Dakwah antara teoritis dan empiris
(Kesalehan Spiritual dan Kesalehan Sosial)
Dakwah yang selama ini dikenal dalam bentuk cramah agama di pengajan agama disebut dengan dakwah teoritis/ilmiah, tekstual/literal, verbal/qauli/kuliah, konvensional/structural, teologis/teosentris, billisan/bilmaqal, ideologis, das Sollen.
Dalam kontek kekinian, dakwah juga dituntut dalam bentuk tindakan/aplikasi yang disebut dengan dakwah empiris/amaliah, kontekstual/liberal, actual/fi’li, cultural, sosiologis/antrofosentris, bilhal, aktivitas, das Sein.
Dakwah Islam berangkat dari fiqhul ‘aqdah-ideologis, bukan berangkat dari fiqhul waqi’-realitas. Dakwah Rasulullah berangkat bkan dengan mengobarkan, mengibarkan panji-panji nasionalisme Arab, bukan dengan mengibarkan panjianji sosialisme, bukan dengan mengusung panji-panji hmanisme, demokratisme, tetapi dengan menanamkan akidah tauhid (Simak antara lain Sayyid Quthub : “Petunjuk Jalan”, Ma’alim fit Tariq, bab “Wjud Metode Qur:an”).
Dakwah dilakukan dengan bilhikmah, dengan jalan pendek yang langsung menyampaikan kebenaran, yang langsung menantang kebatilan (konfrontatif – non komprmistis, radikalis-revolusioner).
Ajaran, nash agama d samping dipahami secara teologis/teosentris endaknya juga dipahami secara sosiologis/antroposentris. Kesalehan spiritual handaknya juga memantulkan kesalehan sosial.
(Asrir BKS1009010530)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar