Jumat, 06 Agustus 2010

Keberhasilan pemimpin perubahan

Keberhasilan pemimpin perubahan

“Maka berkat ramat Allah, engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, t3entulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampunan bagi merea, dan bermusyawaralah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepadanya” (QS 3:159).

Dari firman llah tersebut, ada beberapa kata kunci yang menjadi landasan keberhasilan seorang pemimpin perubahan (change leader) :
- lemah lembut, santun, saang, tidak bersikap keras, tidak berhati kasar.
- pema’af, mema’afkan kesalahan sesame/pengikut.
- mohon ampun, memohon ampun kesalahan pengikut/sesame.
- Bermusyawarah dalam hal-hal yang bersifat ijtihadiyah, seperti masalah keluarga, masyarakat, Negara, bangsa, umat; mengikutsertakan sesama/pengikut berperanserta.
(Simak Dra Hj Cholifah Syukri : “Akhlak Bermusyawarah”, dalam SUARA ‘AISYIYAH, No.7, Juli 2010, halaman 6-7).

Dalam berdakwah, melakukan perubahan sikap mental, menyiarkan ajaran Islam, para Da’i ditntut agar berhati lembut, penuh penghargaan dan penghormatan serta keramahtamahan terhadap sesama/pengikut. Memberi ma’af kesalahan sesama/pengkut (Simak Ahmad angidu : “Alak Mulia Memikat Manusia”, dalam ALMUSLIMUN, No.142, Januari 1982, halaman 69-71).

Dari ayat tersebut juga dipahami bahwa para Da’i, pemimpinperubaan dituntut pnya skap mental, panggilan hati yang menawan rasa, akhlak, budi pekerti yang menmbuhkan kepercayaan. Memiliki pancaran cnta menyelamatan sesama/pengikut dari sksa neraka nanti di akirat. Punya rasa cinta kepada sesama/pengikut, rasa cinta kepada kebenaran, rasa cinta kepada Risalah. Rasa cinta tersebut melahirkan sikap mental santun, pema’af, menghormati pandangan sesama/pengikut. Sikap mental yang penuh rasa cinta kasih inilah yang membuat dakwah sampai berhasil (Simak M Natsir : “Fiqhud Dakwah”, Ramadhani, Smarang, 1981:229-236).

Bersabda Rasulullah saw : ‘Perumpamaan ak dengan kamu, bagaikan seorang yang menyalakan api, maka semua kupu-kupu dan laron berkermun pada api itu, sedang orang itu menghaaukan binatang-binatang itu dar padanya. Saya pun akan selalu menarik amu dari belakang agar jangan sampai kamu masuk ke daa api, tetapi kamu selalu terlepas dari tanganku (HR Muslim dari Jabir, dalam Terjemah “Riadhus Shalhin” Imam Nawawi, Al’Ma’arif, Bandung, 1983, halaman 172, hadits no.8). Rasa cinta kash akan sesama/pengikut itu merupakan daya tarik terasendiri dam ubungan social kemasyarakatan (Simak Kalid Mhammad Khalid : “Kemanusiaan Muhammad”, Progressif, Surabaya, 1984, halaman 66).

Dakwah, perubaan kondisi jiwa, sikap mental, keyakinan perorangan (QS 13:11) dilakukan dengan bija, santun, beradab, bahkan dam perang sekalipun (Simak antara ain ALMUSLIMUN, No.267, Juni 1992, halaman 83-85, “Jalan Revolusioner Menuju Kemenangan”, oleh Nani Wisono). Dakwah, perubahan sikap mental dari objek dakwah baru akan terwujud bilamana objek dakwah sudah punya kepercayaan kepada Allah dan RasulNya serta punya kepercayaan kepada sang Da’i. Selama objek dakwah belum punya kepercayaan kepada Allah dan RasulNya serta kepercayaan kepada sang Da’i, rasanya mustahil akan terwujud perubahan sikap mental dari objek dakwah.

(Asrir Bks1008051230)

Tidak ada komentar: