Kamis, 24 Februari 2011

Kandungan isi Qur:an

Kandungan isi Qur:an

Sistimatika susunan alQur:an sungguh unik. Tak pernah ada dan tak akan pernah dijumpai susunan seperti itu. Tak seorang pun akan mampu menyusun semisal alQur:an (Simak QS 2:23-24; mengenai keunikan alQur;an simak pula Abul A’la alMaudui : “Dasar-Dasar Fikiran dan Metoda untuk memahami alQur:am”, 1979:7-8; Prof Dr Hamka : “Tafsir AlAzhar”, juzuk Xi, haal 121; M Quraisy Syihab : “Mukjizat alQur:an”. 1997:83-84).

Qur:an itu sungguh unik. Dari segi bentuk, Qur:an itu bukan prosa, bukan novel, bukan cerita, bukan kisah, bukan stori, bukan histori, bukan sejarah, bukan surat, bukan memo, bukan nota, bukan kabel, bukan telegram, bukan mel, bukan esemes, bukan puisi, bukan syair, dan lain-lain. Namun demikian ada yang sekilas tampak terkesan seperti demikian.

Dari segi materi, isi, kandungan, Qur:an itu beragam, mencakupi, meliputi berbagai hal. Memuat informasi, berita, khabar, imperasi, instruksi, perintah, amar, bimbingan, tuntunan, panduan, pedoman.

Dari keterangan Rasulullah saw yang diberitakan oleh Tirmidzi, Hakim bersumber dari Alharits AlA’war dipahami bahwa dengan Qur:an, dengan Kitabullah, segala macam masalah, persoalan, sengketa bsa diselesaikan. Isi, kandungan Qur:an mencakupi, meliputi : bimbingan, tuntunan, petunjuk, panduan, pedoman hidup bagi manusia agar tak tersesat dari jalan Allah. Mengandung aturan, peraturan, ndang-undang, hukum, rujukan, acuan, referensi untuk mennyelesaikan masalah, persoalan, sengketa. Memuat cerita, kisah, khabar generasi lalu dan prediksi generasi nanti.

“Di dalam alQur:an, Kitab Allah terdapat berita masa lalu. Gambaran masa depan. Ketentuan hukum yang harus diberlakukan. Ia aturan baku, bukan acakan. Yang mengabaikannya akan rusak binasa. Yang mengambil selainnya akan sesat. Ia tali Allah yang teguh. Ia pengingat yang bijak. Ia jalan lurus. Hati/nafsu tak akan tergelincir/menyeleweng dengannya. Tutur kata tak akan ngawur/ngaco. Orang cerdik tak puas darinya. Ia tidak akan menimbulkan pertentangan. Jin tak berhenti takjub mengaguminya ketika mendengarkannya. Yang bertutur denganya pasti tepat/benar. Yang beramal dengannya pasti mendapatkan ganjaran. Yang berhukum dengannya pasti adil. Yang mendakwahkannya pasti menemukan jalan lurus” (Simak antara lain : Prof Dr Hamka : “Tafsir AlAzhar”, juzuk XVII, 2000:13-14; Mohammad AlGhazali : “Bukan Dari Ajaran Islam”, 1982:49-50; Muhammad Aly ashShabuny :“Pengantar Study Qur:an” (atTibyan), 1984:17-18; asSuyuthi :“Apa itu AlQur:an”, 1989:17; Ali Ahmad alJarjawi : “Hikmah Syari’at Islam”, jilid I, hal 42; Hassan alBanna : “Pedoman Dzikir, Wirid, Do’a”, hal 59).

Prof Dr H Mahmud Yunus menulis risalah “Kesimpulan Isi Qur:an”, tahun 1938 9terbitan Hidakarya Agung, Jakarta, 1978). Ayat-ayat Qur:an ada yang berhubungan dengan Rukum Iman dan Islam, Ilmu Pengetahuan (Membaca, Menulis, Berhitung, Ilmu Alam dan kimia, Ilmu Bumi dan Falak, Biologi dan Geologi, Ilmu Kesehatan, Sejarah/Tarikh/Riwayat), Perekonomian, Pemerintahan, Hukum (yang wajib, yang sunat, yang makruh, yang halal, yang haram), Akhlak (yang terpuji, yang tercela), Sanksi hukum. “Kesimpulan Isi Qur:an” Hampir seluruh “Kalsifikasi Ayat-Ayat Al-Qur’an & Terjemahannya, Sebuah kajian Terhadap Tema-Tema dalam Al-Qur’an”, (2002), karangan Sayuti Rahawarin memuat “Kesmpulan Isi ur;an” Mamud Yunus secara lengkap (ayat dan terjemahannya).

Berbagai versi tentang butir-butir kandungan alQur:an. Di samping versi Mahmud Yunus, ada lagi diantaranya versi Bakhtiar Surin, versi Oemar Bakri, versi Jules la Beaume du Edward Montet (via M Nuruddin Umar), versi Dr Muhammad Hassan alHamshy (dalam “Tafsir wa Bayan” Mufradat alQur:an, hal 243-295).

Sedangkan versi butir-butir kandungan Islam antara alain : versi alhafidz alAsqalany (Prof r TM Hasbi ashShidiqy, versi Imam Baihaqy (Zainuddin Malibari) dan versi lain (Smak “Inti Materi Dakwah”, oleh KODI).

Literatur tentang kajian alQur:an antara lain : “Kajian alQur;an di Indonesia” (Popular Indonesia Literature of the Qur:an), oleh Howard M Fedespiel, Mizan, 1996; “Coretan Pemikiran Kalam ‘Tafsir alAzhar’”, oleh Dr Yunan Yusuf (disertasi), Pustaka Pajimas, Jakarta; “Hamka wa juhudihi fi Tafsir alQur;an alkarim bi ndonesia fi kitabihi ‘AlAzhar’” (disertasi); “Visi dan Paradigma Tafsir alQur:an Kontemporer”, oleh Dr Abdul majid Abdussalam alMuhtarib, AlIzzah, Bangil, 1997; “Alm alTafsir fi Indonesia” (Ulama-ulama Tafsir di Indonesia) (disertasi), oleh Dr Mohammad alSumbathy, 1977.

Klassifikasi kandungan isi alQur:an

Jules la Beaume du Edward montet dalam “La Koran Analyse” (Tafsilal Ayatil Qur:anil Hakim, Klassifikasi Ayat-Ayat AlQur:an, Pedoman mencari ayat) menggolongkan isi AlQur:an atas 19 macam : 1. Sejarah. 2. Muhammad saw. 3. Tabligh. 4. Bani Israil. 5. Taurat. 6. Nasarani. 7. Metafisika. 8. Tauhid. 9. AlQur:an. 10. Agama. 11. Aqaid. 12. Ibadat. 13. Syari’at. 14. Undang-Undang Kemasyarakatan. 15. Ilmu dan Seni. 16. Perdagangan. 17. Pendidikan Moral/Akhlak. 18. Kesuksesan. 19. Dan lain-lan.

Prof Dr H Mahmud Yunus dalam “Kesimpulan Isi Qur:an” menggolongkan isi AlQur:an atas 19 macam : 1. Rukun Iman dan Islam. 2. Perekonomian. 3. Ilmu Pengetahuan. 4. Ilmu Alam dan Kimia. 6. Ilmu Bumi Alam dan Falak. 7. Ilmu Hewan, Manusia, Tumbuh-tumbuhan dan Geologi. 8. Ilmu Kesehatan. 9. Riwayat/Tarikh. 1o. Membaca, Menulis dan Berhitung. 11. Yang wajib (Akhlak yang baik). 12. Yang wajib atas Pemerintah Islam (Fardu kifayah). 13. Hukum. 14. Pembagian Pusaka (Hukum Warisan). 15. Yang Sunat (Adab). 16 Yang Haram (Akhlak tak baik). 17. Yang Makruh (Kkrang adab). 18. Yng halal (boleh).

Oemar Bakri dalam “Tafsir Mutiara” menggolongkan isi AlQur:an atas 10 macam : 1. AlQur:an. 2. Keimanan. 3. Ibadah. 4. Perkawinan. 5. Sains dan Teknologi. 6. Kesehatan. 7. Ekonomi. 8. Kemesyarakatan/Kenegaraan. 9. Budi Pekerti/Hukum. 10. Sejarah.

Bakhtiar Surin dalam “Tafsir AlQur:an” menggolongkan isi AlQur:an atas 7 macam : 1. Orang-orang Mukmin (Tauhid). 2. Orang-orang Kafir (Syirik). 3. Ibadat yang diwajibkan. 4. Peraturan kekeluargaan. 5. Peraturan Perekonomian. 6. Peraturan politik. 7. Akhlak.

Dr Muhammad Hassan alhamshy dalam “Tafsir wa Bayan Mufradat alQur:an” menggolongkan isi Qur:an atas 15 macam : 1. Arkanul Islam. 2. Iman. 3. AlQur:an. 4. Ilmu dan cabang-cabangnya. 5. Amal. 6. Dakwah kepada Allah. 7. Jihad. 8. Mausia dan Hubungan Kemasyarakatan. 9. Akhlak. 10. Peraturan yang berhubungan dengan harta. 11. Hal-hal yang berkaitan dengan Hukum. 12. Negara dan Masyarakat. 13. Pertanian dan Perdagangan. 14. Sejarah dan Qisah-qisah. 15. Agama-agama.

Drs KH A Rauf HM dan Soetrisno Ruslan dalam “Materi Kajian Islam Dari AlQur:an” (2004) menggolongkan isi AlQur:an atas 14 macam : 1. Iman. 2. Ilmu. 3. Bangsa-bangsa terdahulu. 4. Sejarah. 5. AlQur:an. 6. Aklak dan Adab. 7. Ibadah. 8. Makanan dan miniman. 9. Pakaian dan Perhiasan. 10. Hukum Privat. 11. Muamalat. 12. Peradlan dan Hakim. 13. Hukum Pidana. 14. Jihad.

(written by sicumpaz@gmail.com in sicumpas.wordpress.com as Asrir at BKS1102220515)

Belajar menyimak pesan QS 4:36-40 dan 28:76-84

Belajar menyimak pesan QS 4:36-40 dan 28:76-84

Agar hanya menyembah, beribadah, berbakti kepada Allah, tanpa mempersekutukanNya dengan apa pun jua.

Agar memanfa’atkan, mendayagunakan karunia, anugerah Allah yang diterima untuk kesejahteraan bersama dengan menafkahi orangtua/ibubapa, karib kerabat, anak yatim, orang miskin, tetangga dekat, tetangga jauh, teman sejawat, orang jalanan.

Allah tidak menyukai orang sombong, angkuh, pongah, berbangga diri.

Termasuk ke dalam kategori orang sombong adalah orang kikir, bakhil, pelit, mengajak orang orang berbuatkikir, bakhil, pelit, menyimpan, menyembunyikan karunia anugerah Allah yang diterima agar tak diketahui orang.

Orang somonb, orang kikir termasuk ke dalam kelompok orang kafir.

Allah menjanjikan bagi orang kafir sanksi hukum, berupa siksaan berat-dahsyat, azab yang menghinakan, yang mempermalukan.

Termasuk juga ke dalam kategori orang sombong, adalah orang ria, yang berinfak, memberikan nafkah secara culas (ria) bukan berdasarkan iman (beriman kepada Allah dan beriman kepada hari kemudian), tetapi agar dilihat manusia, agar mendapatkan pjian, sanjungan dari manusia.

Orang ria itu brteman dengan setan. Setan itu musuh, teman yang sangat jahat/licik.

Allah Maha Mengetahui. Mana yang berinfak secara tulus, ikhlas, karena Allah, karena mengharapkan ridha Allah, dan mana pula ang berinfak dengan ria, mengharapkan pujian dan sanjungan makhluk.

Allah tidak akan menyia-nyiakan, meremehkan, menyepelekan kebajikan, sekecil apa pun. Bahkan akan melipatgandakannya dan membalasinya berlipat ganda.

Belajar menyimak pesan QS 28:76-84

Allah tidak menyukai oang sombong, angkuh, pongah, membanggakan diri. Termasuk ke dalam kategori orang sombong adalah orang kikir, bakhil, pelit, kejam, zhalim, tidak peduli dengan kesejahteraan sesama.

Allah menyuruh agar memanfa’atkan, mendayagunakan karunia, anugerah Allah yang diterima untuk mendapatkan hasanah di akhirat dengan brerbuat baik kepada sesaa, dengan menyerahkannya untuk kepentingan sesama.

Sebagian dari karunia, anugerah Allah yang diterima dimaanfaa’atkan, didyagunakan untuk mendapatkan hasanah di dunia.

Agar berbuat baik kepada sesama sebagaimana Allah berbuat kepada semua.

Allah tidak menyukai orang berbuat kerusakan. Allah melarang berbuat fasad, kerusakan. Allah membinasakan orang yang berbuat dosa, durhaka, zhalim, kejam, pelit, bakhil, kikir, pongah, sombong, angkuh.

Kesudahan yang baik itu hanya untuk orang takwa, yang tidak sombong, tidak berbuat kerusakan.

Biang kehancuran

Ada tiga hal yang mencelakakan, yang merusak, yang menghancurkan. Pertama memperturutkan kerakusan hawa nafsu. Kedua mematuhi, mengikuti dorngan kikir, bakhil, pelit. Ketiga takjub, berbangga, membanggakan diri. Demikian dalam suatu hadist yang diberitakan oleh Abu Syaikh yang bersumber dari Anas (Simak Ahmad alHasyimy Beik : “Mukhtar alHadits anNabawiyah”, 1948:74, hadis no.498).



(written by sicumpaz@gmail.com in sicumpas.wordpress.com as Asrir at BKDS1102220800)

Kembali kepada Qur:an dan Sunnah

Kembali kepada Qur:an dan Sunnah

Segala masalah dikembalikan (dicarikan) pemecahannya, penyelesaiannya kepada Qur:an. Jika tidak ditemukan dalam Qur:an, cari dalam Sunnah nabi. Jika tidak ditemukan dalam Sunnah Nabi, carikan dalam Atsar sahabat. Jika tidak ditemukan dalam Atsar sahabat, carikan dalam fatwa lama salaf, ulama mutaqaddimin.

Penjelasannya carikan dalam Sunnah Nabi. Jika tidak ditemkan dalam Sunnah nabi, carikan dalam Atsar sahabat. Jika tidak ditemukan dalam Atsar sahabat, carikan dlam Ijtihad Tabi’in. Jika tidak ditemkan dalam Ijtihad Taabi’in, carikan dalam fatwa ulama salaf. Jika masih saja tidak diteukan, berijtihadlah dengan sungguh-sungguh dengan penuh tanggungjawab (Hamka : “Pengaruh Muhammad Abduh di Indonesia”, hal 12; “Tafsir AlAzhar”, juzuk XXVIII, hal 132-135; PANJI MASYARAKAT, No.187, 15 Nopember 1975, hal 5-6, Dari Hati Ke Hati :’Masalah Khilafiyah’).

Mengenai Sunnah Nabi disebutkan ada yang bersifat tasyri’ (Yang disyari’atkan) dan ada pula yang bersifat ghairu tasyri’ (Yang tak disyari’atkan). Sunnah yang tasyri’ bersifat permanen, tak dapat diuah, dimodifikasi. Sunnah yang ghairu tasyri’ bersifat kondisional, dapat disesuaikan, dimodifikasi, diakomodasi sesuai dengan suasan, situasi, kondisi. (Drs Muhammad Azhar : “Makna Kembali Kepada Qur:an dan Sunnah”, AMANAH, No.192, 15-28 Nopember 1993, hal 58-59).

Periksalah sesuatu (halal atau haram, bak atau buruk) dari Kitab, Sunnah, Ijmak Shahabat, Ijmak Tabi’in, zhani, rakyu, hatinurani/sanubari, akal sehat.

Seorang ahli Ilmu harus berusaha semaksmal mungkin, dengan dilandasi niat yang ikhlas karena Allah dan memohon pertolongan kepadaNya, dalam menelusuri nash maupun ber-istimbath (Moh Tolchah Mansour : “Warisan Sang Imam”, PESANTREN, No.2/Vol.II/1985, hal 75, Tijauan Buku arRsalah Imam Syafi’i).

Adalah keharusan moral bagi si pnuntut ilmu untuk mengerahkan segenap tenagaanya guna mengembangkan ilmunya, bersabar terhaap setiap tantangan yang dijumpainya, serta meluruskan niat hanya karena Allah dalam memahami ilmu dan petunjukNya, dan tak lupa memohon pertolongan kepada Allah (Ahmadie Thaha :”Tarjamah arRisalah Imam yafi’I”, hal 19).

Arti ijtihad yang sebenarnya ilah mencurahkan segala kemampuan untuk mencari kejelasan tentang suatu kebenaran. Dan apabila timbul suatu kesalahan yang tidak disengaja dalam usahanya maka ia tetap akan memperoleh pahala (Muhammad alBaqir : “Tarjamah alKhilafah wal Mulk Abul A’la almaududi, hal 184).

Amr bin Ash ketika disuruh Rasulllah memutuskan suatu perkara (prsalan) bertanya kepada Raslullah. Aaakah aku akan berijtihad, sedang tuan masih ada pula ? Rasulullah menjawab : ya. Alau engkau benar (dalam ijthad), maka bagimu dua ahala. An alau kamu salah, maka bagianmu satu pahala (“Taramah Lukluk wal marjan”, jilid II, hal 640, hadis 1118; HA Azis Masyhuri : “Tarjamah Khulasha Tarikh Tasyri’ Islam Prof Abdul Wahhab Khallaf, hal 12).

Muadz bn Jabal ketika diutus Rasulullah menjadi qadhi negara (Hakim) Yaman, ditanya oleh Raslullah : Bagaimana cara kamu menentkan suatu hukum, alau kamu dihadapkan kepada suatu persoalan (yang memerlukan keputusan) sedang kamu tidak mendapatkan ketentuan hukmnya dalam Kitab Allah dan Sunnah Rasulullah ? Mu’adz menjawab : Aku akan berijtihad denga akal fikiranku. Maka Nabi mengakui jawabannya itu (HA Aziz Masyhuri : “Tarjamah Khulashah Tarikh Tasyr’ Islam” Prof Abdul Wahhab Khallaf, hal 12; ALMUSLIMUN, No.190, Janaari 1986, hal 9, Gayng Bersambut?Nadwah Mudzakarah, hal 136 dengan catatan : Hadits Mu’adz tersebut majhul dan tidak dapat dipahami ?)

Naka wajib atasmu memegang teguh Sunnahku (cara-cara yang telah aku lakkan) dan perjalanan (sunnah) Khulafaurrasyidin yang dberi petunjk (oleh Tuhan). Dan berpeganglah kepada sunnah-sunnah itu dengan kuat dan jauhlah olehmu nsur-unsur yang diada-adakan (bid’ah) maka sesngguhnya segala bid’ah itu sesat HR Abu Daud, Tirmidzi dari Abi Najih al’Ibahah bin Sariyah; Aminah Dahlan : “Tarjamah Hadts alArba’in anNawawiyah”, hal 42, hadis 28; H Salim Bahreisy : “Tarjamah Riadhus Shalihin Imam Nawawi”, jilid I, hal 169, hadis 2). Untuk menghindari polemik tentang bid’ah hasanah dan bid’ah dhalalah, barangkali bisa dipahami bahwa “pada umumnya bid’ah itu mejurus kepada kesesatan”.

Sebaik-baik generasi adalah pada abdku, kemudian abad yang dibelakangku, kemudian yang berikutna. (HR Bukhari, Muslim dari Imran bin alHushaim; H Salim Bahreish : “Tarjamah Riadhus Shalihin Imam Nawai”, jilid I, hal 429, hadis 19; “Tarjamah Lukluk wal Marjan” Muhammad Fuad Abdul Baqi, jilid II, hal 979, hadis 1649).

