Referensi solusi krisis serbaneka Sicunpas On_Line Koleksi informasi ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum, moral
Jumat, 12 Maret 2010
Dari Teologis Ke Sosiologis
Dari Teologis Ke Sosiologis
Pemahaman ajaran Islam, pesan Qur:an secara teologis hanya akan meningkatkan kepekaaan spiritual, amal shaleh (hablum ninallah) saja dan mengabaikan kepekaan social, amal social (hablum minanas). Peningkatan kepekaan spiritual, amal shaleh yang tidak disertai dengan peningkatan kepekaan social, amal social, dikategorikan, diklasifikasikan sebagai pendusta, tak percaya akan hari akhirat.
Dari ayat QS 107:1-7 dipahami bahwa amal shaleh haruslah disertai dengan amal social. Yang menghardik anak yatim, yang tidak menganjurkan member makan orang miskin, digolongkan sebagai orang yang mendustakan agama, yang tak beriman akan hari akhirat. Yang shalatny lalai, yang berbuat riya, yang enggan menolong, digolongkan sebagai orang yang celaka.
Dari ayat QS 69:33-37 dipahami bahwa amal shaleh itu haruslah disertai dengan amal soosial. Yang dibenamkan dalam api neraka yang menyala-nyala, dengan kondisi tubuh terbelenggu, terbelit rantai adalah yang tidak beriman kepada Allah, yang tidak mengajak orang member makan orang miskin
Dari ayat QS 89:15-20, dipahami bahwa amal shaleh ituharuslah disertai dengan mal social. Yang dibatasi rezekinya adalah yang tidak memuliakan anak yatim, yang tidak mengajak membri mkan orang miskin, yang mencampurbaurkan yang halal dengan yang bathil, yang berlebih-lebihan mencintai harta benda.
Dari ayat QS 4:36, dipahami bahwa amal shaleh itu haruslah disertai dengan amal social. Perintah mentauhidkan Allah (menyembah Allah dan tidak mempersekutukan Allah) disertai dengan dengan perintah berbuat baik, berbuat ihsan kepada sesame, kepada ibu bapa, karib kerabat, anak yatim, orang miskin, tetangga, teman sejawat, anak jalanan, orang-orang yang tak merdeka.
Sudah sa’atnya ungkapan-ungkapan yang bersifat teologis (religious transcendentl), yang abstrak pada akal, yang hanya dapat diimani, agar dapat disampaikan, dikemas, diproyeksikan, diterjemahkan dalam ungkapan-ungkapan yang bersifat sosiologis (bahasa social-ekonomi, bahasa social-politik, bahasa social-budaya) yang konkrit pada akal, sehingga dapat dipahami (Akhlul Irfan SPd MM : “Dari Theologis ke Sosiologis”, bulletin NADZIR, Bekasi, Edisi 5, Mei 2001).
Ungkapan theologies “mencintai Allah danRasulNy” (QS 3:31) yang absstrak pada akal, agar diproyeksikan, diterjemahkan ke dalam ungkapan sosiologis “mencintai, menyantuni, memperhatikan kepentingan public orang banyak, orang melarat, orang terlantar, yang konkrit pada akal (QS 107:1-3; 9:60; 2:177; 3:92; 8:41).
Ungkapan theologies “kebenaran ilahiyah” (QS 2:147) yang abstrak pada akal, agar diproyeksikan, diterjemahkan ke dalam ungkapan sosiologis “opini public, pendapat umum” (oraang banyak dari kalangan orang mukmin) yang konkrit pada akal.
Ungkapan theologies “kedaulatan ilhiyah, kedaulatan hokum ilahiyah” yang abstrak pada akal, agar diproyeksikan, diterjemahkan ke dalam ungkapan sosiologis “kedaulatan public, kedaulatan rakyat” (theodemocracy, divini democracy) yang konkrit pada akal.
Ungkapan theologies “Allah tidak akan merubah keadaan sesuatu kaum (komunitas), sehingga mereka merubah keadaan diri mereka sendiri (QS 13:11), agar dipahami dlam ungkapan sosiologis “Perubahan individu demi individu akan berujung pada perubahan kolektif” (Akhlul Irfan SPd MM : “Agen Perubahan Sosial”, Buletin NADZIRD, Edisi 6, Juni 2001).
Ungkapan theologies “Carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, daan janganlah kamu melupakan keahagianmu dari (kenikmatan) dunia” (QS 28:76-77) agar diproyeksikan, dipahami dalam ungkapan sosiologis, sebagai motivasi berbisnis, berusaha, agar berorientasi pada kebahagiaan akhirat, kesejahteraan social, kepentingan bersama, bukan pada kebahagiaan duniawi, kesejahteraan individual, kepentingan perorangan.
Ungkapan fenomena alam limbah industry dikonversikan, diproyeksikan, dijabarkan, ditafsirkan dalam ungkapan fenomena social komunityas bersih (QS 13:7).
Ungkapan theologies amalan dzikir ditafsirkan dalam ungkapan sosiologis amalan fikir (QS 3:191).
Ungkapan theologies “hablum minallah” ditafsirkan dalam ungkapan sosiologis “hablum minannas” (QS3:112).
Ungkapan teologis amal shaleh dijabarkan dalam ungkapan sosiologis amal social.
Ungkapan teologis mengadakan, menjaga, memelihara hubungan dengan Tuhan, AlKhaliq (setia memenuhi, menjalankan risalah, seruan, janji Allah, takut putusnya hubungan dengan Allah, takut turunny amarah Allah, mengharapkan keridhaan Allah, mendirikan shalat) (QS 13:19-24) dikonversikan, diproyeksikan, dijabarkan, ditafsirkan, diimplementasikan dengan ungkapan sosiologis memikirkan, memperhatikan, mengupayakan peningkatan keadaan social-ekonomi-budaya sesame makhluk Allah (Simak juga pengertia ungkapan “lita’arafu” dalam QS Hujurat 49:13).
Banyak beramal kebajikan, beramal social, berbuat amal usaha operasional di berbagai bidang untuk meningkatkan taraf , martabat, mutu dan tingkat kehidupan social-ekonomi-budaya bersama (kemampuan dan keampuhan diri sendiri, keluarga, tetangga, bangsa, umat, lingkungan) menurut kadar kemampuan. Memanfa’atkan kekayaan, ilmu pengetahuan, kesempatan, kemampuan untuk kepentingan bersama. Menabur, menebar jasa. Menyebarkan berbagai kebajikan dan kebaikan bagi rahmat alam semesta (QS 21:107).
Ungkapan teologis “berbuat baiklah seperti Allah berbuat baik kepadamu” (QS 28:77) ditafsirkan dengan ungkapan sosiologis “membalas kejahatan dengan kebaikan” (QS 13:22) (Prof Dr Bahrum Rangkuti : “AlQur:an, Sejarah, Kebudayaan”, Bulan Bintang, 1977:20-25).
Bagaimana ungkapan sosiologis dari ungkapan teologis tentang ululalbab pada QS 3:190-195.
Rasulullah menyatakan bahwa “Tidak dinamakan beriman kepadaku orang yang hari-harinya dengan kenyang, sedang tetangga di dalam kelaparan padahal ia tahu” (HR AlBazzar, dalam “Mukhtarul Ahadits AnNabawiyah”, hal 147, hadis 1016). “Tiada sempurna iman saalah seorang kamu sehingga suka kepada saudaranya sesame Muslim sebagai ia suka pada dirinya sendiri” (HR Bukhari, Muslim dari Anas, dalam “Riadhus Shalihin”, fasal “Menjunjung Kehormatan Kaum Muslimin dan Hak-Hak Mereka Serta Belas Kasihg Kepada Mereka”). Hadis tersebut dan yang semakna dengan itu mengisyaratkan bahwa iman, amal shaleh berkaitan dengan amal social.
Melaksanakan yang makruf dan meninggalkan yang munkar pun merupakan bentuk amal social. Sayyid Mujtaba Muni Lari dalam bukunya “Menumpas Penyakit Hati” (1999) membahas, mengupas tentang sikap mental negative (akhlak tercela) dari cara tekstual ke konseptual, dari cara teologis ke sosiologiss, dari teosentris ke antroposentris. Antara lain membahas, mengupas tiga sumber utama pemicu terjadinya kekacauan, malapetaka, yaitu : memperturutkan hawa nafsu, memenuhi seruan kikir, ujub-sombong-pamer diri.
(BKS0411160630)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar