Mengacu alur pikir Abul A`la Al Maududi, maka kita dapat pula menyatakan bahwa Muhammad bin Abdul Wahab (Saudi Arabia, 1703 ), Sayid Ahmad Syahid (India, 1786- ), Sanusi (Libya, 1787-1859), Imam Syamil (Rusia, 1799-1871), Mahdi (Sudah, 1844- ), Badi-u-Zaman Said Nursi (Turki, 1873- ), Hasan al-Banna (Mesir, 1906- ), Hasan Turabi, Kartosoewirjo, Syah Waliyullah (India ,1703-1762). dan lain-lain juga gagal menyampaikan seruan Qur`an kepada manusia yang dapat dipahami dalam bahasa sendiri (analisa, wacana) (Maryam Jamilah : “Para Mujahid Agung”, Mizan, Bandung, 1984). Simak pula perjuaangan Sultan Agunt Tirtayasa 91651-16820, Raja Kecil (Sultan Abdul Jalil – Rahmat Syah (1709-1722), KHA Dahlan, Kahar Muzakkar, Daud Beureueh, Kartosoweirjo, Haji Miskin, Tuanku Nan Renceh, Tuanku Tambusai, dan lain-lain. Khalifah tidak merasa perlu adanya konstitusi. Cukuplah Quran dan Sunnah sebagai konstitusi, ungkap Khalifah Abdullah bin Muhammad, pengganti Muhammad Ahmad (Imam Mahdi dari Sudan) (Maryam Jamilah, “Para Mujahid Agung’, Mizan, bandung, 1984, hal 103, 143). Dr. Zakir Naik, seorang ulama muda brilian dari India yang men dedikasikan seluruh hidupnya untuk dakwah dan kajian Islam. Semoga dakwahnya dapat menyampaikan pesan Qur`an kepada manusia modern dengan bahasa modern pula.(Judul : The Qur’an & Modern science : compatible of incompatible? Penulis : Zakir Naik, Penerbit : Islamic Book Service, 2008, ISBN 8172319339, 9788172319335, Tebal : 56 halaman) (written by sicumpaz@gmail.com at BKS11201191115)