(written by sicumpaz@gmail.con in sicumpas.wordpress.com as Asrir at BKS1102250900)

Memelihara Pusaka Rasulullah

MEMELIHARA PUSAKA RASULULLAH
Oleh Fauziah Sul

ALLAH sudah menurunkan tuntunan kepada kita yaitu kitab suci Al Quran dan sunnah rasul Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana sabda Rasululullah SAW “taraktu fiikum amraini, izhaa intamassaktum bihimaa lan tadhillu abadaa”. Artinya Aku tinggalkan untukmu dua hal ; bila kamu berpegang teguh kepada keduanya kamu tidak kan tersesat selama-lama nya. Kedua inilah yang harus kita pelajari dari sumber yang asli. Janganlah kita ikut-ikutan saja, mengikuti tradisi orang tua kita, apa yang sudah kita peroleh dari orang tua itulah yang diamalkan seumur hidup, tanpa mau mempelajari apakah yang disampaikan orang tua kita itu benar atau salah. . Yang seperti ini tidak bisa dipertanggung jawabkan, karena semua itu akan dipertanggung jawabkan kepada ALLAH nanti di akhirat, sebagaimana firman ALLAH dalam surat 16/36 yang berbunyi ”walaa taqfu maa laisa laka bihi ‘ilmun, innassam’a walbashara wal fuaada kullu ulaaika kaana ‘anhu masuulaa”. Yang artinya janganlah kamu mengikuti sesuatu tampa kamu mengetahui ‘ilmunya, karena sesuatu yang kamu lakukan akan diminta pertanggung jawabannya ( di akhirat ). ‘ilmu adalah wajib sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah SAW : “Thalabul ‘lmi fariidhatun ‘alaa kulli muslimin wamuslimatin” , artinya menuntut ‘ilmu itu wajib bagi setiap muslim, laki-laki maupun perempuan apalagi ‘ilmu agama, karena ‘ilmu agama dapat menyelamatkan pelakunya baik dalam kehidupan dunia maupun dalam kehidupan akhirat. Kalau kita hanya mengikuti saja apa kata orang tua tanpa mau menyelidiki kebenarannya, maka kehidupan kita akan kacau. Sabda Rasulullah SAW : Man araadad dunyaa falahu bil’ilmi, waman araadal aackhirata falahuu bil’ilmi waman araadahumaa falahu bil ‘ilmi. Artinya Siapa-siapa yang mencari kebahagiaan dunia, harus dengan ‘ilmunya dan siapa-siapa mengharapkan kebahagiaan akhirat dia bisa meraihnya kalau tahu ilmunya dan siapa-siapa yang ingin merih kebahagiaan dunia dan akhirat dia bisa meraihnya kalau mengerti ‘ilmunya. Misalnya saja seseorang ingin bikin kueh, tapi semua bahan yang ada diaduk tanpa tahu takarannya, apa yang akan terjadi ?, Apa itu tidak kacau ?. Mungkin kuehnya bantat, atau keliwat manis dan sebagainya. Demikian pula ilmu akhirat. Si Anis ingin agar dia kelak berbahgia di akhirat, hartanya banyak, rajin membantu anak yatim, naik haji tiap tahun, tapi tidak pernah shalat. Atau mungkin dia rajin shalat, saking rajinnya, dia shalat subuh lima rakaat, karena dia merasa badannya masih segar, lalu shalat ‘ashar 2 raka’at, karena merasa lelah dan capek. Apakah dia bisa meraih apa yang dia inginkan yaitu masuk surga? Mustahil dia bisa meraih apa yang dia inginkan. Oleh sebab itu mari kita berlomba untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat, tentu saja dengan ilmunya , Kalau ingin pintar bikin kue, ya harus belajar bagaimana caranya bikin kueh atau baca buku resep kueh yang dikarang oleh orang yang pintar bikin kue, jangan asal beli buku yang belum jelas keafsahannya.. Kalau asal beli lalu peraktek sendiri bikin kue dirumah tampa ada yang membimbing, bisa jadi kuenya bantat, karena resepnya kurang pas, atau kuenya gosong karena apinya terlalu besar..Begitu juga kalau ingin hidup bahagia di akhirat yaitu mendapat tempat di surga, ya harus tahu ‘ilmu agama. Untuk belajar agama harus dari sumbernya, yaitu Alqur an dan Assunnah Rasulullah Muhammad SAW dari haditsnya yang shahih. Bagaimana metode Rasulullah dalam membina para shahabatnya sehinnga menjadi pribadi yang tangguh, aqidahnya kokoh dan ibadahnya mantap, sehingga tidak mudah digoyahkan oleh ujian dan penderitaan yang silih berganti, seperti sahabat Bilal Bin Rabah yang begitu tabah dalam penderitaannya waktu majikannya memukuli dan menghimpit badannya dengan batu besar pada saat terik panas matahari ditengah harii , karena tidak mau mempertuhankan berhala Lata dan ‘Uzza, dan tetap mengucapkan AHAAD AHAAD, yang artinya ESA, ESA. Dan begitu juga sahabat- sahabatnya yang lain.. Firman ALLAH dalam surat 3/164 yang berbunyi ; laqad mannallaahu ‘alal mu’miniina izh ba’atsa fiihim rasuulan min anfusihim yatluu ‘alaihim aayaatihii wayuzakkiihim wayu’allimu humul kitaaba wal hikmata, wain kaanuu min qablu lafii dhalaalim mubiin. Artinya ; Sungguh ALLAH telah memberi karunia kepada orang- orang mukmin, ketika ALLAH mengutus seorang Rasul ( Muhammad ) di tengah_tengah mereka dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat_ayat Nya, menyucikan jiwa mereka, dan mengajarkan kepada mereka ayat_ayat Al Quran dan hikmah (assunnah ), meskipun sebelumnya mereka benar_benar dalam kesesatan yang nyata Jadi metode Rasulullah dalam membimbing para sahabat adalah dengan : 1.. Mwmbacakan ayat-ayat ALLAH ( Al Qur an ) kspada para sahabatnya . 2. Menyucikan hati mereka yang terkenal dengan istilah tazkiyatu nafs, artinya menyucikan hati para sahabatnya dari dosa –dosa syirik dan prilaku jahiliyyah 3. memberikan teladan yang baik krpada sahabatnya, berupa perkataan, perbuatan dan ketetapannya, dalam segala aspek kehidupan. Anak-anakku , Al Qur an adalah merupakan pedoman hidup kita segala permasalahan kehidupa ada solusinya, yang apabila kita baca merupakan ibadah kita kepada ALLAH, bila kita tertatih-tatih dalam membaca Al Quran,maka ALLAH akan memberikan dua kebaikan dan bila kita lancar membacanya maka ALLAH akan memberikan 10 kebaikan.. dan harus kita pshami maksudnya agar kita bisa mengamalkannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita sebagai manusia tak luput dari kesalahan maka bila kamu bersalah bersegeralah mohon ampun kepada ALLAH sebagaimana firman ALLAH dalam surst 3/ 135 yang berbunyi : Waizhaa fa’aluu faahisyatan aw zhalamuu anfusahum zhakarullah, fastaghfaruu lizhnuubihim, wamay yaghfiruzh zhunuuba illallah walam yusirruu ‘alaa maa fa’alu wahum ya’lamuun.Artinya ; Bila mereka melakukan suatu perbuatan dosa mereka ingat kepada ALLAH dan mohon ampun kepada NYA.,jadi dosa itu tidak ditumpuk, tidak ditunggu Ramadhan atau lebaran baru minta ampun baik kesalahan kepada manusia apalagi dosa kepada ALLAH..Demikianlah anak-anakku PUSAKA RASULULLAH yang ditinggalkannya untuk kita pelajari, kita pahami dan kita ‘amalkan dalam kehidupan kita sehari-hari, Bila sudah bisa mengamalkan kita dituntut untuk mengajarkannya dan bisa menegakkan dan memperjuangkannya lii’laai kalimatillah artinya untuk meninggikan agama ALLAH. Wallahu a’lam bishshawaab.

Bekasi 23 Februari 2011 0900.