Sabtu, 08 Oktober 2011

Hamka bicara Trinitas

catatan seraneka srir pasir Hamka bicara Trinitas Menurut logika Kristen, Adam dan isterinya Hawa telah berdosa besar sebab telah memakan buah yang terlarang. Oleh sebab memakan buah itu maka Adam dan Hawa dan seluruh keturunan mereka menjdi berdosa. Inilah yang dinamai kepercayaan Dosa Waris. Lantaran dosa ini maka Adam dan keturunannya, turun-temuruh menjdi berdosa dan akan masuk dalam hidup sengsra di akhirat. Anak keturunan Adam berdosa berlaku, sebab dosa Adam itu. Oleh karena itu patutlah di dihukum kaena dosa itu. Tetapi Tuhan tidak sampai hati menghukumnya, atau ragu-ragu buat menghukum. Kesalahan Adam itu telah mendantangkan bingung yang besar bagi Tuhan. sebab Tuhan itu mempunyai sifat Belas kasih. maka kalau demi keadilanNya dia menghukum dosa Adam itu, brlawananlah itu dengan belas KasihNya. Dan kalau mereka tidak dihukum karena belas kasihNya, berlawanan pula engan sifat adilNya. Sehingga terkatung-katunglh Allah dilamun keraguan, kebingngan diantara sifat Adil dan sifat Kasih itu, beribu-ribu tahun lamanya, smpi Tuhan itu menyesal, sebab telah menjdikan mnusia di atas muka bumi sampai dukacita hatiNya (Kejadian 6:6). Akhirnya setelh berlalu beribu tahun, barulah Tuhan medapat keputusan. Keputusan itu ialah bha dosa ang diwariskan Adam kepada seluruh anak cucunya tu hendaklah ditebus oleh Tuhan sendiri dengan diriNya. tuhan sendiri dating kedunia menjelma sebagai anakNya masuk rhim soang anak perawan suci keturuan Adam juga, bernama Maryam. Sesapai dalam rahim anak perempuan itu, bersatulah Tuhan dengan anak yang ada dalam kandungannyya itu. Setelah Sembilan bulan Tuhan bersemayam dalam perut Maram, tuhan itu pun lairlah ke dunia ini. lantara di lair dari seorang manusia, mka dia dalah Insan semurna. Sebagai manusia, dia makan dan minum, tidur enak dan berjalan, masuk jamban, berak dan mandi. dan oleh karena Tuhan menjelma dalam diriNya, maka dia pun Tuhan yang sempurna seab dia adalh Tuhan, dan dia adalah anak Tuhan. Anak itu adalah Tuhan yang sejati, sebagaimana Tuhan pun dalah anak yang sejati. Setelah Yesus Kristus, yaitu anaknya, Dia itu aalah suci dari segala dosa yang ada pda Adam. Maksud kedatangannya ke dunia ialah untuk membebaskan manusia dari dosa warisan itu. sebab sebelum dosa manusia itu ditebus pintu ssurga belum terbuka dan manusia belum bleh masuk ke dalamnya. Untuk menebus itu, maka Tuhan yang telah menjelma jdi Yesus yang ragu beribu-ribu tahun tadi memilih satu jalan yang ganjil sekali yaitu dikuburkn, mati di tiang salib untuk menebus dosa semua manusia yang telah mereka warisi dari dosa Adam itu. Dngan penderitaannya itu ditebuslah dosa sekalian mnusia. Ini dijelaskan oleh Yahya (Yohannes) pda Kiriman-nya yang pertama : “Lebih menjdi kurban perdamaian karena dosa segala kita, bukannya karena dosa-dosa kita saja melainkan karena dosa seisi dunia ini juga (Yohannes I 2:2). Dosa manusia yang diwariskn oleh Adam telaha ditebus oleh Tuhan sendiri dengan menjelma jdi anak. Setelah penyaliban itu barulah dan selesai, sudahlah bebas selruh manusia. Seorang telah terleas dari segala dosa, asal dia percaya Isa (Yesu) disalib. Orang yang berbuat dosa, membunuh, membegal, mencuri, berdosa, tidak merasa bersalah, jika dia percaya Isa (Yesus) disalib. Kepercayaan kepada Isa (Yesus) tersebut akan menghapus dosa (idem, hal 30-31). Setelah dikurbannya jiwa raganya diatas tiang salib itu, maka matilah Tuhan yang bernama Yesus Kristus itu, atau Bapa yang bernama Yesus anak tig hari lamanya. Setelah di mati tiga hari atau setelah dia medekam dalam kurub tiga hari, diapun bangkit dari dalam kuburnya. Setelah bertemu beberapa waktu lamanya dengan murid-muridnya dan meninggal beberapa pesan kepada mereka, beliaupun berangkat naik ke surge (Lukas 24:5^), duduk disebelah kanan Allah Bapa di surge (Markus 16:19 (“Tafssir Al-Azhar”, juzuk VI, hal 28, 186-187). Kepercayaan inilah yang wajib diyakinkan dalam hati setiap pemeluk Kristen dengan berbagai sektenya. Ditaamkan sejak dari kecil. AApabila timbul pertanyaan dalam hati, misalnya : “Kalau Yesus itu Allah sendiri, bagaimana dia bisa mati ? Kalau memang Yesus itu Allah sendiri yang menjelma jadi anaknya dan sampai dia disalibkan dia masih Allah juga, mengapa setelah tiga hari dalam kubur, lalu naik ke langit dan duduk ke sebelah kanan Bapanya di surge. Apakah “Bapa” telah naik ke langit lebih dahulu dan anaknya tinggal sendiri menderita salib ? lebih-lebih Yesus sendiri setelah ditangkap pernah menyatakan, mengatakan, ketika akan disalib orang : “Elly, Elly Lama Sakaaaaaaaaaktani !” “Ya Tuhaaaan, Ya Tuhan mengapa Engkau tinggalkan daku ?” (Mrkus 15:34). Kalau demikian halnya, rupaya yang Allah itu lain, dan Yesus itu lain. Apakah yang lain ? Apakah badan kesemuanya yang bernma Yesus dan nyawanya buatan Allah ? Atau dia mempunyai dua nyawa, pertama nyawa yang bernama Allah dan kedua nyawa yang bernama Yesus. Dan Lllah itu lekas-lekas “lari” ke langut, ke dalam ssurga buat menunggu kedatangan anaknya. Dan setelah anak itu dating mereka berpisah, lalu Allah Bapa duduk sebelah kiri, dan Allah Yesus duduk di sebelah kanannya ? Daaaaaaan sampai sekarang mereka duduk berdekatan berdua ? Kalau memegang teguh uapan Yesus itu, teranglah bahwa Tuhan Bapa yang telah menjelma dalam diri Yesys sejak dia masih dlam kandungan Maryam, sehingga Yesus Tuhan yang sempurn karena Tuhan menjelma dalam dirinya, dan Manusia Sempurn seb di dikndung ibu sebagai manusia, di sat yang genting itu, di saat dia akan mati, Tuhan itu telah meninggalkan dia dan dibiarkan menghadapi maut sendirian (Idem, hal 30). Kalau da anak Kristen sendiri yang menanyakan kepda bpanya atau ibnya atau pendetanya, diak akan kena marh besar sekali. Karena berani menanyaan hal yang tiak boleh ditanyakan (“Taif AlAzhar”, juzuk VI, hal 186-187Kepercayaan inidapat kita dengarkan dari keerangan pendet-pendeta mereka sendiri dalam brbagai bentuknya. Yang pokok ialah bahwa Tabiat Allah itu ada Tiga Oknum yang sama keadannya. Yaitu Tuhan Bapa, Tuhan Putera, dan Allah Ruhul Qudus. Allah Bapa, mencipta dengan perantaraan Putera, Allah Putera penebus dosa dan allah Rohul Qudus pembersih. Tetapi ketiga oknum ini memeri kekusan akan segala penciptaan dengan sama. Ini di dasarkan kepada perkataan Yahya (Yohannes) bahwa Kalam Allah beserta Allah dan Kalm itulah juga Allah (Yohannes 1:1-2). Dan yang dimaksud dengan Kalam itu ialah AlMasih. Menurut rumusan kepercayaan Kristen Orthodoks (Geredja Iskandariyah), termasuk gereja Abisinia, Armenia, Sirian ialah : “Allah itu mempunyai satu zat yang tiga oknumnya, Oknum Bapa, Oknum Putera an Oknum Ruhul Qudus. Dan Oknumkedua, yaitu Oknum Putera menumbuhkan dirinya dari Ruhul Qudus dan dari Maryam yang suci, yang menyebabkkan tubuh ini jadi satu dengan Dia dan Zat dan Jauhar. Buka brpur dan berpadu dan sekali-kali tidak terpisah. Karena kesatuan ini maka Putera yang menjelmakan diri itu mempunyai tabiat yang satu dari dua tabiat dan kehendak