Jumat, 16 September 2011

Pembicaaan tentang nafsu dari sudut Tasauf

catatan seraneka asrir pasir Pembicaraan tentan nafsu dari sudut Tasauf Nafsu, jiwa, ruh disepadankan. Daru sudut nafsu, manusia itu terbagi tiga. Ada manusia yang bernafsu kasar, punya nafsu “Ammaratun bis suu”, takluk pada ajakan berperilaku burk. gemar pada kemaksiatan dan kemunkaran. Nafsu ammaratun bissuu ini menggiring manusia untuk melakukan tindak kejahatan. Sikap mental, perlakunya cenderung dengki, iri, takabur, riya, sum’ah, hasad. Prinsip hidupnya untuk mencapai tujuannya segala cara adalah halal. Serba boleh. Ada manusia bernafsu kasar sekaligus juga halus, punya anafsu “Lawwamah”. Memiliki keinsyafan, kesandaran, rasa penyesalan tentang kececatan, kekeliruan, kesalahan diri. Nafsu Lawwamah suka sadar, insaf akan ketelanjurannya berbuat tindak kejahatan. Ada manusia bernafsu halus, bernafsu “Muthaminnah”. Nafsu muthmainnah adalah nafsu mrdeka, merdeka dari belenggu apa pun. Nafsu muthmaiian inilah yang akan menuntun ke jalan kebenaran, ke jalan Allah. (Ashadi Ismail : “Pendjelasan ringkas dari hal nafsoe”, ALMANAR, Ilmoe Tashawwoef”, hal 129-136-201-208; Imam Ghazali [450-505H] : “Rahasia Hati” [Ihya Ulumuddin, Rubu’ Al-Muhlikaat’, Kitab ‘Ajaibul Qulub, Tentang Nafsu]). (written by sicumpaz@gmail.com at BKS1109141300)

Tidak ada komentar: