Referensi solusi krisis serbaneka Sicunpas On_Line Koleksi informasi ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum, moral
Sabtu, 08 Oktober 2011
Perubahan
Dakwah Musa versus Agitasi Fir'aun
Dakwah Nabi Musa tampaknya terlihat tak berhasil merubah sistim pemerintahan Fir’auniyah menjadi sistim pemerintahan yang islami, madani, baik secara revolusi, reformasi atau evolusi, tetap saja berlanjut dalam sistim pemerintahan thagut, tirani, despotisme, totaliterisme. Bahkan serangan hama belalang, kodok, darah, banjir, pacekelik, kemarau pun tak mempan merubah sistim pemerintahan Fir’auniyah (QS 7:130, 7:133).
Dakwah Nabi Musa juga tak berhasil merubah watak, sikap mental Bani Israil agar bermental manusiawi, tetap saja berlanjut bermental hewani, rakus, materialis, meski masih menyandang predikat manusia pilihan. Bahkan serangan hama ulat bulu, nyamuk bedebe/malaria tak akan mempan merubah watak, sikap mental Yahudi Israel dan sekutunya.
Beberapa catatan tentang Revolusi Musa dan Agitasi Fir’auniyah (Regim Pharaoisme)
Islam menganjurkan berbicara menurut kadar, tingkat kecerdasan lawan bicara. Sebagai sarana komunikasi tersedia berbagai ragam bahasa, di antaranya bahasa kanak-kanak, bahasa awam, bahasa bisnis, bahasa tehnokrat, bahasa diplomat, bahasa kedokteran, dan lain-lain.
Sejarah berulang. Masa lalu, masa kini, masa nanti, sambung menyambung bagaikan rantai membentuk lingkaran masa spiral. Masa lalu sebagai acuan (‘ibrah, i’tibar) untuk menghadapi masa nanti.
Fir’auniyah (Regim Pharoisme) dulu, kini, nanti melancarkan perang urat saraf (gazwah fikri, pergolakaan ide, information war) terhadap pembawa dakwah, pelanjut risalah. Fir’auniyah melancarkan agitasi, provoganda, provokasi, intimidasi, sabotase. Demi tercapai maksud tujuan, Fir’auniyah dengan segala cara menarik simpati orang banyak, mempengaruhi public, membentuk public opini untuk menentang dakwah. Fir’auniayah meyakinkan public akan kebenaran propagandanya, melakukan pengarahan, penataran memperbodoh, menyesatkan public, melancarkan fitnah, isu, gossip.
Karena pacekelik di Palestina (Kana’an), maka pada masa Yusuf berkuasa di Mesir, turunan Israil berbondong-bondong datang beremigrasi ke tanah Mesir (QS 12:93). Turunan Israil tinggal menetap di Mesir sebagai warga terhormat.Setelah beberapa lama, yang berkuasa di Mesir adalah Fir’aun dari kalangan warga Mesir. Fir’aun cemas, khawatir turunan Israil akan berkuasa kembali di Mesir. Fir’aun menindas turunan Israil, memperbudak turunan Israil, mempekerjakan turunan Israil pada proyek bangunan sebagai kuli paksa (romusha), memperlakukan turunan Israil secara disksriminatif rasialis, berlaku sadis terhadap turunan Israil, membunuh bayi laki-laki turunan Israil, menimbulkan huruhara di kalangan warga, bertindak secara absolute (a’la fil ardhi, ana rabbukum a’la, l’etat cest moi) sebagai penguasa tunggal, sebagai tirani (QS 28:4).
Sebelum kedatangan Musa, Fir’aun memerintah secara absolute (l’etat cest moi, ana rabbukum a’la, satu-satunya Penguasa Tunggal, loyalitas tunggal terhadap kepemimpinan Fir’aun, QS 79:24, 28:38) bertndak otoriter, rasialis, dskriminatif, sadis terhadap warga Mesir keturunan Israil (QS 7:129, 28:4), yastadhi’fu thaifatun minhum (Keluaran 1:13-14).
Musa datang menghadap Regim Fir’aun menyampaikan misi, mosi, petisi, revolusi, gugatan policy, menyeru merubah sistim pemerintahan dari pemerintahan thagutiyah (tirani, secular) ke pemerntahan yang bersih dari kesewenang-wenangan (tauhidiyah, berkedaulatan hukum ilahi).
Sudah sejak awal Musa dipersiapkan Allah memikul beban tugas untuk menyeru Regim Fir’auniyah merubah sistim pemerintahannya dari pemerintahan yang berlandaskan thagutiyah (tirani, despotisme, absolutisme, l’etat cest moi, ana rabbukum a’la) ke pemerintahan yang berdasarkan tauhid, bersih dari kesewenang-wenangan.
Fir’auniyah bersikap diskriminatif dan berlaku sadis terhadap warga Mesir keturunan Israil (QS 28:4, 79:17, 44:31, 89:10-14) (waja’ala ahlaha syiya’aa) (Keluaran 1:13-14).
Musa dianugerahi Allah hikmah, kecerdasan dan ilmu pengetahuan (QS 28:14, 26:21, 20:39). Musa terlanjur melakukan kesalahan, membunuh seorang warga Mesir tanpa sengaja (QS 28:15-17, 20:40) (Keluaran 2:11-12). Musa tak mau terlanjur untuk kedua kalinya (QS 28:18-19) (Keluaran 2:13-14).
Seseorang menasehati Musa untuk menyelamatkan diri dari buruan Regim Fir’auniyah pergi meninggalkan Mesir (QS 28:20). Musa menyembunyikan diri ke Madyan (QS 28:21-25) (Keluaran 2:15). Musa tinggal menetap di Madyan (QS 28:26-28, 20:40).
Musa menerima tugas risalah (QS 28:29-30, 27:7-9, 20:10-16). Musa dibekali Allah dengan beberapa sarana risalah (mu’jizat) (QS 28:31-32, 27:1-12, 20:17-23). Musa ditugaskan Allah untuk menyeru Fir’auniyah (Trio Fir’aun, Haman, Qarun) untuk merubah sistim pemerintahan dari pemerintahan thagutiyah ke pemerintahan tauhidiyah (QS 28:32, 27:12, 26:10-11, 7:103, 10:75, 40:23-24, 79:17-19, 23:45-46, 44:17-19, 20:24).
` Musa menyatakan dirinya sebagai utusan Allah (QS 7:104). Fir’auniyah menyiksa Musa (QS 20:56, 10:75). Musa datang membawa risalah kepada Fir’auniyah (QS 7:105, 10:75, 23:45). Musa ditugaskan Allah untuk menyeru Fir’auniyah untuk membebaskan warga Mesir keturunan Israil dari cengkeraman ras-diskriminasi, kesadsan (QS 26:17, 7:105, 44:17-19, 20:47-48).
Musa khawatir tugasnya tak akan mendapatkan sambutan baik, karena ia pernah terlanjur melakukan tindak kejahatan (pidana), ia tidak fasih berbicara (tidak diplomatis), ia pernah dibesarkan di istana Fir’aun, mmperoleh santunan, subsidi, fasilitas (QS 28:33-34, 26:12-14, 20:25-35).
Harun ditugaskan Allah untuk mendampingi Musa. Musa dan Harun dianugerahi Allah gezacht (charisma, spirit, semangat, wibawa, sulthan) untuk menghadapi tipu muslihat regim Fir’auniyah (QS 28:35, 26:15, 20:36-37). Musa dan Harun dituntun, dibimbing Allah untuk lebih dulu menunjukkan identitas diri (menyerahkan mandate, surat kepercayaan) serta mengemukakan maksud kedatangan (QS 26:16, 20:44).
Fir’aun penuh curiga. Fir’auniyah menjatuhkan mental Musa, mengungkit-ungkit jasa masa lalunya terhadap Musa (QS 26:18). Fir’auniyah mengungkit-ungkit kejahatan yang pernah terlanjur dilakukan Musa sehingga jadi buronan Fir’auniyah (QS 20:19). Musa menyanggah kebaikan toleransi Fir’auniyah yang telah berlaku rasialis, diskriminatif, sadis terhadap warga Mesir keturunan Israil (QS 26:22).
Fir’aun merasa kedudukannya terancam. Fir’aun mencurigai Musa akan menggulingkannya. Fir’auniah menginterogasi Musa untuk mengetahui siapa yang berada di belakan Musa mendalangi, mengotaki, menjadi biang kerok kegiatan subversive Musa (QS 26:23-30, 20:49-53).
Fir’auniyah menginstruksikan Haman, pejabatnya untuk menyiapkan sarana untuk mengadakan penyidikan siapa yang mendalangi, mengotaki, menjadi biang kegiatan subversiv Musa (QS 28:38, 40:36-37). Fir’aun minta menunjukkan mandate, bukti kerasulan Musa (QS 26:31, 7:106). Musa menunjukkan mandat, bukti kerasulannya.
Fir’auniyah menolak, tidak mau mempercayai mandat, bukti kerasulan Musa. Fir’auniyah menantang, berusaha menghancurkannya (QS 27:14, 79:21, 23:47-48, 43:47, 51:39). Fir’auniyah mengerahkan warganya untuk menantang risalah Musa (QS 79:23-24). Fir’auniyah melancarkan intimidasi terhadap Musa dan pengkutnya (QS 40:25). Fir’auniayah siaap siaga untuk membinasakan Musa (QS 7:127, 40:26).
Fir’aunyah melancarkan agitasi, propaganda bahwa Musa menyihir publik, mempengaruhi massa, membius massa, menyesatkan massa, mencuci otak massa, memanipulasi keadaan (saharun a’yunan nasi) (QS 28:36, 26:34, 7:109, 20:57, 10:76-77). Fir’auniyah melancarkan agitasi, propaganda bahwa Musa merencanakan perebutan kekuasaan (yuridu an yukhrijakum min adrdhikum bi sihrih) (QS 26:35, 7:110, 20:57, 10:78). Fir’auniyah berusaha menjatuhkan martabat (prestasi, reputasi) Musa di depan umum (QS 26:36-37).
Fir’auniyah mengajak Musa untuk mengikuti adu keahlian (panel dskusi) dengan para intelektual Fir’auniyah untuk menjatuhkan mental, martabat Musa (QS 7:111, 20:8-59). Musa menetapkan waktu, tempat adu keahlian (QS 20:59). Fir’auniyah menggerakkan dan mengerahkan para intelektualnya untuk menjatuhkan martabat Musa dalam suatu adu keahlian (QS 26:38-39, 7:111-112, 20:60, 10:79).
Musa memperingatkan siksaan Allah (QS 20:61). Intelektual Fir’auniyah terpecah (QS 20:62). Fir’aun memusatkan perhatian intelektual untuk menjatuhkan Musa (QS 20:63-64). Warga Fir’auniyah akan berpihak kepada para intelektual bila memenangkan adu keahlian (QS 26:40). Intelektual Fir’auniyah minta imbalan jasa (medali, hadiah) bila mereka memenangkan adu kealian (QS 26:41, 7:113-114).
Fir’auniyah menjanjikan promosi kedudukan dalam pemerintahan (QS 26:42). Intelektual Fir’auniyah minta Musa menyusun urutan acara adu keahlian (QS 20:65). Musa mempersilakan intelektual Fir’auniyah mulai menampilkan kebolehannya (keahliannya) (QS 26:43, 10:80). Intelektual Fir’auniyah mendemonstrasikan kebolehannya, menyihir, menghipnotis, menyulap, membius, mengelabui, mempermainkan, mempengaruhi, meyesatkan publik, membangun opini (QS 26:44, 7:116, 20:66, 10:81).
Musa membalikkan tuduhan bahwa merekahlah yang menyesatkan (maa jiktum bihis sihru) (QS 10:81`). Musa kembali menunjukkan bukti kerasulannya (QS 26:45). Musa mengalahkan intelektual Fir’auniyah (QS 7:117-119, 20:67-69). Itelektual Fir’auniyah mengaku kalah (QS 26:46-48, 7:120, 20:70). Intelektual Fir’auniyah tunduk mengikuti Musa (QS 7:121-122, 20:70).
Fir’auniyah bertindak sewenang-wenang (QS 10:81). Fir’auniyah menyampaikan amanat pidato pembukaan untuk mejatuhkan Musa (QS 26:49, 7:123-124, 20:71). Fir’auniyah memperingatkan bahwa segala kegiatan harus seizin Penguasa Tunggal (QS 28:38, 26:49). Fir’auniayah mengklaim dirinya sebagai satu-satunya Penguasa tunggal yang aturannya satu-satunya yang harus dipatuhi, sebagai satu-satnya asa berpemerintahan (QS 43:51).
Fir’auniyah unjuk kekuasaan, pamer kekuatan. Fir’aun melancarkan agitasi, propaganda, bahwa para intelektual telah bekerjasama bersekongkol dengan Musa untuk merebut kekuasaan karena kebetulan mereka sama-sama se warga Mesir keturunan Isarail (sebagai penghapus malu) (QS 26:49, 7:123, 20:71). Fir’auniah melancarkan agitasi, propaganda, bahwa Musa dari kalangan bawah yang bicaranya tak ilmiah, bukan intelektual (QS 43:52-53).
Fir’auniah memperbodoh, menyesatkan warganya (QS 43:54). Fir’auniyah melancarkan ancaman, intimidasi terhadap Musa dan pengikutnya (QS 26:49, 7:124, 20:71). Musa tabah, sabar menghadapi ancaman, intimidasi Fir’auniyah (QS 40:27, 44:20-22). Pengikut Musa tabah, sabar menghadapi ancaman, intimidasi Fir’auniyah (QS 26:50-51, 20-72-73(.
Pejabat-pejabat yang simpati dengan dakwah Musa menasehati Fir’auniyah (QS 40:28-45). Musa menasehati pengikutnya agar tetaap tabah menghadapi ancaman Fir’auniyah 9QS 7:128-12).
Fir’auniyah menyatakan bahwa kebijakannya adalah kebaikan semata (QS 40:19(. Fir’auniyah disiksa Allah dengan kemarau, pacekelik, banjir, belalaang, ulat, kodok, darah (QS 7:130, 7:133).
Fir’auniyah melancarkan agitasi, propaganda, bahwa krisis yang mereka hadapi oleh karena ulah Musa (QS 7:131). Fir’auniyah masih tetap melancarkan agitasi propaganda, bahwa Musa telah menyihir publik (QS 7:132).
Fir’auniyah berjanji bersedia memberi kemerdekaan kepada warga Mesir keturunan Israil asal saja Musa mampu memperbaiki memulihkan keadaan (QS 7:134). Fir’auniayh mengkhianati janjinya (QS 7:125). Fir’auniyah ditumbangkan Allah ke dalam laut (QS 7:136-137). Warga Mesir keturunan Israil dianugerahi Allah akan Kemuliaan (QS 7:137, 28:5-6, 26:59, 44:28, 44:32).
(Dalam QS 18:60-82 terdapat kisah nabi Musa dan pembantunya menyisiri pinggir sungat/laut untuk menemukan seorang hamba Allah yang dapat ilmuluas dari Allah. Namun tak diterangkan kapan kejadiannya).
(Revolusi Islam berbeda dengan Revolusi Sekuler. Revolusi Sekuler adalah Revolusi Materi. Revolusi Islam adalah Revolusi Dakwah/Ruhani.
Kisah Musa dan Fir’aun dan al Quran bervariasi, mengikuti tujuan kisah.
Agitasi Fir’auniyah berlangsung sama di setiap masa, dulu, kini, nanti.
Pertarungan antara Dakwah Musa dan Provokasi Fir’aun dalam Quran diungkapkan dalam bentuk dialog antara terdakwa dan penuntut umum seperti dalam sidang pengadilan. Simak pula bentuk dialog antara sorga dan neraka.
Pertarungan antara Dakwah Islamiyah dan Provokasi Sekuler tak pernah berakhir sepanjang masa.
Arah Dakwah Musa, Nuh, Ibrahim, terutama dimulai terhadap pemegang kekuasaan (malaa). Arah Dakwah Muhammad dimulai terhadap kerabat dekat. Pada permulaan dakwah, struktur aparatur pemerintahan di Arab berbeda dengan di Mesir.
Ciri-ciri pemerintahan thagut :
- Berlaku sewenang-wenang, tak memiliki rasa peri kemanusiaan.
- Sombong, takabbur, tak mau menerima kebenaran.
- Tak berlaku adil, pilih kasih, berat sebelah, rasiaalis, diskriminatif, golongisme, memperbedakan antara golongan sendiri dan bukan golongan sendiri.
- Tidak setia pada ikrar, khianat.
- Merasa benar sendri, otoriter, sadis.)
(QS 89:11, 89:12, 51:39, 44:18, 44:31, 23:44, 23:46, 79:17, 79:21-22, 40:37, 10:75, 10:83, 20:79, 7:135-136, 26:10, 20:24, 20-45).
(Simak antara lain :
1. Abul A’la alMaududi :”Bagaimana Memahami Quran”, terjemahan H Abdullah Said, alIkhlas, Surabaya, 1981:54-70, Kisah Fir’aun.
2. Ny H Hadiyah Salim : “Qisahshul Anbiyak”, alMa’arif, bandung, 1984:115-129, Kisah Musa).
3. Dr Maurice Bucaille : “Bibel, Quran dan Sains Modern”, terjemahan Prof Dr HM Rasyidi, Bulan Bintang, Jakarta, 1979:336-350, Kisah Fir’aun.
4. Yoh Refanda : “Nabi Musa” (komik), Balai Buku, Surabaya, 1978, Kisah Musa dan Fir’aun.
5. Prof H Mahmud Yunus : “Tafsir Quran karim”, Hidayakarya Agung, Jakarta, 1975:570-575, 536-537, 228-233, 452-457, Kisah Musa dan Fir’aun.
6. M Natsir : “Fiqhud dakwah”, edisi Saleh Umar Bajasut, Ramadhani, Semarang, 1984:193-200, Menyusun Dakwah : Contoh Dakwah terhadap thagut.
7. Saiyid uthub : “Seni pengambaran dalam alQuran”, terjemahan Dra Chadidjah nasution, Nur Cahaya, Yogyakarta, 1981:186-188, 170-171, 146-152.
8. Hasan alBanna : “Pidato-Pidato dan Surat-Surat”, editor Muhammad Hilmy alManjawi, Risalah, Bandung, 1984:160-165.
9. Muhammad Husain Haekal : “Sejarah Hidup Muhammad”, terjemahan Ali Audah, Tintamas, Jakarta, 1984:2-3, 112-113).
Catatan dari Bibel :
Keluaran Pasal 3 :
Musa menerima wahyu dari Allah di Muqaddasi Tuwa (5).
Allah itu Tuhannya Musa, Tuhannya Ibrahim, tuhannya Ishak, tuhannya Ya’kub (6).
Warga Mesir menindas, menyengsarakan kaum Israil (7,9).
Kaum Israil berdoa semoga Allah melepaskan mereka (7).
Allah berkenan mengabulkan permohonan mereka (8)].
Allah mengutus Musa menyeru Fir’aun untuk membebaskan kaum Isral (10).
Musa khawatir akan kemampuannya (11).
Allah memberi spirit, semangat, dan beberapa tanda bukti sebagai utusan Allah (12).
Beribadah hanya kepada Allah (12).
Allah membimbing, menuntun Musa (14,15).
Tuhan itu aalah Allah, Tuhanya nenek moyang Israil, Tuhannya Ibrahim, Tuhannya Ishak, Tuhannya Ya’kub (15,16,18).
Allah itu nama dan sebutan Tuhan selama-lamanya turun-temurun (15).
Allah mengutus musa menyeru raja Mesir untuk memberi kebebasan kepada kaum Isral, beribadah kepada Allah (18).
Keluaran pasal 4 :
Musa masih saja khawatir tidak akan mendapat sambutan baik (1).
Musa dianugerahi beberapa tanda bukti sebagai utusan Allah (2-9,17).
Musa mengeluhkan ia tidak lancer bicaraa (tidak diplomatis) (10).
Allah-lah yang memberikan kemampuan manusia berbicara, mendengar, melihat (11).
Allah memberi spirit, semangat kepada Musa (12,15).
Musa mohon agar dapat didampingi oleh Harun yang bicaranya lancar (13).
Harus ditugaskan sebagai juru bicara penyambung lidah Musa (16).
Musa minta izin kepada mertuanya untuk kembali ke Mesir (18).
Regim lama yang memerintah Mesir sudah diganti dengan regim baru (19).
Musa dan keluarganya siap menuju Mesir (20).
Musa diingatkan kembali untuk menunjukkan mandat, tanda bukti sebagai utusan Allah kepada Fir’aun (21).
Musa dibimbing, dituntun Allah mengenai cara menghadap Fir’aun (22).
Musa ditugaskan untuk menyeru Fir’aun agar memberikan kebebasan kepada kaum Israil untuk beribadah kepada Allah (23).
Harunditugaskan Allah untuk mendampingi Musa (27).
Catatan dari karya Dr Maurice Bucaille (“Bibel, Quran dan Sains Modern” ) (terjemahan Prof Dr HM Rasyidi, terbitan Bulan Bintang, Jakarta, 1979) :
Kaum Yahudi menetap di Mesir dimulai dengan kedatangan Yusuf anak Ya’kub dan saudara-saudara Yusuf ke negeri itu, lama sesudah zaman Ibrahim (hal 336.
Orang-oang Yahudi diperintah kerja paksa oleh Fir’aun (hal 338)
Fir’aun menindas Bani Israil (hal 3338, 343)..
Musa dipeliharakan Allah (hal 338).
Allah menimpakan hukum yang mempunyai aspek supernatural dan fenomena alamiyah seperti banjir, belalang, penyakit kulit, butiran es, kegelapan, kematian bayi, kematian ternak (hal 339).
Regin lama digantikan regim baru ketika Musa menetap di Madyan (hal 342, 343, 345, 346).
Raja Mesir memerintakan orang-orang Yahudi kerja paksa (hal 342, 344).
Musa diperintahkan Allah untuk menyeru Fir’aun agar memerdekakan Bani Israil (hal 346).
Musa membela kaum Yahudi (hal 347).
Kaum Yahudi mengikuti Musa (hal 349).
(written by sicumpaz@gmail.com in sicumpas.wordpress.com as Asrir at BKS1104031130)
Indonesia masa depan
Barangkali bentuk NKRI maa depan bisa mengacu pada bentuk negara jiran Malaysia. Kepala Negaraanya seorang Raja Diraja yang dipilih secara bergilir di antara semua raja-raja yang masih eksis di bumi Nusantara kini. Sedangkan Kepala Pemerintahannya seorang Perdana Menteri yang dipilih secara berkala tiap empat tahun. Dengan demikian raja-raja di Nusantara kini benar-benar diakui secara nasional, bukan secara lokal saja, bahkan secara faktual.
Masa jabatan Jaksa Agung dan Ketua Mahkamah Agung di Indonesia masa depan seumur hidup mengacu pada di Amerika Serikat. Silakan direnungkan positif dan negatifnya.
Bangsa pengemis
Kemana-mana naik/turun angkutan/bis kota disaksikan di dalam bis, di seputar lampu merah berjubel pengamen, pengemis.
Di tataran internasional menadahkan tangan, mengemis belas kasihan IMF, Bank Dunia, Negara Donor.
Bahkan mengemis tenaga pelatih/pemain sepakbola dari negara asing.
Bisa-bisa Kapolri, Jaksa Agung, Ketua KPK, Ketua Komisi Yudisial dan lain-lain diimpor dari negara-negara maju.
Sungguh sangat memprihatinkan jadi bangsa pengemis, bangsa peminta-minta, bangsa jajahan modern.
Bangsa preman
Kita ini belum siap berbhineka, berdemokrasi, Kita ini hobi dengan arogansi, agitasi, provokasi, intimidasi. Kita alergi terhadap adu argumentasi, diskusi, dialog. Dengan kasat mata di mana-mana disaksikan tawuran, konflik horizontal/vertikal, konflik berbau sara/darah, saling bakuhantam.
Saling bakuhantam antara warga pendatang dan warga lokal. Bisa disebabkan oleh karena arogansi kelompok, bisa karena kesenjangan sosial, ketiadaan keadilan sosial-ekonomi-politik.
Bahkan di tingkat elite pun segala sesuatu tampak wajar diselesaikan dengan adu otot, adu jotos, bukan dengan aduj argumentasi, diskusi, dialog, musyawarah, mufakat.
Di mana-mana yang seharusnya mengambil tanggungjawab adalah komandan, pemimpin, dan bukan malah dialihkan kepada prajurit, rakyat.
RMS piaraan Belanda
Memenuhi tuntutan/ancaman Indonesia Timur pada 1945 bagaikan menyisakan RMS sebagai kerikil dalam sepatu. Demi hubungan baik, seharusnya Belanda tak memelihara RMS dan juga harus mengakui 17 Agustus sebagai Hari Kemerdekaan Indonesia.
(Asrir BKS1010060900 written by sicumpaz@gmail.com sicumpas.wordpress.com)
Si Masinis Menangis
Siapa yang bertanggung jawab mengontrol kerja masinis ? Siapa yang bertanggungjawab mengontrol kinerja Menteri BUMN, Menteri Perubungan. Bagaimana sistem pengontrolan aktivitas perkeretaapian ? Siapa yang bertnggungjawab atas kesalahan sistem ?
(Asrir BKS1010030800 written by sicumpaz@gmail.com sicumpas.wordpress.com)
Kebebasan beragama menurut Islam
Dalam urusan agama, keyakinan, kepercayaan, paham, kebaktian, peribadatan, semuanya bebas, merdeka. "Tak ada paksaan dalam agama". "Yang mau beriman silakan, yang mau kafir silakan".
Namun sama sekali tak bebas mencela, mencerca, mencaci, memaki Tuhan, Nabi/Rasul, Kitab Suci, Agama. Tak bebas mengejek, merobek, menginjak, mengencingi Kitab Suci. Tak bebas mengacau, menista, menodai agama. Tak bebas memaksa, Merubah keyakinan secara paksa. Dakwah, misi, zending hanya dibenarkan tanpa pemaksaan, tanpa iming-iming duniawi, tanpa manipulasi, tanpa rekayasa, tanpa kecurangan. Tak ada kebebasan merusak, mengacau.
(Asrir NKS1010030615 written by sicumpaz@gmail.com sicumpas.wordpress.com)
Terminologi teroris
Beda pendapat terjadi karena beda sudut pandang. Ada yang memandang situasi kini Darulharbi. Dan yang lain memandang bukan. Menurut harapan (das Sollen) Islam itu satu, tapi menurut kenyataan (das Sein) Islam itu brmacam ragam (bisa-bisa 73 firqah). Islam it satu, wajah Islam itu banyak.
Yang membunuh dan yang terbunuh bisa masuk surga tergantung nit, motivasinya. Menumpahkan darah dalam jihad adalah salah satu bentuk rahmatan lil'alamin.
Silakan simak juga ”Teroris dan Pencegahannya”dihttp://sikumpas.blogspot.com/2010/03siapa-yang teroris.html.
sicumpaz@gmail.com sicumpas.wordpress.com
Terminologi jahiliyah
Dikemkakan bahwa terminologi jahiliyah dalam bdang hukum dan bidang politik/tatanegara adalah liar, barbar, anarkis, keos, tanpa aturan, hukum rimba.
”Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki” (QS 5:50). Dipahami agar tak melaksanakan hukum rimba, hukum homo homini lupus, hukum exploitation de l’home oar lhome.
”Sesungguhnya siapa yang keluar dari pemerintahan, walau sekedar satu jengkal, kemudian ia mati, mati dalam jahiliyah” (HR Bukhari, Muslim dari Ibnu Abbas, dalam ”Diadhus Shalihin” Imam Nawawi, pasal ”Wajib Ta’at pemerntah dalam hal yang bukan maksiat”). Dipahami terlarang merusak tatanan bernegara yang teratur rapi.
Menghormti kehormatan
Wanita dimuliakn, dihormati, dihargai karena ia memuliakan, menghormati, menghargai kehormatnnya. Bila wanita sudah tak memuliakan, menghormati,menghargai kehormaatnnya, maka ia sebenarnya tak layak lagi dimuliakan, dihormati, dihargai.
Bentuk, wujud dari tak memuliakan, tak menghormati, tak menghargai kehormatan bisa berupa menjual kehormatan, melacurkan diri, membuka pintu zina, membuka pelacuran/prostitusi. Bentuk, wujud pintu zina, pintu pelacuran/prostitusi bisa berupa memperlihatkan, menampakkan aurat, sexappeal, bagian tubuh yang dapat merangsang, mengundang birahi libido.
Emansipasi sebenarnya tak peduli dengan kemulian, kehormatn wanita. Emansipasi bertumpu pada kebebasan. Bebas berbuat seglanya tanpa batas.
(Asrir BKS11009210630 written by sicumpaz@gmail.com sicumpas.wordpress.com)
Hilangnya kepercayaan
Siapa yang dapat dipercayai masa kini ? Apakah politisi, parpol, aparat, pejabat, eksekutif, legislatif, yudikatif, muballigh, da’i ? Semuanya bicara tentang kepentingan rakyat, kesejahteraan rakyat, kemakmuran rakyat. Namun aktivitasnya hanya untuk kepentingan diri, keluarga, kolega. Semuanya mengatasnamakan rakyat. Siapa yang mau mengorbankan kepentingan diri, keluarga, kolega untuk kepentingan rakyat, kemakmuran rakyat ?
Sikap, sifat hipokrit, munafik sudah membudaya, sudah menjalari diri, sudah dianggap wajar. Semuanya bermuka seribu. Semuanya memakai topeng, kedok, masker. Tak ditemukan lagi yang bisa dipercayai, yang benar-benar bersedia mengorbankan kepentingn diri, keluarga, kolega untuk kepentingan rakyat, kemakmuran rakyat. Rakyat hanya sebagai objek, bukan sebagai subjek.
Siapa yang berni hidup zuhud, qana’ah, wara’, yang berani memanfa’atkan kekayaannya untuk kepentingn rakyat bnyak, yang berani hidup sederhana demi untuk kepentingn rakyat banyak. Mereka inilah yang bisa dipercayai menangani masalah rakyat. Mereka inilah yang tak mau terikat dengan system keprotokoleran.
(Asrir BKS1010050645 written by sicumpaz@gmail.com sicumpas.wordpress.com)
Sudut pandang
Pemahaman seseorang terhadap sesuatu tergantung dari sudut pandangnya terhadap sesuatu itu. Sudut pandang dipengaruhi oleh berbagai factor. Antara lain oleh latar pendidikannya, baik formal maupun non-formal. Oleh hal-hal yang ia saksikan, baik melalui mata, maupu melalui telinga, baik berupa bacaan, siaran-tayangan televise-radio. Oleh pengalaman, baik yang menyenangkan, maupun yang menyedihkan ((Simak antara lain TABLIGH, Vol.4, No.02/15 Mei-15 Juni 2006, hal 25 “Dakwah Kultural Muhammadiyah”, oleh Drs Syamsul Hidayat MA).
Karena berbeda pendidikan, pengalaman, pengamatan, maka berbeda pula pemahaman tentang situasi masa ini. Ada yang memandang bahwa situasi kini adalah situasi damai, situasi aman, situasi untuk amar bil makruf. Selaiknya ada yang memandang bahwa situasi kini adalah situasi perang (darul harbi), situasi untuk nahi ‘anil munkar. Dengan menggunakan kacamata globalisasi, geopolitik, tampak nyata bahwa di mana-mana di dunia ini umat Islam diteror secara sistimatis, umat Islam jadi sasaran terror dari musuh-musuh Islam, baik musuh yang terang-terangan, maupun musuh yang sembunyi-sembunyi. Dunia ini adalah dunia perang, baik secara idiologis-akidah, mau pun secara fisik-qithal. Sudut padang tak dapat dinafikan, tak dapat dinegasikan oleh sudut pandang lain.
Ada yang memandang bahwa hanya boleh menyerang, membunuh orang kafir yang berdomisili di daerah konflik. Daerah konflik merupakan Darul Harbi, daerah perang. Ada pula yang memandang bahwa boleh menyerang, membunuh orang kafir yang aktif mendukung aktivitas yang menghina, mengejek, mencacimaki, melecehkan Islam, Nabi Muhammad, Kitab Suci AlQur:an. Seluruh dunia di bawah kendali Anglo Sakson berada dalam situasi Darul Harbi, situasi perang.
(Asrir BKS1008300515 written by sicumpaz@gmail.com)
Jaman sudah berubah bung !
Ketika ada pihak yang menginginkan kembali ke UUD-45 versi asli dan Pancasla, maka ada pihak lain yang mendukung UUD-45 yang telah diamandemen. Alasannya konstitusi bukan kitab suci. Jaman berubah, konstitusi di manamana di dunia membuka peluang diamandeen.
Ketika ada pihak ang mengingikan sistim pendidikan pada era parlementer, yang serba bebas, demokratis, yang serba beragama, maka ada pihak lain yang mempertahankan sistim penddikan pada era presidensial, yang serta tak bebas, uniform, yang serba seragam.
Ketika ada pihak yang menginginkan teganya embali pola tatanegara, tataniaga kekhilafahan, yang merakyat, maka ada pihak yang mempertankan pola tatanegara, tataniaga jaili sekuler, yang materialis-kapitalis. Alasannya jaman berputar. Yang sudah terjadi tak dapat dimusnahkan. Pola tatanegara jahili sekuler tak dapat dirbah mejad pola tatanegara islami. Pola tataniaga jahii sekuler tak dapat dirubah menjadi tataniaga islami. Lembaga ribawi-bank tak dapat dirubah menjadi lembaga sadaqah-inffaq. Tata budaya, tata busana, media informasi tak dapat diolah menjadi islami.
Sayyid Quthb sejalan dengan imannya sangat optimis bahwa kehidupan yang islamis akan tercipta di Negara-negara Islam. Ia juga jakin terhadap kecocokan Islam sebagai suatu system yang mampu mengatur dunia, bahwa upaya mewujudkan kembali system masyarakat Islam bukanah suatu kemustahilan (“Keadlan Sosia dalam Islam”, Pustaka, bandung, 1994:339-341). Khilafah (Pan-Islamisme ?) dalam pandangan Hadji Agus Salim hanyalah impian, yang sama sekali tidak realistis (Simak PEDOMAN MASYARAKAT, No.9, Th.IV, 2 Februari 1938; No.6, Th.IV, 12 Januari 1938).
Mengacu kepada “Islam di Smpang Jalan” nya Leopod Weiss (Mammad Asad) menyimpulkan bahwa jiwa orang-orang Eropa saat ini sama seali tdak cocok untuk menerima ajaran-ajaran Islam. Dibutuhkan beberapa generasi lagi di mana Barat mau menyebarkan semangat Islam ke segenap penjur ( idem, 1994:347-348)
(Asrir BKS1008250930)
Gerakan Keagamaan dan Pemikiran Islam di Indonesia
Taloid MEDIA UMAT diterbitkan oleh “Pusat Kajian Islam dan Peradaban”. Diharapkan Penerbit dapat pula menerbitkan buku hasil kajian tentang “Gerakan Keagamaan dan Pemikiran Islam di Indonesia”. Lembaga Pengkajian WAMY, tahun 1993 telah menerbitkan buku ‘Gerakan Pengkajian dan Pemikiran”, yang antara lain tentang Hizb alTahrir, Jama’ah Tabligh, Jama’at Islami, alIkhwan alMuslimun. Sekilas SABILI, No.27, 11 Juli 2002 menyajikan tentang Jama’ah alMuslimun (Hizbullah) yang diprakarsai Wali alFattah.
Juga diharapkan Penerbit dapat menerbitkan buku hasil kajian tentang “Karya Monumental Umat Islam Indonesia selang waktu 1900-2000” di bidang social dan sains dalam mengupayakan bangkitnya kembali Peradaban Islam.
Kebangkitan Peradaban Islam
Syi’ar Islam, Edisi XXI, Januari 2010, antara lain menyajikan bahwa Peradaban Islam pasti bangkit kembali di masa yang akan dating, dalam rentang waktu yang cukuplama. Ekspektasi demikian wajar-wajar saja. Seyogianya ditopang dengan anlisa data historis masakini.
Pada rentang waktu 1900-2000 di Indonesia (yang mayoritas Islam) dan di Timur Tengah dan di Dunia Islamlainnya sama sekali takpernah munculkarya monumental, baik di bidang social,maupun di bidaang teknologi. Takpernah muncul sosok semacam Keynes di bidang social, Bill Gates di bidang sains. Apakah memang benar teori Stoddaard bahwa keunggulan itu hanya pada Nordis.
Dakwah dan Da’i
Dibutuhkan dakwah actual, factual, yang mengatasi problem yang terjadi di masyarakat, yang menyentuh pada seruan untuk tidak melakukan kejahatan structural, yang berorientasi moral sosial, yang tak menimbulkan penyakit social. Dakwah untuk menangkal tindak korupsi, rentenir, vrij omgang, pergaulan bebas, aborsi, perdagangan anak, untuk meninggalkan dan menanggalkan system jahili-sekure.
Dibutuhkan da’i yang bersiskap mental, berperilaku wara’, tawadhu’, zuhud, qana’ah, yang meninggalkan dan menanggalkan sifat gemar tampil bersama selebriti, gemar tampil sebagai bintang iklan, gemar tampil sok alim, sok ilmiah, gemar cengengesan, cekikan, gemar terhadap yang bernuansa seksual.
Menyelesaikan perselisihan
Di berbagai masjid, setelah mengucapkan salam mengakhiri shalat Jum’at, imam segera mengimami membaca AlFatihah, Dzikir dan Do’a. Juga setelah shalat Janazah, imam segera membacakan AlFatihah danDo’a dengan jahar (suara keras), padahal tadi ketka shalat Janazah bacaannya dengan sir (suara pelan).
Pertanyaan: Hal ini, termasuk macam ikhtilaf yang mana ? Apakah merujk pada AlQr:an, Sunnah, Ijma’, Qiyas, Istihsan, Qaul Shahabat, Marsalah mursalah, Fatwa Shahabat (yang ittifaq dan yang ikhitlaf), Haditrs Mursal, Hadts Dha’if ? Apakah ini mengacu pada Qaul Imam Malik, Abu Hanifah, Syafi’I, Amad bin Hambal ?
Pengadilan di dunia dan pengadilan di akhirat
Dalam QS 9:29 disebutkan “Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak pula kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan RasulNya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan alKitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk”..
Dalam QS 22:69 disebutkan “Allah akan mengadli di antara kamu pada hari kiamat tentang apa yang kamu dahulu selalu berselisih padanya”.
Atasan dan bawahan
AH Nasution dalam bukunya “Pembangunan Moral, Inti Pembangunan Nasional” (hal 53-54) menunjuk lima ukuran keberhasilan menurut agama Islam, yaitu :
- Apakah orang yang di atas (pemimpin) memiliki kasih saying, sehingga dia tidak berani makan sebelum rakyatnya makan.
- Apakah orang yang memerintah itu menjadi pelayan (khadam) atau menjadi tuan besar bagi rakyatnya.
- Apakah orang-orang berani, orang-orang kaya, orang-orang berilmu itu mencari kesenangan, kemewanan, kepuasan ataukah pencari pengabdian, pengorbanan dan keridhaan Tuhan.
- Apakah orang-orang di atas (pemimpin) kian memperbanyak, menumpuk-numpuk kekayaan, tanpa memikirkan nasib mereka yang kian hari kian melarat, lapar dan kekurangan.
- Apakah orang-orang jahat dilindungi dan orang-orang ternaiaya dibiarkan.
(KOMPAS, Senin, 23 Oktober 1995, hal 11, ‘Pembangunan Moral Tertinggal”).
Das Sollen dan Das Sein
Secara teoritis (Das Sollen) keuangan LPS bias sja dikategorikan bukan sebagai keuangan Negara, karena LPS berupa badan hukum. Secara praktis (Das Sein) keuangan LPS bias pula dikategorian sebagai keuangan negara, karena keuangan LPS diaudit oleh akuntan public. Demikian pula halnya dengan keuangan BUMN.
Pertanyaan : LPS, BUMN apakah punya neraca ? Dalam pasiva (kredit)nya apakah ada pos stockholder, shareholder, pemegang saham, pemegang modal ? Apakah pemilik modal itu sama dengan pemilik uang ?
Anak jalanan. Tanggungjawab siapa ?
Anak jalanan, kehadirannya tidak diinginkan oleh kedua orangtuanya. Tak di-bismillah-kan. Tak diawali dengan ucapan bismillah.Kehadirannya akibat sikon social masyarakat. Terwujud secarastruktural.
Ini adalahtanggungjawan masyarakat. Tanggungjawan kebijakan Negara.Kebijakan penyelenggara. Satu kebijkan terkait dengan kebijakan lain. Masalah anak jalanan tidak berdiri sendiri. Menyangkut semua bidang kehidupan : ideology, politik, ekonomi, social, cultural, moral.
Evaluasi menyeluruh
Diperlukan evaluasi kebijakan secaramenyeluruh dari Manipol, GBHN, mana yang sudah berhasil, dan mana ang masih harus dituntaskan di bidang pertanian, industry,pertambangan,energy, pariwisata, perdagangan, koperasi, tenaga kerja, transmigrasi, lingkungan hidup, agama, pendidikan, kebudayaan, iptek, riset, kesehatan,kependudukan, perumahan, hokum,penerangan, keamanan, dan lain-lain.
(Asrir BKS1001211030 written by sicumpaz@gmail.com sicumpas.wordpress.com))
Mencari Format Khilafah (Pola Tata Negara)
Mencari Format Khilafah
Dalam Tatanegara Nubuwah, Nabi sekaligus bertindak sebagai Kepala Negara, melaksanakan tugas eksekutif dan yudikatif, memusyaarahkan masalah teknis kenegaraan yang pelik dengan Sahabatnya dan mempertanggungjawabkan urusannya sepenuhnya kepada Allah swt. Syari’at Islam berfungsi sebagai undang-undang dan hukum positif.
Dalam Tatanegara Khilafah, Kepala Negara dipilih oleh tokoh-tokoh umat. Masa jabatannya sampai akhir hayatnya. Kepala Negara melaksanakan tugas eksekutif (ri’ayah), memusyawarahkan masalah teknis kenegaraan dengan sahabatnya (menerinya) dan mempertanggungjawabjan urusannya kepada Allah swt dan juga kepada umat. Tugas yudikatif (qadhi) diserahkan Kepala Negara kepada sahabatnya (menerinya). Syari’at Islam berfungsi sebagai undang-undang dan hukum positif.
Dalam Tatanegara Daulah, Kepala Negara secara turun temurun. Kepala Negara melaksanakan tugas eksekutif, memusyawarahkan masalah teknis kenegaraan dengan wazirnya (menterinya) dan mempertangungjawabkan urusannya kepada Allah swt dan juga kepada umat. Tugas yudikatif (qadhi) diserahkan Kepala Negara kepada wazirnya (menterinya). Syari’at Islam berfungsi sebagai undang-undang dan hukum positif.
Dalam Tatanegara Monarsi Konstitusional, Kepala Negara secara turun temurun sebagai Raja. Tugas eksekutif dilaksanakan oleh Kepala Pemerintahan (Perdana Menteri). Tugas yudikatif dilaksanakan oleh aparat kehakiman. Tugas legislative dilaksanakan oleh parlemen (Badan Perwakilan Rakyat). Masa jabatan anggota parlemen ditetapkan dengan undang-undang.
Dalam Tatanegara Republik, Kepala Negaraa dipilih oleh rakyat secara langsung (atau oleh wakil rakyat secara tak langsung). Masa jabatan Kepala Negara ditetapkan dalam UUD.
Dalam sistim presidensial, Kepala Negara merangkap sekaligus sebagai Kepala Pemerintahan, melaksanakan tugas eksekutif dan mempertanggungjawabkan urusannyaa kepada rakyat (atau kepada wakil rakyat).
Dalam sistim parlementer, Kepala Negara tak melakanakan tugas eksekutif, legisltif, yudikatif.Tugas yudikatif dilaksanakan oleh aparat kehakiman.
Tugas legislative dilaksanakan oleh parlemen (Badan Perwakilan Rakyat).
Masa jabatan anggota parlemen ditetapkan dengan undang-undang.
Di kalangan yudikatif, dikenal terminology intervensi. Intervensi berarti menggunakan kekuasaan untuk mempengaruhi keputusan pengadilan agar berlaku curang (tak adil). Dengan demikian, maka menggunakan kekuasaan untuk mempengaruhi keputusan Pengadilan agar berlaku adil (jujur) bukanlah termasuk ke dalam kategori intervensi.
Untuk mendirikan Khilafah, dimulai dengan dengan dakwah agar terwujud Syakhsiyah Islamiyah (Pribadi Islam). Kemudian agar terwujud Usrah Islamiyah (Rumah Tauhid, Keluarga Islam). Berikutnya agar terwujud ummah Islamiyah (Masyarakat Islam, Masyarakat IMTAQ; Simak Sayid Quthub : “Masyarakat Islam”, AlMa’arif, Bandung, 1983). Seterusnya agar terwujud Daulah Islamiyah (Negara Islam; Simak Abul A’la alMaududi : “Metoda Revolusi Islam”, ArRialah, Yogyakarta, 1983). Akhirnya agar terwujud Khilafah Islamiyah (Kekhaalifahan Islam).
Proses pembentukan Negara. Pembentukan Negara Islam itu sebagai hasil dari proses perjuangan yang alami. Negara dalam bentuk apa pun tumbuh di dalam masyarakat secara alami, berdasarkan faaaaaktor-faktor akhlak, kejiaan, social, politik dan sejarah yang saling terkaaait. Negara dapat berdiri dengan kokoh sebagai hasil alami dari tuntutan sikon yang saling terjalin. Pembentukan suatu Negara sangat tergantung kepada sikon yang melahirkannya. Suatu masayrakat yang lingkungannya, falsafahnya dan kebiasaan-kebiasaannya brlainan dengan Islam tidak akan dapat melahirkan Negara Islam. Sebuah Negarqa lahir tidak akan jauh brbeda dengan factor dan kondisi-kondisi yang membentuknya. Diperlukan usaha yang sungguh-sungguh, perjuangan yang terus menerus serta kesabaran yang tinggi menciptakan sikon yang dapat melahirkan Negara Islam. Negara Islam hanya dapat lahir dalam masyarakat yang sikon sosialnya Islam. Diperlukan usaha yang sungguh-sungguh agar tercipta masyarakat yang sikon sosialnya Islam. Negara Islam tak dapat lahir secara instan. Negara itu terbentuk sesuai dengan ideology, akhlak, kultur, moral, filsafat, pandangan hidup masyarakatnya. Dakwah berupaya menggarap lahan agar dapat tumbuh subur syari’at Islam, agar lahir sosok-sosok yang Islami. Diperlukan jama’ah dakwah wal jihad (Simak Abul A’la alMaududi : “Metoda Revolusi Islam”, 1983:13-17,38).
Masyarakat Islam adalah masyarakat yang orang-oraaaaaaaaangnya berjiwa taat kepada Allah, takut akan murka Allah, lebih mengutamakan kehidupan akhirat dari pada kesenangan dunia, lebih memperhatikan yang halal dari pada yang haram, tunduk kepada undang-undang Allah, senantiasa mencari keridhaan Allah, tidak menjadikan kekuasaan sebagai tujuan, menjauhkan diri dari fikiran sempit dan fanatic buta, tidak menjadi sombong jika mendawat kurnia Allah. Masyarakat Islam adalah masytarakat yang mengacu kepada syari’at Islam. Masyarakat yang tiap anggotanya tidak melayangkan pandangan matanya kepada kenikmatan dan kesenangan dunia, bersifat amanah, jujur (idem 1983:30-31).
Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah. Syarak mangato, adapt mamakai. Syari’at Islam menciptakan masyarakat Islam, Masyarakat Islam melahirkan Negara Islam. Adat kebiasaan Islam diciptakan berdasarkan syari’at Islam.
Tujuan dakwah : agar yang didakwahi mengenali Allah, mencintai Allah, mengenail Qur:an, mencintai Qur:an, mengenali Islama, mencintai Islam, rela diatur Islam. Kaderisasi dakwah : agar yang didakwahi siap secara estafet melanjtukan dakwah sebagai da’i. Materi dakwah : tidak bersssssifat filosofis, tapi bersifat informative, edukatif. Tahap dakwah : agar terwujud masyarakat Islam, yaitu masyarakat yang mengacu pada syari’at Islam, masyarakat yang rela diatur oleh syari’at Islam, masyarakat yang intinya (kernnya) terdiri dari orang-orang Islam yang taqngguh, yang hidup matinya lillahi rabbal’alamin, dan plasmanya segenap orang tanpa membedakan asal, suku, agama yang bersedia melakukan yang baik dan tidak melakukan yang jahat serta siap sedia secara bersama-sama menindak yang melakukan tindakan kejahatan, dan menyelesaikan sengketa menurut hukum Allah.
(BKS0912030800) Sicumpas
Pakar psikologi bicara tentang terorisme
Tindakan teroris bukanlah tindakan irasional, melainkan rasional. Kerasionalan kelompok ini terlihat jelas dalam
idealisme yang diperjuangkan. Saking rasionalnya, pemerintah menyerukan pencarian otak di balik serangan, bukan
binatang di balik serangan. Aksi mereka memang sangat emosional, tetapi itu perlu dilihat sebagai frustrasi yang muncul
dalam idealisme mereka.
Dalam setiap aksinya, kelompok teroris selalu mempropagandakan perjuangan yang belum selesai atau aspirasi yang
belum tersalurkan. Penyaluran itu dapat dipetakan dalam dua wilayah: nasional dan internasional. Isu terorisme
internasional yang dikumandangkan Amerika Serikat telah menjadi bagian dari sikap masyarakat internasional terhadap
terorisme.
Karena itu, kelompok teroris pun bermain pada tataran yang sama. Sasaran utama mereka adalah memengaruhi
kebijakan-kebijakan politis yang berskala internasional. Aksinya adalah membom Bali sebagai daerah pariwisata yang
ramai dikunjungi wisatawan mancanegara.
Terorisme sebagai kelompok
Terorisme dapat dilakukan individu atau kelompok. Jika terorisme dilakukan kelompok, tidak perlu disangsikan bahwa
tindakan mereka dilakukan secara purposif dan sistematis. Sebagai kelompok, terorisme mensyaratkan adanya sistem
organisatoris dan hierarkis yang memiliki pemimpin dan yang terpenting adalah pengikut.
Pemimpin kelompok teroris sangat bervariasi, mulai dari sangat ekstrover sampai pada sangat neurotis. Pemimpin yang
ekstrover biasanya lebih tenang menjalankan aksinya karena toleransinya yang lebih tinggi terhadap ketegangan.
Pemimpin tipe ini adalah pencari stres yang menjadikan kemarahan pemerintah dan publik sebagai sesuatu yang
menyenangkan. Karena itu, perangkat secanggih apa pun bukanlah jaminan untuk meniadakan kegiatan mereka.
Lebih penting daripada itu adalah kenyataan bahwa pemimpin organisasi hanya bisa menjalankan idealismenya lewat
ketersediaan dana dan perekrutan tenaga kerja yang andal. Pengikut terorisme dapat dibagi menjadi dua kelompok:
pengikut aktif dan pengikut pasif.
Pengikut aktif bertugas dalam propaganda, hubungan publik, pemalsuan identitas, dan logistik; sementara pengikut pasif
berada di luar kelompok dan berperan dalam perekrutan anggota. Karena itu, jalurnya menjadi tak sesempit yang kita
duga.
Dalam kelompok mana saja, selalu ada upaya untuk menciptakan kohesi, kepercayaan, dan konfirmitas kelompok.
Khusus pada kelompok teroris, pelaksanaannya bisa dengan menyuarakan perasaan senasib dan solidaritas kematian
anggota kelompok.
Perasaan senasib berpengaruh besar bagi kepercayaan dalam kelompok; sementara kematian anggota dapat
memperkuat kohesi kelompok karena reaksi emosional terhadap anggota yang hilang. Lebih jauh, rasa kehilangan ini
akan meningkatkan konformitas kelompok. Dalam psikologi, ini disebut introyeksi terhadap obyek yang hilang.
Efek krisis perkembangan
Setiap psikolog akan sepakat bahwa tidak ada kepribadian teroris karena terorisme itu hanyalah instrumen untuk
mencapai tujuan ideologis. Peran psikologi hanya berkutat pada kajian alasan-alasan psikologis yang mendorong
seseorang ke arah terorisme.
Cermatilah pelaku-pelaku bom bunuh diri itu! Mereka adalah pemuda-pemuda yang masih remaja atau dewasa awal. Ada
apa dengan mereka? Mengapa mereka memisahkan diri dari masyarakat dan masuk ke dalam subkultur radikal seperti
itu?
Istilah lawan menunjukkan bahwa setiap perkembangan selalu disertai krisis yang harus dihadapi. Ketika menjalani
tahap tertentu, setiap orang akan mengalami konflik yang, jika tidak diselesaikan, akan menghambat perkembangannya.
Bentuk ekstrem kegagalan dalam membentuk jati diri adalah munculnya jati diri negatif, yaitu gambaran diri yang bertolak
belakang dengan nilai-nilai yang diajarkan masyarakat. Dengan menerima jati diri negatif, seseorang berani melakukan
apa yang dilarang masyarakat.
Namun, bagaimana dengan rasa bersalah mereka? Sebenarnya mereka menyadari sepenuh hati penyimpangan itu,
tetapi mereka memilih merepresinya atau menekannya ke alam bawah sadar. Kesadaran akan penyimpangan itu terobati
tatkala mereka bisa menemukan orang-orang lain yang senasib.
Setelah melebur dalam kebersamaan, ideologi kelompok bisa disuntikkan kepada mereka. Jadi, para teroris bukanlah
robot-robot yang tidak berperikemanusiaan, melainkan manusia yang merepresi perikemanusiaannya.
Produk keluarga
Tampaknya kajian biografis para teroris di Indonesia perlu dilakukan untuk memahami dinamika psikologis yang
melatarbelakangi tindakan mereka. Mereka sudah menampilkan diri sebagai pemuda-pemuda yang nekat dan tidak lagi
mencintai kehidupan sehingga apa yang oleh Freud disebut thanatos (dorongan untuk mati) menjadi dominan.
Para teroris bukanlah produk agama, melainkan produk keluarga. Semua agama mengajarkan kebaikan. Lalu, dari mana
datangnya? Schmidtchen berpendapat banyak teroris berasal dari keluarga-keluarga yang menekankan pencapaian
prestasi yang gemilang bagi anak-anaknya.
Jika jati diri positif mustahil dicapai, anak-anak lebih suka diberi label �buruk�. Jika toh keluarga masih bisa
menekan dan menyudutkannya, anak akan memilih untuk menjadi yang terburuk. Dengan begitu, dia tinggal menunggu
jemputan orang lain yang senasib dengannya untuk menjadi bagian dalam subkultur radikal.
Akhirnya, sambil menantikan hasil kerja intelijen dalam mengungkap pelaku terorisme, kita secara aktif dapat
mengupayakan pencegahan. Efek psikologis yang sekarang muncul bukan hanya bahaya fisik yang menakutkan, tetapi
juga bahaya dari gambaran mental yang dibuat masyarakat tentang terorisme.
Inilah dampak psikologis jangka panjang yang parah bagi masyarakat sekaligus menjadi kesenangan bagi kelompok
teroris. Betapa tidak, masyarakat kita mulai mengidap kecemasan, disorientasi hidup, dan ketidakberdayaan yang
tercermin dalam kondisi paranoid tatkala bepergian. Sudahkah masyarakat kita berkembang menjadi insane society atau
mungkin society yang semakin insane? Mari membendungnya dengan mempropagandakan gerakan kembali pada cinta
dan perhatian pada anak-anak yang tumbuh dan berkembang dalam keluarga.
YF LA KAHIJA Pengajar pada Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro, Semarang
Sumber: Kompas Cyber Media
KOMPAS, Sabtu, 8 Oktober 2005, hal 38
Bagamana wujud surga dalam padangan pencari syahid
Disebarkan paham/ajaran bahwa beribadah karea mengharapkan surga adalah ibadah ang mengacu pada sika mental dagang, bisnis, tijarah. Paha mini secara tak sadar telah melecehkan, mencemoohkan mereka-mereka yang berjuang untuk menjadi ahli surga. Surga dalam pandangan paham ini sama saja dengan kesenangan duniawi.
Apa daya pesona surga yang begitu menarik bag para pencar syahid, yang setiap sa’at sap meniggalkan dunia, siap menyerahkan jiwa raganya, syahid di jalan Allah ? Dalam AlQur:an pada beberapa ayatnya dapat ditemukan lukisan, gambaran perumpamaan surga itu, seperti dalam QS 13:35 yang menyebutkan bahwa “Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang takwa ialah (seperti taman) yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, buahnya tak henti-henti, sedangsenangannya (demikian pula)”. Daam kitab-kitab hadits juga dapat ditemukan tentang lkisan, gambaran surga dan kenikmatannya, antara lan sabda Raslllah yang disampaikan oleh Abi Hurairah bahwa : “Allah menyediakan untuk hamba-hambaNya ang saleh aitu sesuatu ang belum pernah dilihat oleh mata atau didengar oleh telinga atau tergerak dalam hati manusia” yang diriwaatkan oleh Imam Bkhari dan Muslim sehubungan dengan QS 32:17. Dalam QS 9:111 disebutkan bawa esungguhnya Allah telah membeli dari rang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untk mereka”.
Para pencari syahid, rela berjuang menyebung nyawa demi memperoleh surga yang dijanjikan Allah dalam AlQur:an dan yang dijanjikan Rasulullah saw dalam haditsnya. Dalam Ikrar ‘Aqabah pertama, dua belas orang penduduk Yatsrib siap untuk tidak menyekutukan Allah, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh ank-anak, tidak mengumpat, tidak memfitnah, tidak menolak berbuat baik, dengan imbalan bahwa mereka akan memperleh surga (Muhammad Hussen Haykal :”Sejarah Hidup Muhammd”, 1984:187-188(. Dalam Ikrar ‘Aqabah kedua (622M), tujuh puluh lima orang penduduk Yatsrib siap membela Nabi Muhammad seperti membela keluarga mereka sendiri, dengan imbalannya juga surga (idem, 1984:192). Apa yang mendorong mereka, begitu tertarik untuk memperoleh surga dengan siap bersumpah setia mengikuti komando Muhammad Rasulullah saw ? Bagaimana wujudnya surga itu dalam pandangan mereka ?
Bai’ah ‘Aqabah kedua (Janji setia antara tokoh Aus dan Khazraj da Muhammad Rasululla saw menetapkan kesepakatan “bahwa suku Aus dan Kharaj akan setia hanya berbadah kepada Allah dan tidak memperseutukanNa serta melindungi Muhammad Rasulullah saw seagaai imbalannya mereka medapat surga”(Simak Sayyid Quthub : “Tafsir Fi Zilalil Qur:an”, jilif 4, terbitan Gema Insani Press, Jakarta, 2001:76)
Para pencari syahid, pencari surga dalam dirinya bergelora semangat aqidah tauhid, akhlak karimagh. Secara bersama-sama, secara kolektif-jama’i melahirkan semangat jihad menegakkan, mendirkan peraturan dan hokum Allah dalam masyarakat. Abu Sa’id alKhuari menyampaikan wasiat Rasulullah agar bertaqwa kepada Allah, dan berhad fi sabilllah, serta membaca alQur:an (Muhammad alGhazali : “Bukan Dari Ajaran Islam”, 1982:31; Saiyid Quthub : “Petunjuk Jalan”, hal 30).
Di antara para pencari syahid fi sabilillah, pencari surga jannatun na’im adalah Umeir bin alHammam. Ketika mendengar ucapan Rasulullah di depan para tentara perang Badar “Majulah kamu sekalian menuju surga yang luasnya seperti langit dan bumi”, Umeir dari belakang berkata : “Ya Rasulullah, aku juga mau ikut serta”. Rasulllah pun bertanya kepadanya : “Apa yang telah mendorongmu untuk ikut serta berperang ?” Dengan hati ikhlas ia menjawab : “Demi Allah aku hanya mengharapkan agar aku termasuk ali surga pula”. “Yasd. Engkau termasuk ahli ssrga pula” jawab Rasulullah. Maka Umeir mengeluarkan buah kurma yang ada disakunya, kemudian memakannya dan berkata : “Kalau saya hidup hanya dengan makan kurma ini, maka dalam ssurga itlah kehidupanku dan langsng pergi berperang sambil menupas orang-orang musyrik yang mencoba melawannya. Begitulah dia berjihad melawan kebatilan, hingga akhirnya ia mat syahid di aan Allah (Abdullah Nasih Ulwan : “Membina Generasi Muda Yang Ideal”, hal 108).
Blal seorang budak siap disiksa di atas pasir di bawah terik matahari, ditindih dadanya dengan batu, memikul segala siksaan, terkena pehaka, kehilangan pekerjaan demi fanatiknya/loyalitasnyasetianya terhadap Muhammad Rasulullah sawyang menjanjikan surga bagi yang setia kepada ajaran “Laa ilaaha illallah” (“Sejarah Hidup Muhammade”, 1984:110-111).
AbuDzar alGhifari siap dikeroyok musyrikin Makkah beramai-ramai sehingga babakbelur, juga karena fanatisnya terhadap Muhammad Rasulullah saw asalkan mendapatkan surga.
Para orientalis seperti Washington Irving dan juga para pendkungnya mencemoohkan para pencari syahid, pencari suga itu : “Kiranya – kata – mereka – orang takkan dapat melukiskan suatu ajran yang lebih tepat dari ini untuk mendorong sekelompok tentara yang bodoh tidak berpengalaman itu menyerbu secara buas ke medan perang,. Mereka sudah diyakinkan, kalau hidup mendapat rampasan perang, kalau mati mendapat surga” (“Sejarah Hidup Muhammad”, 1984:693).
Kekuatan umat Islam terletak pada keyakinannya mendapatkan surga. Dan kelemahan umat Islam itu karena ketakyakinannya mendapatkan surga. Penyakit ini namanya ALWAHN, yaitu penyakit cinta hidup, takut mati, sehingga musuh, lawan tak gentar, tak ngeri. Bahkan umat ini benar-benar sudah jadi komunita buih yang tak berdaya sama sekali (KH Firdaus AN : “Detik-Detik Terakhir Kehidupan Rasulullah”, 1983:134).
(BKS0905260900)