yang satu. Orthodox Yunani dan Ktholik percaya bhwa Oknum Putera mempunyai dua tabiat dan dua kehendak. Yiaaatu Lahut (KeTuhanan) dan Nasut (Kemanusiaan) (idem, hal 186). Dan setelh dipelajari ‘Perbandingan Agama” di dunia, nyata bahwa kepercayan Trimurti atau Trinitas ini dalah kepercayaan kemsukan dari luar. Kemasukan dari jaran agama Brahmana yang juga berdasarkan Trimurti. Menurut ajaran Brahma, Tuhan itu adalah tiga, yaitu : Brahma, Wisynu dan Syiwa. Brahma pencipta, Wisynu pemelihara, dan Syiwa penghancur. Brahma adalah bapa. Wisynu adalah Putera, dan Syiwa adalah pengatur seluruh alam, sampai kepada menghancccccurkan ataau mengkiamatkan. Kalau dikaji-kaji secara mendalam, nmpaknya Rasul Allah yang pertama dating membawa ajaran agama Brahma itu, mengajarkan bhwa Allah Yang Maha Esa itu mempunyai tiga sifat, yaitu sifat mencipta, memelihar dan kelak mengkiamatkan. Tetapi lama kelamaan penganut agama itu telah menukar ssifat menjadi pembagian tiga oknum dan tiga zat. lalu dirumuskan pula bahwa Allah itu memang satu, tetapi tiga dalam yang satu, dan tiap-tiap yang satu itu ialah hakikat dari yang tiga. Dan Trimurti ini dikumpulkan dalam capan “AUM”. Dalam agma Budha yang lebih dulu lahir dari Kristen ada pula kepercayaan bahwa Budha itu adalah satu Tuhan dan Tiga Oknum. Penganut agama Budha mempunyai kepercayan ahwa Budha Gauthama adalah juru Selmat, penjelamaan Tuhan sendiri, Anak Tunggal, Penebus dan Mausia sempurna, dan juga Tuhan yang sempurna menjlema menjadi manusia (idem, hal 25) Trimurti ini pun terdapat dalam kepercayaan Mesir Kuno. Raja Msir yang bernama Tulishu bertanya kepadda Kahin (pendeta) yang bernma Tabisyuhi : “Adakah sebelumnya yang lebih besar dari dari padanya ?” Kahin itu menjawab : “ Ada ! Yang dahulu ialah Ruhul Qudus !” Maka perkataan Kalimat atau Kalam yang dimaksud oleh orang Kristen ialah Almasih, ucapannya telah terdapat lebih dahulu dalam kepercayaan Mesir Kuno (Yohanns 1:1). Menurut penelidik-penyelidik perbandingan-perbandingan agama-agama itu, kepercayaan ini telah da juga pada angsa kaldar, bngsa Asur dan bangsa Kristen, meurut penyelidikan ahli-ahali mengambil menganut juga paham Trimurti itu, demikian juga bangsa Romawi. Maka tidaklah heran jika kasiar Konstantin Romawi mengakui dengan resmi agma nasrani menjdi agama Kerajaan, karena dasar kepercayaannya Trimurti telah ada memang pada bangsa Romawi (idem, hal 331-332). Mengatakan bahwa Allah itu aalah tiga, yaitu Tuhan Bapa, Tuhan putera darn Ruhul Qudus, adalah memecah kesatuan Allah, tegasnya tidak percaya lagi bahwa Allah itu Esa adanya. Keperayaan Trinitas ini tidak ada diajarkan Almasih. Baru timbul kemudian, setelah dia meninggal (idem, hal 331). Tidak ada kepercayaan demikian (Trinitas) dalam kitab-kitab Perjanjian Lama, dan sekali-kali tidak pernah Isa Almasih mengajarkan yang demikian. Cobalah cari dalam Kitab Perjanjian Baru sendiri satu catatan pun baik dari matius, atau Markus, atau Lukas, atau pun Yohanes (Yahya) yang mencatatkan bahwa Isa Almasih pernah mengatakan : “Bahwa Allah itu ialah aku sendiri, dan aku (Allah) dating kedunia menjelma jadi anak, buat disalib, guna menebus dosamu”. Tidak ada ! Barulah kemudian, lama setelah dia mati, Yohannes mencatat dalam Injilnya, dari pendapatnya sendiri yang berbunyi : “Pada anak putera ialah, kalam dan kalimat itu bersama-sama dengan Allah, dan Kalam itulah juga Allah” (Yohannes 1:1-2) (idem, hal 188). (written by sicumpaz@gmail.com at BKS 110071400)

Tidak ada komentar: